★ Prolog

6.6K 262 4
                                    

Sang mentari bangun dari tidurnya, sinarnya masuk melalui sela-sela jendela kamar seorang laki-laki remaja bernama Rafa Aditya. Pemuda yang masih tertidur pulas itu mengerutkan dahi seiring bertambah kencangnya suara sang mama yang mengganggu waktu tidurnya.

"Rafa bangun!" teriak Fira kencang, wanita yang telah melahirkan Rafa itu mengetuk pintu kamar anaknya dengan tidak sabaran.

Tidak kunjung merespon, Fira memutuskan untuk masuk ke kamar putra semata wayangnya. Melangkah mendekati jendela kemudian membuka tirai jendela membiarkan cahaya pagi menembus dan menyilaukan si pemilik kamar. Rafa terbangun, ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk membiasakan dengan cahaya matahari.

"Apaan sih, Ma? Aku masih ngantuk," sahut Rafa, menutup mulutnya yang menguap lebar.

"Cepet bangun! Sekarang kamu harus daftar ke SMA Pelita Bangsa!" Fira menarik selimut anaknya.

Rafa mengubah posisinya menjadi duduk. "Tapi Ma, aku baru sampai Jakarta kemarin. Aku masih capek, perjalanan dari Singapur ke Indonesia itu ga deket tahu!"

"Tahu. Tapi, kamu itu perjalannnya naik pesawat. Kenapa kamu yang capek?" sindir Fira.

"Haishh, iya-iya aku bangun," kata Rafa, bangkit lalu pergi ke kamar mandi sedangkan Fira keluar kamar Rafa untuk menyiapkan sarapan.

⭐⭐⭐

Duh, 10 menit lagi masuk. Kalau gerbang sekolah ditutup gimana? Apa gue ngebut aja? batin Bintang yang sedang mengendarai motor kesayangannya.

Gadis cantik yang tengah bergelut dengan pikirannya itu bernama Bintang Cahya. Si pintar yang ceria itu sedari kecil dipaksa papanya untuk masuk seni beladiri. Sang papa memiliki alasan yang membuat Bintang harus mengikuti seni beladiri Karate. Namun, sampai sekarang Bintang belum mengetahui alasan pastinya.

Bintang melajukan motornya di atas kecepatan rata-rata. Karena kecerobohannya, Bintang tidak sengaja menyerempet mobil BMW berwarna hitam metalic.

Sial. Batin Bintang

Orang itu keluar dari mobilnya. Bintang melepaskan helmnya lalu, turun dari motor. Sebelum orang itu bersuara, Bintang sudah bicara terlebih dahulu.

"Maaf Kak, Mas, Om atau siapa deh terserah. Saya nggak sengaja, saya lagi buru-buru," ujar Bintang tanpa melihat wajah si pengendara mobil. "Ini nomor telepon saya, nanti saya bakal ganti rugi." Bintang melanjutkan ucapannya setelah mengeluarkan sebuah kartu nama yang berisi nomor teleponnya dari dalam tas.

"Maaf ya," ucap Bintang sambil melirik arloji di pergelangan tangan kirinya.

"Ya," jawab pengendara mobil tersebut.

Bintang membungkuk sekali sebagai tanda bahwa ia menyesali perbuatannya kemudian berlari kecil ke arah motornya. Ia bergegas pergi menuju sekolah dengan perasaan tidak enak karena telah menyerempet mobil orang tersebut.

***

Bintang Jatuh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang