Lebih baik di awal cuek, tapi akhirnya perhatian. Dari pada awalnya perhatian tapi akhirnya cuek.
***"Ra lo mau pulang kapan? Gue udah mau jemput adik gue nih"
Ara yang merasa kasihan dengan Nadya akhirnya memilih menyuruh Nadya pulang terlebih dahulu.
"Yaudah lo pulang aja gue bisa nunggu sendiri kok"
"Beneran nih"
"Iya"
"Yaudah gue pulang dulu ya!takut udah di tungguin adik gue, bye Ara"
Ara hanya mampu tersenyum tipis membalas lambaian tangan Nadya yang mulai menjauhinya.
Ara menghela napas bosan, sudah sepuluh menit lebih ia menunggui kakaknya itu.
"Kapan sih datengnya? Masak telat muluk kalo mau jemput?" Gerutu Ara mulai bosan menunggu, ia kemudian berinisiatif untuk menghubungi kakaknya.
"Hallo kak, kok kakak lama banget sih" ucap Ara ketika telfonnya sudah tersambung.
"Aduh ra, gue ga bisa jemput lo sekarang, pacar gue tiba tiba masuk rumah sakit, jadi lo pulang sen--"
Belum selesai kakaknya bicara Ara segera mematikan ponselnya dan melangkahkan kakinya menuju halte bis, bahkan ia tak habis pikir dengan kakaknya itu yang lebih memilih pacarnya dari pada dirinya. Sungguh ia akan melakukan pembalasan lebih keji dari pada kemarin saat ia juga telat menjemputnya. Seketika memikirkannya saja membuatnya tersenyum geli karna kemarin ia mengurung kakaknya di toilet setelah mengguyurnya dengan air dingin. Ia bahkan mirip sekali dengan ibu tiri yang sedang menghukum anaknya. Namun bedanya ini hukuman antara adik dan kakak.
Ara menjatuhkan dirinya dibangku halte dengan pandangan lurus kedepan. Baru tiga menit Ara duduk suara klakson motor mengagetkannya.
Tin tin.
"Ngapain ra? Sini gue anterin lo pulang" seru seseorang yang mengendarai sebuah motor, dia Alfa.
"Nggak usah, aku bisa pulang sendiri" tolak Ara halus.
"Udah cepetan naik, gue anterin" Alfa masih tetap keukeuh membujuk ara agar pulang bareng dengannya.
"Nggak usah kak, aku bisa sendiri kok"
Merasa sia sia Alfa menghela napas kasar, jengah dengan sikap keras kepala Ara.
"Yaudah, kalo gitu gue duluan ya, lo hati hati!" Ara hanya mengangguk singkat, sesaat setelah kepergiannya Alfa, Ara merasa menyesal telah menolak ajakannya.
"Bener ya kata orang, penyesalan slalu ada di akhir"
Ara masih menatap kekanan, dimana ia sedang menanti datangnya bis yang terasa amat lama bagi Ara.
"Lama banget sih" Ara mengerucutkan bibirnya sebal karna bus yang ditunggu tak kunjung datang, padahal ia sudah menunggunya lebih dari lima belas menit.
Ara menatap kebawah, tepatnya menatap sepatunya sendiri dalam keheningan ditemni suara deru kendaraan berlalu lalang. Namun baru dua menit ia menatap sepatunya ada seseorang yang mendudukkan tubuhnya tepat disebelah Ara.
Ara geser ke kiri sedikit untuk membuat jarak dengan orang yang diyakini ara adalah cowok-dilihat dari sepatunya-ia tak berniat ingin melihat siapa cowok itu.
"Huh, lama banget sih" gerutu Ara entah yang keberapa kalinya, ia mendongakkan kepalanya menatap kekanan yang aslinya dia ingin melihat apakah ada bis datang atau tidak, namun alih alih menatap adanya bis, matanya malah membelalak kaget karna tak sengaja matanya menatap mata tajam yang mulai sekarang ditakutinya.
Ara masih melongo ditempat kala mata itu masih menatapnya tajam dengan sebuah senyum tipis yang membuat ara sempat terpana melihatnya.
"Kok kakak ada di sini?" Setelah tersadar dari bengongnya, Ara mulai berani membuka mulutnya.
Yang ditanya hanya diam, masih memilih menatap wajah cantik yang sangat ia rindukan.
"Kok ga di jawab sih" kesal karna pertanyaannya tak mendapat jawaban Ara berdecak sebal, ia tak sabar menunggu jawaban cowok itu.
"Hih, jawab dong ka--"
"Nemenin lo"
————————————————
Siapa hayo??
Oke, jangan lupa sesudah baca kasih vote and komennya ya...
Btw, kalian baca??
Next??
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe
Teen Fiction"Sampai kapan kau akan melupakannya?" "Entahlah" "Mungkin selamanya..." ****** Kesepian yang sesungguhnya adalah ketika kau hidup ditengah orang-orang yang menyuruhmu untuk berpura-pura.