[3] Akhir pekan 🍫

157 29 9
                                    

Orang sering bilang, katanya sekarang sih sudah bukan zaman nya Siti Nurbaya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Orang sering bilang, katanya sekarang sih sudah bukan zaman nya Siti Nurbaya lagi. Tapi, kenapa ibu-ibu zaman sekarang masih saja suka menjodohkan anaknya?

Abriana Pratista

.

.

.

KEBIASAAN Riana saat tengah malam untuk menonton drama korea masih terjalin hingga umurnya yang 25 ini. Akhir pekan, saat paling nyaman untuk bersantai, meninggalkan setumpuk pekerjaan dan menyerup coklat panas dengan beberapa jenis ramen.

Riana men-dudukkan bokongnya ke pinggiran jendela, diambilnya bantal bergambar hello kitty untuk menjadi ganjalan kepalanya. Ditangannya, gelas bercorak manik-manik mengepulkan asap dari coklat panas yang mulai berkurang panasnya.

Ia sudah memejamkan matanya, menikmati alunan klasik dari piano Yiruma yang sedang ia putar.

Diluar matahari mulai menampakkan wujudnya, tampak dari jendela disampingnnya, Riana sudah melihat beberapa orang yang sudah menjalani aktivitasnya.  Pagi diakhir pekan sangat menenangkan untuk Riana. Ia tidak akan terburu-buru akan deadline kerjaan nya ataupun menggoreskan webtoon yang sedang kejar tayang. Meskipun, hanya dua hari sendirian, ia tetap menikmatinya.

Tak lama kemudian handphone berwarna gold itu berbunyi. Riana dengan malas mengangkat telfon itu.

"Assalamualaikum, anak mami."

"Waalaikumsalam, mamiku."Riana menghela nafas pelan, pasti ada apa-apa kalau misalnya mami nya ini menelfon. Pasalnya ia sudah bosan untuk diajak mengikuti kencan buta, yang diciptakan maminya dengan teman-teman WA nya itu. Padahalkan usia Riani belom termasuk tua, seharusnya usia 25 itu masih menikmati masa-masa lajang.

"Riana kapan pulang kerumah? Ini kakakmu, papi dan mami kangen lho sama kamu. "

"Ini bukan strategi mami kan buat jodohin aku?Aku gak mau mi, ikut-ikutan begitu. Nggak suka."

Pernah pas itu Riana menghadiri acara perjodohan itu, tapi sampai di sana Riana kira lelaki yang mau diperkenalkan maminya itu lelaki yang suda mapan dan tampan tetapi yang ia lihat malah lelaki yang masih berumur 18 tahun, yakali Riana mau. Ntar dia dikira tante-tante gebetin brondong. Idih, ogah mah Riana. Kesannya entar kayak ngenes banget.

Semenjak itu, Riana jadi ogah-ogahan untuk menghadiri acara perjodohan itu. Dikira Riana nggak bisa cari jodoh apa, apalagi keluarganya belom apa-apa udah nanyain. Kapan nikah? Udah ada pacarnya? kapan - kapan ajak kalau arisan ya?

Rasanya Riana males banget kalau udah ikut acara keluarga, pasalnya setiap kesana ujung-ujungnya pasti nanya nikah. Dulu pas jaman-jamannya Mas Roni, abangnya dulu belum ada tunangan Riani masih bebas, belum di tanyain tentang nikah-nikah. Tapi semenjak Mas Roni udah punya tunangan, Riana yang jadi incarannya.

"Engga kok, sayang. Kita cuman mau jengukin teman papi kamu yang sakit. Nanti kalau kamu nggak bisa bareng mami, kamu dijemput Roni aja ya, sayang."

"Iya. Assalamualaikum, mi."

"Waalaikumsalam."

***

Riana menatap pantulan dirinya didepan kaca, hari ini ia mengenakan baju turtleneck berwarna abu-abu dengan bawahan jins hitam serta sweater hitam berbulu. Yang dipadukan dengan Desert Wedge dari Toms.

Riana membuka alat make upnya, lalu memoleskan beberapa foundation dan bedak secara tipis. Ia memakai maskara lalu menjepit bulu-bulu matanya yang lentik. Dan terakhir, ia memoleskan lip blam dari maybelline serta mengapply nya dengan liptint merah yang menyatu pada bibirnya.

selesai, gumannya.

Riana menyampingkan sling bag-Elizabeth berwarna putih tulang sambil meneguk coklat panas nya sampai habis.

Gadis itu mengedarkan pandangannya, mencari Roni yang kabarnya akan menjemputnya. Riana menyungging bibirnya keatas saat mobil lamborghini aventador berwarna putih sudah ada didepannya. Cowok berambut coklat itu turun dari singgasana nya, membukakan pintu untuk tuan putri yang ada didepannya. Riana tersenyum simpul lalu menghambur kepelukan kakak nya itu, "I miss you so much, dear babang."

Roni membalas pelukan adik kecil nya itu, "Miss you too, my princess." Roni melepaskan pelukannya, menatap Riani jengah, "Udah bagus pake dear dear, eh kok pake babang segala. Gak afdol tau nggak sih, kesel inces."

Riana tertawa renyah menatap kakaknya yang sedang mengumpat disebelahnya, "Mas, nggak boleh ngumpat mulu lho. Ntar jodohnya di patok mimi peri."ucap Riana terkekeh.

"Astaghfirullah, rin. Lo tega gitu ya, doain gue sama Dinar nggak nikah. Pulang ini, gue hapus nama lo dari kartu keluarga."

Riana mengusap air matanya pelan, tangan nya yang satu memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa, "Kalo lo nggak nikah ya bagus, kan jadi bujang lapuk." Kekeh Riana.

"ABRIANA!!"

***

Riana dan Roni telah tiba dirumah sakit, gadis itu mendengus kesal. Untuk apa coba ia harus kerumah sakit, males banget. Enakan juga dirumah nonton oppa oppa ganteng sambil minum coklat panas dengan cheese cake. Membayangkan nya aja cukup membuat bibir Riana melumer, rasanya ia pingin cepat-cepat pulang terus menghambur ke ranjang nya yang nyaman itu.

"Mas ngapain si kita  kesini? Siapa si yang sakit? Mami? Papi? perasaan mereka baik-baik aja. Kemaren aja Riana liat foto-foto mami di Ig lagi shoping manja, papi juga kemaren habis upload poto bareng Risky Nazar."

Roni memutar matanya malas, tangannya menarik Riana secara paksa,       "Mending lo diem aja napa, sekali-kali nurut gitu sama abang lo." Roni berjalan cepat menuju lift, "Itu juga orang tua udah berumur tapi masih aja doyan main Ig, pusing gue lihatnya."

"Yakan mereka bonyok lo," timpal Riana kesal.

"Bonyok lo juga, bego."balas Roni nggak mau kalah.

Sesampainya dilantai VVIP, Riana dan Roni menyusuri lorong hingga berhenti di kamar nomor 1110. Gadis itu tersenyum lega saat melihat mami dan papinya yang sedang duduk berdua didepan pintu.

"Mami, Papi!"

Riana menghambur kepelukan mami dan papinya itu, sesekali ia mengecup punggung tangan orang tuanya itu, "Miss u so much mi, pi."

"Miss u too, darl."

Riana melepaskan pelukannya, lalu menatap mami, papi dan Roni secara bergantian. Gadis itu mengerutkan keningnya samar, "Ini kamar siapa? Kok kalian pada diam?"

Roni tersenyum, lalu menautkan jemari nya dengan jemari Riana. Tanpa menjawab pertanyaan Riana, Roni menurunkan gagang pintu dan mendorong pelan hingga pintu itu terbuka.

Riana menatap ruangan itu bingung, hingga matanya bertemu dengan sepasang mata hitam itu, membuat gadis itu membelalakan matanya, kaget.

Subhanallah, nikmat tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan.

***

Jangan lupa untuk vote dan comment🍫

A/n : Setelah menonton oppa oppa ganteng, tiba-tiba ide briliant langsung nyangkut diotak ngehehe. gud deh.

Memories in winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang