●●21●●

35 3 0
                                    

Bagian dua puluh satu



🌹●●Liquid●●🌹

Rintik-rintik hujan terdengar menghiasi keheningan yang tercipta di rumah besar keluarga Sila. Dengan segelas susu hangat, Inggil datang memecah keheningan, "tuh, dasar manja!"

Sila mengambil segelas susu hangat dari Inggil barusan, "makasih Inggil!"

Inggil hanya bergumam sambil mencium aroma susu hangat miliknya, lalu ia menyesapnya secara perlahan. Soal mengapa Inggil bisa berada di rumah Sila, sebenarnya tadi saat Inggil sampai mengantar Sila di rumahnya, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Shani yang kebetulan membawa mobil izin untuk pulang lebih dulu karena ingin nonton drama Korea.

Karena Inggil membawa motor, jadilan lelaki itu harus menetap di rumah ini sampai hujannya berhenti, lagi pula sewaktu kelas 10 pernah sesekali Inggil main ke rumah ini untuk kerja kelompok bersama Arta.

"Kok gue nggak pernah tau kalau Arta ada adik cewek? Terus juga gue nggak pernah lihat lo. Padahal kelas 10 gue pernah main kesini."

Sila menoleh, "mungkin waktu kamu kesini aku lagi sekolah."

"Bisa jadi sih."

JDER!

Suara petir terdengar sangat nyaring membuat Sila yang sedang asyik meminum susu hangatnya terlonjak seketika, untung susunya nggak tumpah, "kaget aku.." katanya sedikit syok.

"Kalau nggak ada gue, lo pasti ngeraung-raung ketakutan kan. Bahkan nangis kali," cetus Inggil dengan tawa kecilnya.

"Nggak! Aku berani sih,"

"Masa? Oh yaudah gue pulang ya." Ujar lelaki itu jahil, Inggil hanya ingin tau bagaimana reaksi cewek seperti Asila ini dan Inggin sudah hapal pasti Sila nggak akan berani homealone disaat cuaca seperti ini.

Sila langsung melotot dan menaruh gelas yang berisi susu itu di meja, "jangan .." rengek gadis itu memegang lengan Inggil.

"Takut, hm?"

"Susu coklat buatan kamu nggak enak, enggak manis! Enakan buatan Abang Arta." Gadis itu mengalihkan pembicaraan dengan membahas susu hangat buatan Inggil yang memang tidak manis.

"Udah di bikinin, nyela pula. Nggak tau terima kasih amat sih lo!"

Sila mengerucutkan bibirnya, "ck! Orangmah kamu jawab, 'gue kira lo udah manis, jadi nggak perlu banyak-banyak susunya nanti diabet.' Gitu harusnya!"

"Lo mau gue bilang kayak gitu?" Tanya Inggil sambil mendekatkan wajahnya membuat Sila langsung menjauh.

"Mau nggak gue ngomong gitu?" Lagi, Inggil kembali mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Sila.

Sila mengangguk sambil mengigit bibir bawahnya. Terlihat lucu, seperti anak kecil. Saking lucunya Inggil jadi ingin membuang Sila ke dasar jurang karena harus membuatnya berada di sini sejak tadi.

"HAYOO --NGAPAIN KALIAN?!" Suara besar milik Arsil dan Arta muncul secara bersamaan sampai-sampai susu milik Inggil tumpah mengenai bajunya karena kaget. "Sialan."

"Jaga jarak! Miniman 5 meter!" Arta segera menjauhkan Inggil dari adiknya, tak peduli walaupun baju Inggil terkena susu karena ulahnya barusan.

LIQUIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang