Orang bilang pertemuan pertama selalu kebetulan. Tapi, bagaimana caramu menjelaskan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya? Apa tuhan campur tangan di dalam nya?
.
.
.
SUARA alarm dari lagu Wanna One - Energic menggema disebuah kediaman bernuansa hitam-putih itu. Riana segera melonpat dari atas tempat tidurnya, sambil berlari ke kamar mandi.
Demi bulan dan bumi, dia sudah sangat telat! Riana kira alarm nya berbunyi saat pukul 8 pas, tetapi alarm itu berbunyi saat pukul 10, yang artinya ia sudah sangat telat.
Riana menatap tampilan nya didepan cermin berbentuk oval itu, ia menggerai rambutnya, lalu melilitkan syal berwarna merah di lehernya. Kemudian ia memoles bibirnya dengan lip tint berwarna merah muda, dan menaburkan bedak tipis ke permukaan wajahnya.
gotcha, gumannya.
Riana selesai bersiap - siap dan dengan segera berbalik, lalu menutup pintu apartemennya. Beberapa menit setelah berlari meninggalkan rumah, Riana sampai di halte. Hari ini cuaca di Tokyo, tidak sedingin kemarin malam. Hari ini kendaraan cukup padat, berlalu lintas karna jadwal kantor masyarakat Tokyo.
Riana tersenyum, mengingat besok adalah peluncuran Novel ke-limanya yang sudah sangat ditunggu-tunggu oleh penggemarnya. Perasaan bangga dan senang menguasai hati Riana, cukup membuat orang yang ada disekeliling nya menatap Riana heran karna gadis itu terus saja senyam-senyum sendiri.
Riana bangkit saat melihat sebuah bus yang melaju untuk transit didepannya. Ia melangkah ke tepi trotoar, tapi karna ia terlalu senang mengingat peluncuran novelnya, ia tersandung batu dan mendarat kearah tengah jalan.
tin!!
Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat disamping badan nya yang sedang mencium aspal. Gadis itu merutuki kebodohannya sendiri, karna tidak melihat batu besar yang ada didepannya. Ia meringis pelan saat melihat dress yang ia pakai robek hingga memperlihatkan paha nya yang ter ekspos. ia bukan meringis karna dengkul nya terluka tetapi karna dress berharga 500 ribu itu robek.
Si pengemudi mobil turun dengan muka kesal. Bagaimanapun, ini bukan salahnya. Ini adalah salahnya wanita gila bersyal merah yang sedang atraksi melompat kearahnya.
"Kamu nggak papa?" tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya.
Riana mengelus dengkul nya yang semakin terasa perih, tidak mungkin ia bilang ia baik-baik saja, pasalnya darah di dengkulnya semakin banyak. Apalagi dress nya yang mahal ini robek, sehinggal membuat lelaki jelalatan melihat pemandangan gratis.
Pria itu memegang pundak Riana, "Mba, nggak papa kan?"tanya nya lagi.
Riana mendengus kesal lalu menatap seseorang yang ada disampingnnya. Ia syok saat melihat seseorang yang menatap nya. Matanya hitam pekat, wajahnya yang tampan bagaikan oppa oppa korea, rahangnya yang tegas, badannya yang tegap dan atletis membuat siapa saja yang melihatnya akan meleleh. Ada yang berontak di dadanya saat Riana melihat sosok yang ada didepannya. Saat ia mengingat-ngingat, mata gadis itu membelalak kaget.
"KAMU..."
Pemuda itu melepaskan jaketnya, lalu mendekat kearah Riana. Riana menyilangkan tangannya didepan dadanya sambil memejamkan matanya keras-keras. Ia pasrah saja kalau dia mau dipukul, toh kalo ia dipukul ia bisa menuntut cowo yang ada didepannya ini dan mendapatkan segepok uang.
Pintar juga gue, ngehehe
Riana menyeritkan dahinya bingung saat ia tidak merasa di apa-apain, gadis itu membuka matanya. Betapa terkejutnya ia saat melihat jaket pria itu membalut dress nya yang robek, dan cukup menutupi paha mulus Riani.
"Maaf saya tidak sengaja. Saya rasa kamu baik-baik saja, kalau gitu saya permisi. Saya lagi buru-buru."
Pria itu membalikkan badannya menuju mobilnya kembali. Sebelum menancap gasnya pria itu membuka kaca nya, menatap Riani yang masih termenung, "Lain kali kalau cuaca dingin jangan pakai dress, nanti kamu kedinginan."
***
"Riana jangan lupa 4 episode terakhir kamu kirim ke saya ya, deadline nya nanti malam loh."
"Ah iya, mbak. Nanti malam saya kirim, sekalian jangan lupa ya mbak, bonus saya hehe."
"Aman aja Riana kalau sama saya, kalau kamu rajin nyelesain webtoon-nya, saya kasih kamu bonus terus."
"Oke Mbak, ditunggu ya."
bip.
Riana mendengus kesal sambil menggerakan pulpen nya diatas ipad. ia mengacak rambutnya kesal, rasanya ia malas banget buat nerusin episode series webtoonnya, apalagi ia dikejar terus sama deadlinenya. Tapi nggak papa deh, asalkan bonus lancar, Riana giat juga ngerjainnya.
"Nih, coklat panas pesanan lo," Cella menyodorkan minuman kearah Riana, "Thanks,sel." Yang dihadiahi anggukan oleh Cella
Cella menyerup vanilla lattenya, "lo kenapa sih Rin, dari tadi gue liatin kesel mulu. Macam istri yang nggak dikasih jatah sama suaminya."
"Jatah - jatah pala lo peang," Riana menoyor kepala Cella, membuat sang empunya mengelus kepalanya kesal.
"Ini nih mbak Kurumi, masa kasih jadwalnya minggu kemaren, terus nanti malam udah deadline nya aja, 4 episode lagi. Dikira gue robot apa, eh gapapa deh robot yang penting cantik."
"Percuma juga sih, Rin,cantik tapi jomlo,"celetuk Cella sambil mengaduk vanilla latenya.
"Iyain deh, yang udah tunangan. Yang jomlo bisa apa,"
Riana mengangkat gelas plastik yang berisikan coklat panas miliknya, ia membuka beberapa email yang sedang menjadi kerjaannya beberapa hari ini. Ia kembali meng-klik email tanpa nama yang terus mengiriminya pesan.
Saya tergerak dengan tulisan kamu tentang seseorang yang ditinggalkan atau meninggalkan. Dari sini saya menyadari bahwa banyak dari jiwa orang yang hatinya sangat rapuh, yang harus saya jaga. Apalagi menurut saya sepertinya kamu sosok yang suka meninggalkan seseorang, bukan?
Riana menurunkan gelasnya, mengetikkan balasan kepada email tanpa nama itu.
Saya tidak meninggalkan, saya ditinggalkan. Tapi benar bukan, bagaimana hidup memang hanya cerita. Cerita tentang meninggalkan atau yang ditinggalkan.
Riana kembali menunggu balasan dari email tanpa nama itu, tapi hasilnya nihil. Pengirim itu belum juga membalas pesannya.
Tiba-tiba saja pikiran Riana kembali ke peristiwa sebelum novel nya diluncurkan, gadis itu menatap Cella membuat cella menautkan alisnya, bingung.
"Sel, menurut lo kalo ada orang sering ketemu beberapa kali sama orang yang dia nggak kenal, gimana?"
Cella menatap kuku nya yang lentik, "Kalo kata buku yang gue baca sih, Pertemuan pertama adalah sebuah kebetulan, Pertemuan kedua adalah sebuah perkenalan, Pertemuan ketiga adalah Takdir, "Cella memincingkan matanya kearah Riani, "Jadi, kalau misalnya lo udah lebih dari tiga kali ketemu sama itu orang, artinya orang itu bakal jadi bagian dari hidup lo. Potong kuku gue yang manjah ini deh kalau gue salah. "celetuknya tersenyum.
***
Jangan lupa untuk vote dan comment🍫
A/n : Lagi ngemed di otak jadi numpang gores, mumpung lagi lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in winter
Chick-LitPada musim dingin kala itu, butiran - butiran salju berterbangan menghiasi indahnya kota Tokyo. Pertemuan kita dimulai di awal Desember di musim dingin. Awalnya aku kira pertemuan kita hanyalah pertemuan sesaat yang tidak ada artinya. Tetapi semua...