Hunted: Chapter 48 (Muncul Kembali)

549 57 27
                                    


“Hei, Le.”

“Aku tau! Gak pake bayangan. Ok.” Sela Michelle yang langsung meninggalkan Devi untuk menyerbu Ayana.

“Cari mati?” cibir Beby spontan melepaskan serangannya.

“Siapa? Aku cari Ayana, bukan cari mati” balas Michelle dingin sambil menghindari serangan Beby dengan mudahnya.

“Eh?! Bagaimana bisa ia menghindari seranganku dari jarak sedekat ini? Dan lagi, ada apa dengan aura hitamnya itu?! Kenapa…”

“Ikut Aku.” Sahut Michelle yang langsung menarik kerah Ayana menjauhi Beby.

“Hei! Jangan kira kau---“

“Udahlah. Ada Aku di sini yang nemenin Kakak.” sahut Devi ketika tiba-tiba ia mengejutkan Beby dengan keberadaan dirinya yang muncul begitu saja di hadapan lawannya tersebut untuk menghentikan serangan yang hendak Beby lepaskan.

“Yakin bisa nemenin ‘Aku’?” ujar Beby dengan penekanan di kata terakhir.

DRRRGGG!!!

Permukaan tanah yang bergetar membuat keseimbangan Devi goyah dan membuatnya langsung berjaga-jaga ketika melihat apa yang muncul dari dalam tanah. Yap! Replika Beby yang jumlahnya lebih banyak ketimbang saat Beby menghadapi Lidya. Juga kepadatan dari replika tersebut yang membuat mereka menjadi lebih keras.

“Hm? Zombie? Bukan. Boneka?”

Trak.

“Oh sial!” seru Devi panik ketika seluruh replika tersebut mulai menyerangnya serentak begitu mendengar jentikan jari Beby.

Kecepatan, keakuratan, juga kekuatan yang dilepaskan oleh replika-replika tersebut kali ini lebih baik dari sebelumnya. Semuanya benar-benar tidak jauh dari Beby yang asli. Menghadapi lawan sebanyak itu, juga dengan kemampuan yang cukup merepotkan, membuat Devi kewalahan dalam menghindari serangan-serangan yang menghujaninya tanpa henti. Terlebih lagi luka yang sebelumnya ia terima dari Beby yang asli, membuat gerakannya tidak selincah, juga seluwes biasanya.

“Ck! Merepotkan saja!” geram Devi.

Meski kerepotan untuk menghindar, bukan berarti Devi tidak dapat menyerang balik. Beberapa dari replika-replika tersebut berhasil ia hancurkan. Baik oleh tendangannya, maupun dengan pukulannya. Hancur menjadi debu.

“Lumayan.” Ujar Beby yang muncul tiba-tiba di tengah-tengah serbuan replika-replikanya.

BUAK!!!

“Hah! Serangan dari yang asli ternyata tidak terlalu berbeda jauh dengan boneka-boneka itu.” sahut Devi congkak saat ia berhasil dengan sempurna menahan tendangan Beby.

“Memang. Tapi tetap, TIDAK SAMA!”

DRAAKK!!!

“AARRGGHH!!!”

“Devi?!” seru Michelle terkejut ketika mendengar jeritan kawannya tersebut.

“Beby?” gumam Ayana yang juga mendengar hal yang sama.

Mereka berdua terdiam sesaat. Masing-masing memburu nafas. Michelle yang terus menghujani Ayana dengan serangan-serangannya yang tidak satupun dari serangannya tersebut yang berhasil mendarat di titik vital Ayana. Sementara Ayana yang berusaha semampunya untuk menghindari serbuan Michelle yang tidak memberikannya ruang ataupun kesempatan untuk sekedar melayangkan serangan balik.

“Kenapa? Susah buat ngadepin Aku."

“Hmph.” Michelle hanya mendengus karena memang itulah yang ia rasakan.

“Kenapa gak pake elemen kamu aja?”

Michelle terdiam. Ia bimbang menanggapi pertanyaan dari lawannya tersebut karena memang, sedari tadi, meskipun ia sudah menggunakan aura hitamnya masih belum dapat melukai Ayana dengan cukup parah.

“Segini aja udah cukup!” seru Michelle yang kali ini melayangkan tendangan yang tidak dapat dihindari Ayana.

Tidak seperti sebelumnya, kali ini Ayana tidak dapat menghindari ataupun menahan serangan Michelle dengan sempurna. Melalui matanya, ia melihat sesuatu yang berbeda. Aliran auranya kali ini tidak seliar sebelumnya ketika Michelle menyerangnya secara brutal yang bahkan dapat ia perkirakan gerakannya. Aliran auranya kini terlihat lebih teratur, kuat, dan cepat.

“Bagaimana bisa tiba-tiba jadi seperti itu---“

DUAKK!!!

“Gara-gara kamu!!!” seru Michelle semakin memberi tekanan pada tendangannya yang secara kebetulan dapat ditahan oleh Ayana membuat Ayana terlempar ke tempat di mana Beby dan Devi menjerit kesakitan.

Devi tidak menduga bahwa akan ada pukulan melayang dari lengan Beby yang telah remuk yang mendarat tepat di lukanya yang terbuka hingga menimbulkan rasa sakit yang begitu menyiksanya kali ini. Sementara Beby yang memaksakan lengannya yang telah hancur, kini hanya bisa meringis setelah jeritannya tak lagi berlanjut.

“Sialan! Apa-apaan Kakak itu?! Dengan tangannya yang sudah remuk? Gila!” geram Devi.

“Bodohnya Aku. Kenapa malah pake tangan yang ini?! Ck!” keluh Beby.

“Awas, Len!” seru Michelle melompat menerjang Ayana yang terbaring di dekat kawannya tersebut.

“Oh, God!” seru Devi terkejut sambil langsung berguling ke arah berlawanan.

BUAKK!!!

“Ha! Halo Aya- eh, Anaya!” kaget Michelle ketika hantamannya ditahan dengan mudah oleh Anaya.

“Halo juga, Lele!” balas Anaya sambil menghempaskan Michelle dengan hembusan angin yang kuat dari kedua tangannya.

“Nah! Sekarang Aman!” sahut Devi menyambung serangan Michelle yang terhempas.

KRAAKK!!!

Pukulan Devi berhasil ditahan Anaya dengan sempurna oleh kedua tangannya yang tentu saja telah dilapisi oleh lapisan tanah yang sangat tebal. Meski begitu, pertahanannya tersebut tidak cukup membendung pukulan Devi. Pertahanannya hancur sementara Anaya terhempas mundur cukup jauh.

“Aman?” tanya Michelle sumringah ketika ia bergabung dengan Devi.

“Hm.”

“Halo? Lupain Aku?” tanya Beby yang muncul di hadapan mereka dengan perisai tanah yang melindungi sekelilingnya.

“Engga kok, Kak.” sahut Devi santai yang ternyata telah memperhitungkan kedatangan Beby di dekatnya Ia telah mempersiapkan tinjunya untuk menyambut kedatangan lawannya tersebut. Dan dalam ayunan tangannya yang begitu cepat…

BUAKK!!!

“Devi!” seru Michelle terkejut karena yang ia lihat adalah Devi yang terlempar. Terhempas oleh pukulan Anaya yang tiba-tiba saja muncul tepat di hadapan Devi dengan posisi yang lebih rendah sehingga memudahkannya untuk mendaratkan pukulannya tepat di perut Devi.

“Kurang ajar!” sahut Michelle menyerbu Anaya.

“Lambat.” Gumam Anaya kali ini bergerak secepat kilat. Benar-benar secepat kilat karena di kedua kakinya terlihat percikan listrik di kedua kaki Anaya.

“Tapi Aku tahu kemana kamu bergerak.” Ledek Michelle sambil merentangkan tangan dengan tinjunya yang sudah terkepal.

Anaya yang tidak menduga hal itu tentu saja terkejut. Dalam kecepatan geraknya, kepalan Michelle terlambat ia hindari sehingga wajahnya menghantam tinju tersebut.

“Hah! Secepat apapun gerakan, kalau bisa diprediksi se---“

“Halo? Lagi-lagi kamu lupa kalau Aku ada di dalem sini.” Sahut Beby.

“Sialan!” seru Michelle terkejut.

DUAG!!!

Tendangan Beby telak mendarat di perut Michelle. Melemparkan Michelle jauh ke tempat Devi yang juga terkapar karena menerima pukulan Anaya sebelumnya.

“Haha. Kelempar ke sini juga.” Canda Devi yang baru saja berdiri.

“Ck! Percuma aja udah aman pake bayangan kalo gak ada cahaya sama sekali.”

BLAARR!!!


-

-

-

-

-

TBC...

Season 2 Hunted (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang