Saat Aku Telah Berusia Keenam Belas (Remaja)

33 6 0
                                    

Lantunan lagu soundtrack anime jepang mengisi sebuah ruangan dengan cat merah muda. Bukan karena pemilik kamar suka, hanya saja sejak dua tahun lalu memang hanya cat warna merah jambu yang tersisa untuk melapisi tembok yang sebelumnya berwarna putih itu.

"Halo?" Buka suara gadis sang pemilik kamar. Ia baru saja mengangkat panggilannya.

"Ar, kamu masih bangun?" Suara disebrang tampak masih segar. Tidak terdengar serak tidur sama sekali.

Gadis itu melenguh kesal dan berusaha duduk dari tidurnya. "Aku masih tidur sebelum kamu menelpon satu menit kurang lalu." Masih dengan mata terpejam, ia berhasil menyandarkan diri di tembok belakang tempat tidurnya. "Ada apa?" tanyanya.

"Ah, aku yakin kamu nggak lupa. Sekarang tanggal berapa."

Matanya terbuka sedikit hanya untuk menuruti si penelpon yang secara tidak langsung memintanya melihat tanggal. "Eung ... dua- dua?"

"Uh-uh... lalu... tidakkah ada yang kamu ingat?" Masih dengan kalimat yang menyuruhnya melakukan sesuatu secara tidak langsung, suara itu terdengar menunggu.

"Kamu ... nunggu open pre-order novel incaranku?"

"Tidak," sanggah lawan bicaranya dengan cepat.

Gadis itu masih terkantuk mencoba berpikir. "Apa kamu menunggu rilisnya album girlband favorit mu?"

"Bukan."

"Lantas apa?"

"Berhubungan dengan dimana kamu kesal seharian saat kukerjain lima tahun lalu."

"Lima tahun lalu?" Masih mencoba berpikir karena penasaran. "OH! AKU INGAT!"

"Astoge!" Suara terengah kaget terdengar jelas. "Kamu mengagetkanku."

"Maaf. Hehehe. Itu saat dimana kamu menunggu pacarmu berucap putus, kan di facebook."

"Ya ampun. Bukan."

"Terus apa?"

"Entahlah, pikirkan sendiri. You are older than yesterday. See you."

Hah? Apa katanya? Aku merasa tadi dia kumur-kumur. Bahasa Inggrisku buruk

****

Pukul 01.17 malam. Ah, masih bisa dikatakan malam atau dini hari? Yang pasti aku masih bingung dengan perkataan sepupuku yang menyatakan hari ini juga merupakan hari istimewa entah untuknya atau untukku.

Baru saja aku akan berangkat sekolah, dikejutkan dengan datangnya kurir pengiriman barang ternama. "Atas nama Arika Salwa?"

"Ya, saya sendiri." Aku diminta menandatangani struk penguriman dan pria itu pun pergi. "Ya elah, bukan cogan," keluhku kesal.

Paket yang ku pegang ini tertanda jika baru kemarin dikirim dan sudah sampai saja. Alamatnya juga dari Jombang menuju Bandung. "Pasti pake yang kilat." Aku menggeleng kagum. Banyak uang yang mengirim paket ini, pakai acara kilat segala. Aku menyimpannya karena berencana akan membukanya setelah pupang sekolah nanti.

Menggunakan Angkutan Kota, aku sampai di pangkalan ojek dejat sekolahku sekitar 10 menit lamanya, dan menaiki ojek pun tak sampai lima menit aku sampai.

SMK NUSA BANGSA NUSANTARA.

Gapura selamat datang telah kulewati dan juga aku melihat lahan parkir yang masih sepi. Pukul 6:23 a.m. dan orang belum datang.

Aku suka saat seperti ini. Hebing di jelas tanpa ada orang yang menganggu. Aku yakin sebagian dari diriku juga agak takut karena memang bangunan ini tampak menyeramkan. Namun, ini lebih baik saat kunyalakan lampu.

When I Was Sixth Teen(ager)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang