Tak henti-hentinya Prilly menangis sesenggukan tengkurap di tempat tidur. Al hanya dapat duduk termenung di tepi ranjang, tanpa bisa menyentuh bahkan memeluk kekasihnya.
"Papa tega banget! Dia nggak bisa memutuskan semuanya sendiri. Aku ini anaknya, bukan boneka! Aku punya hati yang bisa merasakan sedih dan sakit," keluh Prilly jengkel memukul-mukul bantal melampiaskan amarah.
"Terus apa yang akan kita lakukan?" tanya Al menunduk sedih. "Maaf, aku gak berdaya sekarang," sambungnya.
Sejenak tangisan Prilly berhenti, dia bangun bersila menghadap Al.
"Aku harus secepatnya menemukan ragamu. Tapi di mana aku memulainya? Aku bingung, Mama Maya nggak bisa dihubungi, El dan Dul juga sudah memblokir semua sosmed-ku dan nomor teleponku." Prilly menjambak rambutnya frustrasi.
"Kamu tanya di rumah sakit terakhir aku dirawat. Aku yakin pasti mereka punya data kepindahanku ke suatu rumah sakit," usul Al.
"Sudah, tapi mereka tidak memberikan jawaban. Aku paham ... itu salah satu prosedur rumah sakit apalagi jika itu sesuai permintaan keluarga pasien. Kami para dokter sudah terikat janji dan sumpah, pantang melanggar."
"Terus mau gimana?"
Prilly terdiam, otaknya terus berpikir mencari jalan keluar.
Tuk tuk tuk
Pintu kamar terketuk.
"Prilly," panggil Bekti. "Ali datang bersama orang tuanya," lanjut Bekti dari balik pintu.
Prilly mendengus sebal, "Kenapa sih dia datang di waktu yang nggak tepat."
Sembari turun dari ranjang, dia ngedumel pelan. Al mengikuti Prilly membuka pintu.
"Ma, haruskah aku menerima dia yang nggak pernah aku cinta?" tanya Prilly kesal setelah ia membuka pintu kamar lebar.
Bekti membelai rambut panjangnya, dia tersenyum tipis.
"Mama tahu pasti kamu berat menerima keputusan Papa. Maaf, Mama nggak bisa membantumu kali ini."
Prilly menghela napas berat. Hati Al perih dan nyeri mendengar ucapan Bekti. Itu artinya ia dan Prilly tidak ada lagi kesempatan bersama.
"Ya sudahlah! Mau gimana lagi. Papa kan memang begitu, keras hati," ucap Prilly sewot melenggang pergi menemui Ali dan keluarganya dengan wajah kesal. Bekti mengikuti di belakang.
Al menatap kepergian Prilly, dalam hati dia berkata. Jika memang ini jalannya, izinkan aku pergi. Bukan berarti kepergianku ini kalah, melainkan membebaskanmu dari keterbelengguan yang membuatmu tidak bebas memutuskan pilihan. Maaf, Natasya Prilly Triscilla. Sampai detik ini aku masih mencintaimu. Aku harap suatu saat nanti kita dapat berjumpa lagi di keadaan yang berbeda, suasana yang bahagia. Selamat tinggal kekasih terbaikku.
Air mata Al menggantung, perlahan bayangannya memudar. Semakin lama tubuhnya menghilang.
***
Mata indah itu mengejap, kicauan burung bersahutan menyambutnya. Suasana pagi yang sejuk menyapa. Dia mengedarkan pandangan, mencari seseorang yang telah terbiasa ia lihat dikala mata terbuka dan saat malam mata ingin terpejam. Di kamar itu tak ada orang selain dirinya. Prilly pun menyibak selimut yang menutup setengah badannya lantas turun dari ranjang seraya mengikat rambut asal.
"Al," panggil Prilly pelan mengedarkan pandangannya.
Prilly membuka pintu balkon, udara sejuk menerpa tubuhnya, segar dan menenangkan jiwa.
"Aneh, dari semalam setelah menemui Ali dan keluarganya, aku nggak lihat Al. Di mana dia?" Sesaat Prilly terdiam ketika ia menyadari sesuatu .... "Nggak!!! Aaaaaaaaallll!!!" teriak Prilly mencari ke seluruh sudut kamar. Tidak ditemukan sosok bayangan yang selama ini menemaninya.
Hati Prilly gundah bercampur ketakutan yang teramat tinggi. Air mata membasahi wajahnya. Prilly keluar kamar sambil sesenggukan.
"Maaaaa!!!" teriak Prilly menangis.
Bekti yang sedang menyiapkan sarapan terkejut lantas berlari ke sumber suara.
"Prilly! Kamu kenapa?" tanya Bekti khawatir melihat putrinya pagi-pagi kalang kabut dan menangis sesenggukan.
Bekti memeluk Prilly, menenangkannya.
"Maaaa ... Al ... dia ... dia ...." Suara Prilly terbata-bata.
Bekti melonggarkan pelukannya, ia menangkup wajah sendu Prilly. Matanya sayu, hidung merah keluar lendir, wajahnya pun basah air mata.
"Ada apa dengan Al? Apa kamu menemukannya?" tanya Bekti.
Prilly bingung menjelaskan, apakah Bekti akan percaya dengan ceritanya? Sepertinya tidak mudah menjelaskan tetang bayangan Al, apalagi selama ini hanya dia yang bisa melihatnya.
"Bukan itu, Ma. Tapi ...."
"Sudahlah!!! Ngapain kamu masih memikirkan orang yang keberadaannya saja kamu tidak tahu," sela Tiyo yang tiba-tiba datang.
Bekti dan Prilly menoleh, Tiyo dengan wajah angkuh berjalan santai melewati mereka masuk ke ruang makan. Dengan emosi tertahan dan napas tersengal, Prilly ke luar rumah tanpa sepatah kata.
"Prilly!" Bekti mengejar, berusaha mencegah kepergiannya. "Kamu mau ke mana? Tenangkan pikiranmu dulu, Sayang."
"Nggak bisa, Ma. Aku harus menemukan Al. Aku nggak bisa tenang sebelum mengetahui keberadaannya." Prilly tidak menggubris larangan Bekti, dia nekad melebarkan langkahnya masuk ke dalam mobil.
Hati dan pikirannya dikuasai emosi, yang ada dalam otak Prilly hanya ingin menemukan Al. Prilly pun mengendarai mobilnya ke luar dari pelataran rumah. Bekti hanya bisa menangis melihat mobil yang dikendarai putrinya pergi.
############
Hampir satu abad ya aku nggak update. Hihihi
Miss you full, all. 😘😘😘😘
I love you. Happy new year.😊
Apa nih harapan kalian di tahun baru?Makasih yang masih sabar menunggu, makasih juga untuk vote dan komentarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKASIH BAYANGAN (Komplit)
FanficKehidupan dia biasa saja, normal seperti orang kebanyakan. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di tengah hati kecilnya. Ada hal yang hadir mengusik ketenangan jiwa. Yaitu kekasih bayangan. Dapatkah dia menjadi nyata? Ataukah akan selamanya menjadi baya...