Jennie POV
Aku membuka mataku secara perlahan-lahan, dan kulihat ruangan serba berwarna putih dengan tiang infus di sebelah kiri kasur tempat aku berbaring.
Sudah berapa lama aku disini, ya? Rasanya, sudah 1 minggu aku berada di sini, atau sudah 2 bulan? Ah, malas rasanya menghitung sudah berapa lama aku ada disini.
Aku menoleh ke arah jendela kamarku, suasana diluar sana masih pagi hari. Beberapa anak-anak kecil sedang bermain bersama, seorang nenek tua sedang memberi makan burung dara di taman. Ya, aku memang sengaja mengambil kamar yang pemandangannya taman yang tidak jauh dari rumah sakit tempat aku dirawat.
Namun, di sisi lain, aku juga melihatnya.
Embun pagi yang menebarkan bau keputus asaan,
Dan burung-burung kecil yang hinggap di jendela berkicauan, seakan sedang menyanyikan sebuah lagu perpisahan untuk diriku.
Aku memejamkan mata lagi, dan menghela nafasku. Kemudian, kulihat jam dinding yang terletak pada dinding di depanku.
Waktu berjalan sangat lambat, namun terkadang juga cepat. Entah mengapa, setiap kali aku melihat jarum panjang pada jam dinding yang tipis memutari seisi jam, aku selalu takut.
Tik... Tik... Tik...
Detik demi detik pun berlalu, dan aku pun semakin takut.
Aku takut, jika pada saat jarum itu melewati angka 12 yang ke sekian kalinya, aku akan pergi dari sini.
.
.
.Apakah ini saatnya bagiku untuk pergi?
Krek
Tiba-tiba, terdengar suara pintu kamar terbuka. Pada saat yang bersamaan, seorang yeoja masuk ke dalam sambil membawa satu buket buah-buahan untukku dan kemudian duduk di samping kasur.
Yeoja itu adalah Jisoo unnie, kakak kandungku yang kebetulan juga dokter yang bekerja disini.
Dia adalah kakak kandungku yang selalu membelaku, menyayangiku, menerimaku apa adanya, merawatku dari kecil, dan juga orang yang selalu bersamaku.
Apakah aku harus tega meninggalkannya? Jujur, aku tak bisa membayangkan betapa hancurnya dia ketika suatu saat aku pergi nanti, dan aku juga tak ingin pergi meninggalkan ia seorang diri.
Jennie POV End
"Jennie, bagaimana keadaanmu? Kau sehat?" tanya Jisoo
"Ne, cuma agak sedikit lemas saja, kok" jawab Jennie
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu" ujar Jisoo
Mereka berdua berdiam membisu, mencari topik pembicaraan.
"Unnie... Kau tidak bosan mengunjungiku setiap hari? Kau punya pasien yang harus kau tangani dan jauh lebih penting daripada aku kan?" tanya Jennie lirih
"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Aku tahu kalau aku ini seorang dokter, dan banyak pasien yang jauh lebih penting dan harus aku tangani. Tapi, tidak ada yang lebih penting daripada dongsaengku sendiri" ujar Jisoo
Jennie hanya tersenyum kecil, dan kemudian membalas, "Kamsamhamnida, unnie."
::: Flashback :::
"Unnie ! Unnie ! Bangun, ppali, ppali !!"
Jisoo membuka kedua matanya perlahan-lahan, dan kemudian melihat Jennie sedang berdiri di atasnya, membangunkan dirinya.
"Ada apa sih? Pagi-pagi begini kau sudah heboh saja" ujar Jisoo
KAMU SEDANG MEMBACA
Until The Day I Say Goodbye
FanfictionKematian memang tak bisa dihindari oleh semua manusia, dan tak ada yang bisa membatalkan kematian, kecuali jika Sang Maha Kuasa memang masih memberikan manusia kesempatan kedua. Jisoo dan Jennie merupakan kakak adik, mereka pun selal terlihat bahag...