10

34 6 0
                                    

Ini sudah hampir satu minggu sejak hari dimana Jinan terkahir bertemu Jiyong karena setelah hari itu Jiyong menghilang tanpa tanda.

Dan sekarang Jinan tengah berada ditudio Tablo karena pria dengan satu anak itu terus-menerus memanggilnya.

"Oppa aku akan ke ruangan sanjangnim, ada yang kau perlukan sebelum aku pergi?" tanya Jinan pada Tablo.

"Mwoya? Untuk apa menemui hyung?" Tanya Tablo.

"Memberikan beberapa lagu padanya dia bilang dia ingin sebuah lagu untuk salah satu artisnya. Jadi ada atau tidak yang kau perlukan oppa? " Ucap Jinan.

"Oh, apa akan ada artis baru? Wanita atau laki-laki? Solo atau idol? Atau duet?  Atau band?Dan kenapa kau yang membuat lagunya?" tanya Tablo bertubi-tubi

"Tidak tahu oppa, kau terlalu banyak bertanya.Cepat katakan kau butuh sesuatu atau tidak?" tanya Jinan.

"Ah tidak ada, hanya saja bisa kau kembali cepat? Aku ingin mengajakmu makan malam dengan yang lainnya." ucap Tablo.

"Ck, lalu kenapa kau memanggilku kesini? Dan sepertinya aku tidak bisa ikut oppa, nanti malam aku akan pergi ke jeju untuk mencari inspirasi." ucap Jinan.

"Haruskah sejauh itu?" tanya Tablo.

"Hm, aku merasa bosan dan otakku benar-benar beberapa minggu ini, aku fikir aku butuh tempat yang jauh." ucap Jinan.

Tablo mengangguk-ngangguk.

"Baiklah mungkin aku akan mengundur makan malamnya. Aku akan menunggumu kembali." ucap Tablo.

Jinan mengangguk, "Hm, aku pergi oppa." ucap Jinan lalu meninggalkan studio Tablo

Jinan berjalan menuju lift, jinan masuk kedalam lift tersebut. Saat pintu lift hampir tertutup, seseorang menahan pintu dengan tangan agar tidak tertutup membuat Jinan terkejut melihat pemilik tangan tersebut.

"Kau akan ke ruang sajangnim?" tanya orang itu.

"Ne."

"Aku juga akan kesana. Apa kau dimintai sebuah lagu?" tanya orang itu canggung.

"Aku tahu kau mengetahui segalanya Jiyong-ssi, jadi bukankah kau seharusnya tidak perlu bertanya?" ucap Jinan.

"Ck, Jin sudah kukatan berapa kali-"

"Apanya yang sudah kau katakan beberapa kali Jiyong-ssi." ucap Jinan.

Jiyong menjitak kepala Jinan pelan.

"Mwoya?!"

"Oppa Jin, oppa!"

"Ck, arraseo Jiyong oppa. " ucap Jinan

Menekankan pada panggilan oppa yang dia berikan pada Jiyong membuat Jiyong terkejut mendengar Jinan memanggilnya dengan sebutan oppa, memang bukan pertama kali tapi saat ini caranya memanggil Jiyong persis seperti dia.

Keduanya diam hingga lift kembali terbuka. Mereka keluar bersama tanpa sepatah katapun. Begitupun saat memasuki pintu yang sama mereka masih bungkam.

Jinan langsung memberikan berkas yang dia bawa sejak tadi. Sedangkan Jiyong langsung duduk di kursi depan Sajangnim.

Sekitar setengah jam Sajangnim melihat-lihat berkas yang di pegangnya dan selama itu juga Jiyong dan Jinan terus bungkam.

"Ini bagus, mungkin aku akan memakai salah satunya.  Oh ya kudengar kau akan cuti Ji?" ucap Sajangnim.

"Ani."

"Ne."

Jiyong dan Jinan menjawabnya secara bersamaan.

"Ah, mian maksudku Jinan, Ji." ucap Sajangnim.

"Ne, aku mengambil cuti untuk tiga hari." Ucap Jinan.

"Ah, kalau begitu kau bisa pergi sekarang.  Kau bisa pulang dan jangan lupa untuk kembali lusa." ucap Sajangnim.

"Ne, kamsahamnida Sajangnim."ucap Jinan lalu membungkuk dan pergi dari ruangan tersebut.

Jinan kembali ke studionya lalu mengambil tasnya dan berpamitan pada Teddy. Setelah itu dia langsung pulang ke rumahnya untuk menyiapkan barang sebelum berangkat ke Jeju nanti malam.

Ketika sampai dirumah Jinan mendapati kakak laki-lakinya yang baru saja pulang setelah sekian lama.

"Oppa!!!"seru Jinan langsung memeluk kakak laki-laki-nya tersebut.

"Wah, dongsaeng oppa yang sibuk ini sudah pulang. Kau akan ikut ritual tahun ini kan?" Tanya kakak Jinan.

Jinan menggeleng.

"Kenapa?" Tanya kakaknya lagi.

"Aku merasa belum pantas. Bahkan untuk datang ke rumah makamnya saja aku merasa belum pantas." ucap Jinan.

"Jin.. Kau tau kejadian itu bukan salahmu. " ucap Jiwoo kakak Jinan.

"Sudahlah, aku tak ingin membahas ini. Aku sudah meminta ijin pada eomma dan dia mengijinkan ku." ucap Jinan.

"Kau akan ke Jeju malam ini?  Berharap menemukan si brengsek itu? " tanya Jiwoo.

Jinan mengangguk lalu meninggalkan Jiwoo di ruang tengah. Jinan naik ke lantai atas menuju kamarnya yang berada tepat di depan kamar seseorang yang sangat Jinan sayangi.

"Eonnie, jinja mianhae.  Aku masih belum bisa menemui-mu. Aku berjanji setelah menemukan orangnya aku akan menemui dan memberitahumu." ucap Jinan di depan kamar tersebut lalu berbalik masuk ke dalam kamarnya.

Jinan menyiapkan segalanya seakan dia akan pindah ke Jeju untuk waktu yang lama. Dia hanya butuh pergi sendirian di setiap ritual tahunan akan di lakukan. Jinan menghindari ritual itu bukan karena apa tapi karena dia sangat membenci dirinya setiap berada di ritual tersebut.

Dan setiap kali ritual itu di adakan Jinan akan pergi ke Jeju dengan dua harapan. Pertama dia berharap dapat menemukan orang itu, harapan kedua adalah jika ia tidak menemukan pria itu ketika dia ke Jeju bisakan dia mati ketika perjalanan ke Jeju agar semuanya menjadi impas baginya.

Jinan keluar membawa ranselnya lalu turun kebawah menghampiri eomma dan appanya.

"Eomma, mianhae aku tidak bisa membantumu.Lagi pula oppa sudah pulang ini waktunya dia berbakti padamu. Dan appa mianhae karena tidak bisa mengabulkan keinginanmu lagi kali ini." ucap Jinan.

Eomma dan Appanya hanya mengangguk lalu memeluk putrinya tersebut,  mereka tahu bahwa ini berat bagi putrinya tersbut jadi sebisa mungkin mereka mengiyakan keinginan anaknya.

"Oppa jaga mereka selagi aku tidak ada.  Aku janji hanya dua hari tidak akan berhari-hari seperti tahun-tahun lalu." ucap Jinan lalu memeluk kakaknya.

Mereka semua mengantar Jinan ke depan rumah. Jinan akan diantar ke airport dengan supirnya lalu traveling sendirian di Jeju hanya itu yang bisa membuat hatinya tenang untuk dua hari ke depan.

Orang tua Jinan tidak pernah mengijinkan Jinan pergi jauh dengan menyetir mobilnya sendiri selain Jinan yang sedikit trauma memakai mobil, orang tuanya juga takut jika putrinya tersebut melakukan hal yang nekat.

______________________________________

Fool- K.J.YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang