Prolog 🍫

364 50 8
                                    

31 Desember, 2025.
Festival Salju Ouchijuju.

Malam itu, butiran - butiran salju mulai jatuh ke atas permukaan. Seperti perkiraan dalam ramalan cuaca, malam ini musim telah berganti. Membuat siapa aja menggigil, karna kedinginan.

Gadis ber-sweater coklat itu mengeratkan pelukannya pada badannya, pasal nya hawa dingin perlahan - lahan masuk kedalam tubuhnya. Merasa tidak cukup, ia menggosokan kedua telapak tangannya yang sedang di balut dengan sarung tangan berwarna hitam.

Gadis itu menggerakan tangannya lurus, menatap butiran - butiran salju yang berjatuhan diatas telapak tangannya. Ia menatap salju itu beberapa saat, memandangi butiran salju yang melayang - layang lalu berjatuhan diatas telapak tangannya.

Gadis itu mendongakkan kepalanya, menatap lurus kearah seseorang yang sedang menatapnya.

Ada yang hilang.

Entah mengapa hatinya begitu sakit saat melihat seseorang yang ada didepannya. Gadis itu mengerutkan keningnya samar, ia merasa separuh jiwa nya hilang. Tapi ia masih tidak tahu apa yang hilang dari hidupnya. Ia juga tidak tahu apa yang hilang itu adalah bagian dari dirinya. Tapi, semakin ia memikirkannya rasa sakit dihatinya kembali bergejolak.

Perih.

itu yang ia rasakan. Rasa perih yang bergejolak didalam hatinya itu membuat ia merasakan getaran yang seharusnya tidak ia rasakan. Gadis itu meremas dadanya kencang, memejamkan matanya yang sudah mulai memanas lalu menarik napas dalam - dalam.

Gadis itu berputar, berjalan meninggalkan tempat yang tadi menjadi sanggahannya. Langkah gadis itu terhenti didepan pohon yang di hiasi dengan lampu kelap - kelip serta beberapa hiasan yang menggantung di ujung ranting pohon.

Ia memejamkan matanya, menikmati suara - suara yang perlahan memasuki indra pendengarannya. Suara orang - orang tertawa, saling bercanda gurau dan suara iringan musik yang sangat ia kenal. Perlahan - lahan tetesan bening meluncur begitu saja diatas pipinya. Ia kembali merasakan gejolak di hatinya saat mendengar iringan lagu itu terus melantun.

Ia mengelap cairan bening itu dengan kasar, lalu membuka matanya perlahan - lahan. Tepat pada saat itulah ia melihat orang itu.

Orang itu berada beberapa meter di depannya, orang itu menyalami beberapa orang yang menyapanya. Sesekali orang itu melanturkan beberapa canda yang di hadiahkan senyuman oleh orang yang ada di sekeliling nya. Matanya yang berwarna hitam, rahang nya yang terlihat tegas serta badannya yang tegap, entah kenapa membuat gadis ber sweater coklat itu tetap mengamati orang itu. Gadis itu tidak bisa menutupi kemungkinan bahwa ia tidak bisa mengalihkan tatapan nya kepada sosok yang ada di sebrangnya.

Gadis itu meremas ujung sweater coklatnya, entah mengapa ada rasa rindu saat melihat orang itu tertawa lepas dengan orang lain. Ada rasa tak rela, saat melihat orang itu bercanda gurau. Perlahan - lahan rasa perih itu kembali menguasai lubuk hati gadis itu. Ia merasa matanya mulai memanas, gejolak yang timbul di dadanya semakin membesar.

Kemudian, orang itu mengangkat wajah dan memandang ke sebrang, tepat ke arahnya. Gadis itu merasa manik matanya terkunci saat mata teduh orang itu menatapnya.

Mata mereka bertemu dan waktu serasa berhenti. Membuat ruang antara ia dan orang itu.

Perih. Itu yang ia rasakan.

Semakin lama menatapnya rasa perih itu semakin menusuk relung hatinya, otaknya memaksa ia mengingat kenangan yang tidak ia ingat. Ia yakin bahwa ia tidak mengenal sosok yang ada di sebrang nya. Tetapi mengapa saat melihat orang itu hatinya semakin sakit?

Mengapa orang itu menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan?

Kenapa hatinya seakan berkata bahwa orang itu adalah seseorang yang sangat ia rindukan?

Apakah benar bahwa orang itu adalah salah satu bagian dari potongan kisah dari hidupnya?

***

Jangan lupa untuk vote dan comment🍫

A/n : Silahkan di simak dan dinikmati.

Memories in winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang