[4]Kabar yang tidak terduga🍫

134 27 6
                                    

Cinta itu dipilih, bukan memilih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta itu dipilih, bukan memilih.

*

*

*

RIANA terdiam membisu saat melihat seseorang yang kemaren mendorong nya terlihat muram dan sedih. Tatapannya yang biasa tajam mendadak menjadi sendu.

"Riana udah datang, pah." ucap wanita yang kira-kira seumuran dengan maminya kepada pria paruh baya yang sedang tergeletak tidak berdaya di atas kasur rumah sakit.

Riana mengerutkan kening nya bingung, suasana di ruangan ini sangat menusuk kulitnya, membuat bulu-bulu halus di tangannya berdiri.

"Mi sebenarnya ada apa? Kenapa Riana dirumah sakit?" tanya nya bingung.

Renita, maminya segera mengecup kening putrinya itu hangat. Robi bergerak maju, menghela nafas berat kemudian menghembuskan nafas nya kembali. Pria itu menepuk pundak Riana sambil mengelus punggung tangan putrinya itu.

Riana melangkah kan kakinya dengan terpaksa setelah dibisikkan sesuatu oleh Robi, gadis itu menarik sweaternya keras, pertanda bahwa gadis itu sedang gugup. Riana memberanikan diri menghampiri kasur putih yang ada di depannya, ia mengangkat wajahnya, menatap pria paruh baya yang sedang menatapnya.

"Assalamualaikum, om."

Riana memberanikan diri memegang tangan pria itu dengan sedikit gemetaran,lalu mencium punggung tangan pria itu. Tapi dari yang Riana lihat, pria itu masih memandang Riana dengan datar, membuat nyali gadis itu menyiut lalu menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Sebuah tangan yang lemah dan keriput menyentuh pipi Riana yang chubby, gadis itu terlonjak kaget, menatap sang pemilik tangan tersebut.

Lelaki itu tersenyum, memaksakan keadaannya yang sedikit memprihatinkan, "Jadi... kamu Riana?"Riana menganggukan kepalanya pelan, "Anak perempuannya Robi?"

Riana kembali menganggukan kepalanya saat mendengar suara serak itu berusaha berbicara kepadanya. Riana tersenyum getir saat melihat pria yang ada didepannya ini, "Om kalau nggak bisa gerak, jangan dipaksakan. Riana nggak mau lihat om menahan sakit, cuman gara-gara ingin melihat Riana."ucap Riana tanpa sadar.

Tiba-tiba lelaki yang dulu mendorong nya itu segera mendongak, membuat Riana tersenyum hangat kearahnya. Kali ini senyum dibibir Riana bukanlah
senyum mengejek, tapi senyum hangat yang membuat siapa saja yang melihatnya merasa damai dan hangat.

"Akhirnya saat-saat kunanti telah tiba, sekarang kau sangat cantik seperti ibumu, dan kuat seperti ayahmu."

"Om kenal Riana?"Tanya Riana bingung.

Lelaki paruh baya itu tersenyum, "Tentu saja aku mengenalmu. Aku dan papi mu sudah berteman sejak dari kami masih muda. Apalagi dulu, om pernah mengunjungi mu beberapa kali saat om masih di Indonesia."Lelaki itu menatap Riana dan sosok pemuda yang ada disampingnya, "Aku sudah tidak sabar menunggu pesta pernikahan kalian."

Riana membelalakan matanya, mulutnya terbuka lebar-lebar dengan kedua tangan mendekap mulutnya. "Pernikahan?" Ia menatap Papi, Mami dan kakak nya secara bergantian. Apakah ini benar? Mengapa orang tua nya tidak merundingkan perjodohan ini dengannya. Riana merasa kecewa dengan keluarganya. Ia benar-benar tidak percaya bahwa orang tuanya akan   menjodohkan ia dengan lelaki yang memperlakukannya dengan kasar.

Hening, itulah yang sedang terjadi. Gadis itu termenung cukup lama, wajahnya yang putih mendadak menjadi merah, menahan amarah. Dadanya bergerak naik-turun, "Apa ini benar, pi?"tanya Riana lirih.

"Kenapa dari sekian banyak nya laki-laki, kenapa mestia dia sih pi, kenapa?"ucapnya emosi, menunjuk pria yang mendorong nya.

"Jadi..kalian udah kenal satu sama lain? Berarti kamu udah tau kan siapa dia, rin?"tanya Robi sambil tersenyum.

"Tidak, aku tidak mengingat nya. Yang aku ingat ia adalah seseorang yang kemaren menabrakku, hanya itu saja."

Robi tersenyum getir, ternyata kenangan beberapa tahun yang lalu masih belom teringat oleh memory gadis itu. Riana dulu kehilangan ingatannya, saat umurnya 9 tahun, dan karna kecelakaan itu Riana kehilangan separuh dari kenangan hidupnya, "Ada kalanya kamu ingat, rin. Tunggu kamu sudah sembuh."

"Yaudah kalau kalian belum saling ingat, di coba aja dulu. Kalo kalian cocok, bisa sekalian langsung di nikahkan nanti." ucap pria paruh baya itu sambil terbatuk.

Riana memutar bola matanya jengah, Mengapa diantara semua cowo, harus sama cowok kasar itu? Kenapa?

Seakan mengerti akan situasinya Roni menghampiri Riana sambil membisikkan sesuatu kepada gadis itu, "Di coba dulu aja, rin. Manatau dia itu salah satu dari bagian hidupmu. Kalau kamu tanya, mengapa harus dia. Mungkin Allah udah tentuin, bahwa dia adalah takdir kamu. "

Roni menepuk pundak Riana pelan, "Kalau dia ditakdirkan untukmu, sampai kapanpun ia akan berada dekat untukmu. Tapi, jikalau dia bukan ditakdirkan untukmu, sekuat apapun kamu mencoba, allah akan menjauhkan nya darimu. Ingat dek, kita ini cuman aktor yang cuman bisa mainin peran, soal naskah nya, itu sudah kehendak Allah. Untuk itu, kita cukup jalanin aja. "ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Riana yang terdiam.

***

Jangan lupa untuk vote dan comment🍫

Memories in winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang