03 ㅡ Dari Yudha

539 72 12
                                    

Pukul lima sore, didepan halaman terlihat Yudha sedang mencuci motor kesayangannya, memasuki bulan-bulan dipenghujung akhir tahun memang biasa diguyur hujan. Yudha yang setiap hari memang beraktifitas diluar sering terkena dampaknya, seperti; kejebak macet, terkepung banjir yang datangnya ngedadak, ataupun mesin motor yang kemasukan air dan akhirnya mogok ditengah jalan,

"Makanya beli mobil bang,"

Bunda muncul dari dalam rumah dengan membawa baki berisi dua gelas teh dan biskuit,

"Udah itu cari istri terus nikah,"

Yudha menanggapinya dengan senyuman sudah sangat lumrah dengan sifat bunda nya itu, apapun topik pembicaraannya pasti ujung-ujungnya bahas pendamping.

"Kemasukan air lagi? Yo bawa ke bengkel toh,"

"Engga kok bun," Yudha menghampiri bunda dan ikut duduk disebelahnya sambil tangannya ikut mencomot biskuit itu, "Cuma lumpur nya nutupin lobang knalpot,"

"Wuih parah banget dong! Banjir nya gede banget bang?"

"Ya gitu deh, Yudha pulang jam 3 dijalan udah kejebak banjir yaudah Yudha melipir dulu ke masjid,"

"Lah kok masjid? Motor nya mau kamu wudhu-in?"

Gelak tawa Yudha pecah, level jokes bunda nya ini sama-sama receh mirip Juna, Yudha terbatuk-batuk biskuit yang hampir masuk kerongkoan mendadak keluar lagi,

"Eeeeh bang kenapa deh!" Bunda ikut-ikutan menepuk tengkuk Yudha lalu menyodorkan gelas berisi teh itu, "Makanya kalo makan tuh ya pelan-pelan."
Yudha menerima gelas itu dan meminumnya hingga tersisa setengah, mengatur nafas lalu kembali melanjutkan aktifitas makan biskuit nya itu,

"Bang,"

"Hm?"

"Kapan nikah?"

Terus aja, Bun. Terus.

"Ya entarlah kalo Yudha punya cewek," jawabnya santai sambil melihat lurus kearah halaman yang kini diguyur hujan ringan,

"Bunda serius bang,"

"Yudha dua rius,"

"Gak lucuk!" jawab Bunda ketus, yang diceramahin cuman bisa ketawa sambil geleng-gelengin kepalanya masih ngerasa heran sengebet itu Bunda pengen Yudha punya istri,

"Bun, Yudha masih 26. Perjalanan Yudha masih panjang, masih jauh sama hal-hal kayak gitu mah. Lagian Yudha masih belum punya kerjaan tetep kan? Ngeband itu pun kalo ada panggilan, kerja bantuin om Yusuf cuma sambilan terus ga nentu," Yudha menghela nafas panjang,

"Bukan susah move on dari Indira kan?"

Thats. Tiba-tiba waktu berasa membeku. atmosfir nya jadi aneh. Hawa-hawa masa lalu mulai menggerayangi.

"Masih inget dia bun?"

"Ya masih lah, calon mantu idaman dia tuh."

Mata Yudha mulai mengawang, tatapan nya kosong pikirannya sudah buyar kemana-mana entah soal pendamping, motor ataupun Indira.

Nama itu,

Indira Rifanka.

Tepat 3 tahun berlalu, sejak nama itu memutuskan berpisah dengan alasan ingin fokus mengejar cita-cita tapi berakhir dipinang oleh orang lain.

Yudha tersenyum kecut ketika kembali membuka memori kelam nya itu, dia pikir ini cuma proses dalam sebuah hubungan awalnya dia gak mempermasalahin kenapa harus kandas tiba-tiba, tapi ketika denger Indira dipepet sama yang lain baru pada saat itu Yudha menyadari, dia emang dicampakin. dibuang secara halus dan dilupakan begitu saja.
Dan dari pengalaman itu lah Yudha jadi masa bodo soal pendamping sepengen dan sengebet Bunda nya kalau emang belum sreg ya harus gimana? Bukan soal durhaka karna mengabaikan perintahnya, tapi ini soal hati, tanggung jawab, dan amanat yang benar-benar harus ditanggung Yudha nanti kalau sudah berumah tangga, mangkanya Yudha gak main-main kalau udah nyangkut yang namanya calon,

Jadi,

Untuk sekarang, jalanin aja dulu,

Jodoh mah udah ada yang ngatur.

"Udah nikah sama yang lain elah bun," celetuk Juna yang tiba-tiba sudah duduk disebelah bunda nya, "Biarin abang nyari kebahagian nya sendiri bun, gausah dituntut kasian tar si abang malah stres terus gak jadi kawin. YHA."

"NIKAH JUN,"

"Iya-iya nikah, gitu bun. 26 mah gak ketuaan liat tuh artis-artis luar banyak yang nikah diatas 30an masih laku kan? yaiya kan jodo mah uda diatur,"

Raut bahagia dan penuh haru tergambar jelas diwajah Yudha seakan adik nya itu mengerti penderitaannya karna terus ditanyain kapan nikah.

"Yeu ngomongnya sok dewasa kamu, sok gede padahal mah kalo ke kamar mandi tengah malem masih minta anter," cibir bunda sambil membereskan gelas dan biskuit ke nampan, "Cepet punya cewek jun. biar punya malu noh,"

"BUNㅡ" Wajah dan telinga Juna memerah, omongan Bunda nya itu memang ada benernya juga, kadang seorang Arjuna bisa sangat kharismatik, gagah, bijaksana dan penuh wibawaㅡkalo didepan temen-temennya, beda kalo didepan keluarga, Juna bisa mirip banget sama anak kucing yang baru dilahirin, sangat ringkih, manja, dan ribet juga nyebelin, dia emang meranin anak bungsu dengan tepat.

"BANG BELAIN DONG WOYㅡ"

"HEH GABOLEH TERIAK-TERIAK SAMA ABANGNYA,"

"LAH BUNDA TERIAK?????"

"KAMU NGEBANGKANG SAMA BUNDA? PAKE NGEBENTAK SEGALA LAGI."

"GAK BENTAK BUN TAPIㅡ"

"GAK MAKAN AYAM KECAP SEMINGGU."

"EH BUN, YAAAAA LAH KENAPAㅡ"

"ARJUNA."

"Iㅡiya bun."

Sore itu ditutup dengan omelan tanpa batas Bunda untuk Arjuna dan Yudha yang balik lagi ngurusin motornya yang lobang knalpot nya kemasukan lumpur, belom beres ternyata.

Yeu.

***

ㅡHai kalian long time no see, gila udah berapa lama nih ga pernah diupdate wkwk terakhir kali pas mau unas sekarang tiba-tiba mo uas semester satu. gak tiba-tiba sih sebenernya dikarenakan tingkat kemageran gue yang kek tai jadi work-work gue akhirnya terbengkalai. BUTㅡ gue usahain bakal jadi lebih produktif mulai sekarang ya gak sering-sering amat lah ya tapi adalah sesuatu yang harus gue bikin terus kalian nikmati ahay author norak bahagia baru punya readers. SOOOOO I HOPE YOU ENJOYED DENGAN CERITA-CERITA RECEH DAN UNFAEDA BUATAN GUE.

💖💖💖

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE BROTHER'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang