"Eh lo siapa?" tanya Fitri bingung , pasalnya ia baru ketemu dengan Ferdo.
"Oh ya gue Ferdo, teman sekelas luna dan Dita. " Ferdo menjulurkan tangan, tanda perkenalan
"Ooalah, pantas soalnya gue gakenal sama lo. Nama gue Fitri. Sahabat Luna and Dita." Fitri menerima jabatan Ferdo
"Yaudah silahkan duduk." Fitri dan Ferdo pun duduk.
Ferdo pun duduk di samping Luna. Luna yang tidak menyadari Ferdo duduk disamping pun terkejut .
"Ada apa? Apa gue tidak boleh duduk disini?"
"Eh..bukan Fer, gue kaget aja soalnya gue gasadar kalau lo duduk disini."
"Hmm..gapapa" Ferdo sambil tersenyum manis.
5 menit kemudian Dita datang sambil membawa pesanan makanan Luna, Fitri dan Dita.
"Eh Ferdo, ada apa kemari?"
"Mau gabung sama kalian disini, soalnya gue kan anak baru, hanya kenal kalian aja."
"Ohh yaudah, ga pesan makanan gitu? Kan gaenak kami makan lo nya malah bengong."
"Ni mau mesan." jawab Ferdo. Setelah itu dia memanggil salah satu tukang jualan di kantin.
"Ehh bikk.." teriak Ferdo sambil melambaikan tangan ke tukang jualan di kantin.
Bibi itu datang ke arah meja mereka. "Eh, ya dek ada apa?"
"Bik, saya mau pesan makan nya bakso sama minumannya green tea." ujar Ferdo menyebutkan pesanan nya.
"Oh ok dek"10 menit kemudian...
Bibi tersebut datang sambil membawa nampan berisi pesanan Ferdo. "Dek, ini pesanan nya."
"Oh ya berapa semuanya bi?"
"Semuanya pesanan adek atau sekalian punya teman adek?"
"Semuanya bik termasuk teman-teman saya."
"Oh semuanya harganya Rp 50.000." bibi
"Eh tap-tapii..."
"Ini bi.." Ferdo sambil menyodorkan uang Rp50 ribu.
"Fer..ini terlalu berlebihan. Biarkan kami yang bayar." Baginya terlalu berlebihan membayar orang yang baru kenal.
"Tidak apa-apa. Lagian gue lakukan ini sebagai tanda pertemanan gue ke kalian."
"Hmmm...yasudahlah." ucap Luna pasrah. Lagian percuma saja dilawan, dilihat dari wajahnya saja nampak kalau Ferdo anti penolakan.
Hih jadi keingat kalau misalnya dia nembak orang, gimana ya? Pastisi cewe belum jawab iya langsung jadian. Habis, si Ferdo ini gasuka penolakan.
***
Bel berbunyi dengam keras dan panjang. Tandanya untuk pulang. Luna keluar dari kelas bersamaan dengan Dita dan Fitri.
"Eh..Luna tunggu.." Panggil Ferdo.
Luna yang merasa namanya dipanggil pun berhenti berjalan dan menoleh ke belakang dan terkejut melihat Ferdo yang berada di belakangnya sambil ngos-ngosan.
"Eh Ferdo ada apa?" tanya Luna.
Fitri dan Dita merasakan sesuatu yang ganjal. Setelah diteliti ternyata gue di belakang bersama Ferdo.
"Ekkhhmm." Fitri dan Dita kompak.
"Eh Fitri dan Dita , ada apa kemari?" tanya Ferdo polos. Padahal tadi dia lihat merrka pulang barengam sama Luna.
"Ya kami nunggu loo, kan kami pulang barengan. Ya kan Lun?"
"Hmm..boleh minta nomor WA gak?" Ferdo
"Buat apa?"
"Gaada, manatau ada hal penting."
"Ohh... Boleh kok, tunggu ya." Luna pun mengambil Hp nya.
"ini" sambil menyodorkan Hp nya.
Setelah itu Luna dkk pun pergi ke halte.
15 menit kemudian...
"Lun, mau sampai kapan lo nunggu? Mending sama gue aja,lagian kan orang tua lo kenal sama gue." tawar Dita.
Di halte dekat sekolah yang sepi, tersisa Dita yang setia menemani gue menunggu jemputan. Fitri sudah pulang duluan diantar sama supirnya.
"Tidak tau Dit, kalau bosen lo pulang duluan aja, gapapa kok, ntar dicari orangtua lho."
"tapi.." ucapan Dita terhenti saat mendengar suara klakson motor.
Di depan mereka terlihat Ferdo dengan motor ninja nya.
"Lun, pulang sama gue aja, bentar lagi hujan, liat tuh langit mendung." Ferdo sambil menunjuk ke arah langit dan benar langit gelap bertanda mau hujan.
"iya sih tapi.."
"Gada tapi-tapian Luna, mending sama gue saja." ucap Ferdo tidak terima penolakan.
"Eh sorry Lun, ortu gue nelfon katanya gue harus pulang. Sorry ya mending lo pulang sama Ferdo saja. Byee" Dita sambil bergegas menuju honda nya dan pergi.
"Ehh tapp...." Luna terhenti melihat Ferdo menarik tangannya dan menuju ke honda nya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...