"Argh!"
Erangan kesakitan terdengar dari kamar motel murah di pinggir kota. Tubuh seorang pemuda berambut hitam terhempas ke lapisan tembok bata yang keras tanpa ampun. Dirinya terduduk dengan darah membasahi pelipis. Dia ingin menyeka darah yang mengalir di antara permukaan epodermis bibirnya namun satu tendangan kuat tepat pada pinggang menghentikan niatnya.
"Hah!" Sekarang dirinya telempar kembali ke sisi tembok lainnya. Tubuhnya terasa remuk karena dihajar secara habis-habisan oleh pemuda lain yang tengah menatapnya datar dan dingin. Dia menyipitkan matanya dan berusaha bangkit dari posisinya yang jelas menunjukkan bertapa terpuruknya sang adam.
"Masih sanggup berdiri?" Suara bariton tersebut terdengar berat dan sama sekali tidak menyimpan rasa kasihan. Tapi itu tak diindahkan oleh lelaki surai hitam yang teraniaya tersebut karena memang dia tidak ingin dikasihani. Kedua kakinya akhirnya berhasil mengangkat tubuh kurus miliknya. Dengan nafas tersengal-sengal dia memegang bagian pinggangnya yang nyeri luar biasa namun dengan mati-matian ia tahan.
"Kang Daniel, apa hanya itu kemampuanmu?" Katanya sinis sebelum kembali melayangkan tinjunya kepada Daniel, pemuda yang menumpahkan emosi padanya sedari tadi. Daniel dengan sigap menahan tinjunya dan memelintir tangannya, namun lawannya itu pun tak kalah gesit. Dengan kakinya yang bebas, ia menjegal kaki Daniel hingga membuatnya terjatuh dan tertindih oleh pemuda bersurai hitam tersebut.
Cengkeraman tangan Daniel terlepas dari kepalan tangannya dan pemuda yang memiliki tinggi nyaris sama sepertinya itu mengambil kesempatan tersebut untuk menahan kedua tangan Daniel yang berada di bawahnya. Tidak suka dengan posisi itu, Daniel mendesis kesal dan berusaha melepaskan cengkeraman kuat pemuda di atasnya. Melihat ini, dia tersenyum sinis.
"Merasa tak berdaya, hah?" Desisnya.
Desisan yang meremehkan itu memicu amarah Daniel. Dia membuka matanya lebar dan dengan segenap kekuatannya ia membalikkan posisi dan mengunci kaki pemuda yang tadi menindihnya dengan miliknya yang tak kalah jenjang lalu kembali menahan kedua tangan tersebut. Pemuda yang terkejut dengan perubahan posisi itu hanya dapat menatapnya garang sambil berusaha melepaskan diri.
"Sekarang siapa yang tidak berdaya, Ong Seongwu?"
Seongwu menghela nafas dan tersenyum malas, "Aku?"
Daniel membalas senyuman itu dengan senyuman sinis, "Benar."
"Pikir sekali lagi."
Dengan satu hentakan Seongwu membebaskan satu tangannya dan menarik kepala Daniel ke bawah. Dia menggigit telinganya keras hingga Daniel terpaksa melepas cengkeramannya dan mengerang kesakitan. Seongwu memakai kesempatan itu untuk memutar ke samping dan bangkit berdiri. Dia memuntahkan darah hambar yang memenuhi rongga mulutnya tersebut ke lantai kemudian tertawa.
"Darahmu tidak ada manis-manisnya. Sama seperti tampangmu," bisiknya dengan tawa yang tertahan. Daniel memegang telinganya yang mengucurkan darah segar dan menatapnya dengan tatapan membunuh. Seongwu membalas tatapan itu tanpa takut.
"Apa yang kau tunggu? Serang!" Tantang Seongwu lantang. Daniel merenggangkan ototnya dan mengikuti perintah Seongwu dengan senang hati.
Malam itu semuanya terulang kembali. Dua orang saling menyakiti dan menyerang satu sama lain. Keduanya saling melayangkan serangan tajam. Keduanya saling meluncurkan kata-kata hina. Dua-duanya berlomba-lomba untuk memegang dominasi. Namun, ada satu hal yang kontras dengan tindakan mereka.
Hati keduanya menangis.
Namun di balik tangis dari batin masing-masing dari mereka, adrenalin yang memuncak dan panasnya suasana kembali membuai kedua keturunan Adam tersebut dalam satu tarian liar penuh amarah dan dosa.
YOU ARE READING
the 12th night °•: nielong (( ✅ ))
FanfictionPada malam ke-12 setiap bulannya, mereka akan bertemu. Pada malam ke-12 setiap bulannya, mereka akan beradu dalam permainan palsu. Pada malam ke-12 setiap bulannya, mereka akan bersembunyi dari kejamnya realita. 강다니엘 Kang Daniel x 옹성우 Ong Seongwoo ...