D-4

37 7 5
                                    

Aku senang
Karena aku masih bisa
Menemui momen indah di dunia ini
Bersama

👑

Formulir ekstrakulikular dibagikan. Dan Rafa sudah tahu dia ingin masuk ekstra apa. Jurnalistik. Syifa memilih ekskul lukis, karena memang gadis itu suka menggambar.

"Raf, Raf... Itu kowe dipanggil si Reka." Indra memberitahu Rafa dengan heboh. Mendengar tuturan Indra, seketika kelas yang awalnya ramai menjadi hening.

"Reka ganteng nan pinter?" Syifa yang bersuara. Syifa tak kalah heboh dengan Indra. Bahkan gadis itu bertanya sambil menggebrak meja.

"Iya lah. Reka cuma siji di sekolah ini." Indra berkata ketus.

"Eh, eh... Biasa aja donk kalau ngomong." Syifa membalas omongan Indra.

"Ah, cewek mah nyebelin." Indra meninggalkan Syifa yang masih menggerutu dan sedang ditenangkan oleh teman-temannya.

Rafa menghela napas panjang. Lalu ia berjalan keluar kelas guna menemui Reka.

"Ada apa?" Tanya Rafa to the point saat sudah berada di depan Reka.

"Bisa gak, ramah dikit gitu ke gue?" Reka bertanya seolah-olah ia kesal, namun hanya senyum yang ada di wajahnya.

Rafa memutar bola matanya. Ia menipiskan bibirnya, membuat lesung pipinya terlihat.

"Ada apa menemuiku?" Rafa bertanya sekali lagi sambil tersenyum terpaksa. Ditanggapi kekehan oleh Reka. Kekehan Reka membuat alis Rafa naik sebelah.

"Udah ngumpulin formulir OSN?" Lanjut Reka. Dijawab gelengan oleh Rafa.

"Mau ngumpulin bareng? Atau nitip juga gak papa. Sekalian gue mau ke bawah." Rafa tak tahu mengapa Reka bisa berbicara seterbuka ini pada Rafa. Rafa tak ambil pusing dan segera mengambil formulirnya.

"Aku nitip. Makasih." Rafa segera membalikkan badan dan memasuki kelas. Namun langkahnya terhenti di ambang pintu karena pintu telah dihadang oleh sosok berbadan ramping, tinggi, nan tegap itu.

Rafa mundur beberapa langkah sehingga dirinya kembali berada di luar kelas. Rafa mendongak menatap Ryan. Yang ditatap hanya menatap balik sambil menguap tanpa mau memberi jalan.

"Aku mau lewat." Rafa berkata tanpa nada.

"Lewat aja." Ryan berkata.

"Kamu ngalangin jalan." Rafa memberi informasi. Bagaimana tidak menghalangi jalan, Ryan bersandar pada salah satu sisi pintu dan sebelah kakinya ditopangkan pada sisi pintu yang lain.

Ryan hanya diam sambil tetap menatap Rafa. Baru saja Rafa hendak mendorong kaki panjang Ryan, tangan lain sudah mendorong kaki itu. Rafa menoleh pada Reka yang menjulang disampingnya. Cowok itu menatap datar pada Ryan. Yang ditatap malah sibuk menguap.

"Udaf, Raf. Lo bisa lewat." Reka tersenyum pada Rafa yang masih menatapnya. Rafa hanya mengangguk sambil tersenyum canggung. Rafa segera memasuki kelas. Tak lama setelah itu, Reka pergi dan Ryan menuju bangkunya, kembali tidur. Rafa sempat menemukan Ryan meliriknya sejenak sebelum lelaki itu menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangan.

"Jadi kamu OSN masuk sampek semifinal?" Syifa bertanya heboh.

Rafa hanya manggut-manggut. Wah kalu ikut OSN bisa bikin gue deket sama Reka, bakal gue lakuin tuh. Biarlah rambutku jadi kribo." Rafa dan teman-teman yang lain tertawa mendengar ucapan Syifa.

"Kamu nyindir aku?" Tanya Fani yang memang berambut kribo.

"Lah, kamu mah kribo tapi kagak ada pinter-pinternya." Perkataan Syifa kembali ditimpali tawa oleh teman-teman.

AndersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang