Chapter 1
"Hey kau berhenti!"
Meyra tengah berkacak pinggang di tengah halaman sekolahnya.
Justin menoleh dengan santai.
"Cepat minta maaf pada gadis ini!"
Meyra menunjuk seorang gadis yang sedang duduk di lantai dengan hujan lokal pada kedua matanya.
Justin hanya mengernyitkan dahinya kemudian berbalik.
"Hiks..hiks.. Berminggu-minggu aku belajar untuk membuat kue ini untuknya." Gadis yang duduk di tanah bersalju itu bergumam pelan.
Sifat Meyra yang memang mudah empati langsung tergugah. Meyra mengambil kue tart coklat yang tergeletak di tanah. Bentuknya memang sudah tak karuan akibat lemparan Justin.
"Justin!"
Justin berbalik
Plakk
Dengan satu kali lemparan Meyra berhasil mengotori wajah Justin dengan kue tart tadi.
Justin hanya menganga dengan perlakuan yang diterimanya.
Dasar Gadis Bodoh!!!!
Meyra menepuk kedua tangannya layaknya seseorang yang baru saja selesai melakukan pekerjaan yang cukup berat.
"Meyra! Apa yang kau..." ucap Justin terhenti karena melihat sebuah peristiwa tak terduga
Plakk
Gadis yang menangis tadi kini justru menampar Meyra.
"Kenapa kau melempar kue ke wajah Justin. Hari ini hari ulang tahunnya. Tidak seharusnya kau seperti itu." Gadis itu beralih memandang Justin "Maafkan aku. Lain kali aku akan membuat kue yang lebih baik lagi." Ia membungkuk dan berjalan pergi
Kini ganti Meyra yang menganga. Ia benar-benar shock. Meyra memegang pipinya yang memerah dan merintih pelan.
"Aww"
Sedang Justin justru tertawa terbahak-bahak.
"Buaahha..haha..ha.ha. Aduh..ha..ha. wajahmu.. haha sakit.. haha.." Justin tertawa sambil terus memegangi perutnya. Ia tak bisa lagi menahan tawa. Wajah cuek yang biasa ia tunjukkan lenyap. Yang tersisa hanya muka merah akibat tawanya yang membludak.
Selama Justin tertawa selama itu pula Meyra mengerucutkan bibirnya. Ia terlihat sangat lucu dengan bibir yang sudah bisa dikuncir itu.
Bagaimana mungkin gadis gila itu menamparku setelah aku menolongnya?
Justin mengusap wajahnya yang terkena kue dengan sapu tangan yang ia ambil dari sakunya. Kemudian ia mulai mengubah sikapnya.
"Ehem." Justin berdehem sejenak untuk menghentikan tawanya. Sangat tidak pantas seorang Justin Bieber tertawa terbahak-bahak di tengah-tengah halaman sekolah.
"Terimakasih ya Mey, untuk pertunjukanmu hari ini. Aku benar-benar terhibur" Justin berujar sambil menahan tawanya.
"Ow.. iya. Aku sudah lama sekali ingin mengatakan ini padamu. Ehem ehem testing." Justin berteriak "MAKANYA JANGAN SOK JADI PAHLAWAN"
Justin berjalan dengan menggelengkan kepalanya seraya bersiul. Ia terlihat sangat bahagia telah berhasil membuat Meyra kalah telak hari ini.
"Aaaaaaaaa Justin GILA!!" Meyra berteriak layaknya orang gila
Suaranya melengking sampai-sampai mengguncangkan seluruh California High School hari itu. Semua siswa langsung menoleh serempak ke arah Meyra.
"Upps"
Meyra terlonjak dan memutuskan untuk kabur sebelum ia mendapat hujatan dari para siswa.
***
Meyra mengusap-usap kedua telapak tangannya. Cuaca hari itu memang sedang tidak baik. Suhunya mencapai minus 3 derajat Celcius akibat hujan salju semalam.
"Hu.huh" Meyra menggigil kedinginan "Gara-gara si Justin sialan itu. Aku harus kedinginan seperti ini. Hu.hu.hu" Meyra gemetar. Bibirnya mulai berubah warna menjadi biru.
Tadi pagi seperti biasa Meyra berangkat ke sekolah dengan nebeng mobil Justin. Namun pulangnya Justin tak memperbolehkan Meyra untuk pulang bersamanya. Katanya itu adalah hukuman untuk Meyra.
Meyra menyumpahi dirinya sendri.
Dasar tidak punya otak! Untuk apa coba aku mengejek mobil Ford tua itu. Seandainya aku tak mengejek Kenny. Pasti aku tidak akan bernasib seperti ini. Kenny aku mohon maafkan aku. Kembalilah kesini Kenny aku mohon.
Kenny adalah mobil Ford hitam milik Justin. Mobil itu adalah mobil bekas. Karatannya saja sudah menghiasi hampir setiap bagian mobil itu. Bahkan sebuah lubang hitam kecil bekas tembakan peluru juga menghiasi kaca bagian belakang mobil itu. Dan yang paling dibenci oleh Meyra mobil itu tak memiliki pemanas. Akan tetapi Justin sangat menyayanginya. Karena Kenny adalah mobil pertama Justin. Tak ada seorang pun yang boleh mengejeknya. Tanpa terkecuali Meyra. Gadis cantik yang sudah hadir dalam hidup Justin selama belasan tahun.
"Ahh dingin" Meyra memeluk tubuhnya sendiri. Asap putih keluar dari mulut Meyra saat ia berbicara.
Tinn tinn
Sebuah Range Rovers abu-abu menerobos jalanan sore itu dan berhenti tepat disamping Meyra. Kaca hitam dari mobil itu turun perlahan.
"Mey. Cepat masuk. Kau bisa mati kedinginan kalau seperti itu. " ujar seorang pria berambut pirang bernama Dave
Dave adalah teman Meyra sejak mereka di Sekolah Dasar. Sudah sejak itu pula Dave menyimpan rasa pada Meyra.
Kenny aku tidak jadi minta maaf dan berharap kau datang. Ada yang lebih berkilau di depanku saat ini.
Meyra tersenyum lantas berlari kecil ke pintu Range Rovers yang telah dibuka oleh Dave dari dalam.
"Terimakasih Dave"
Ahh Dave kau adalah penyelamtaku
Range rovers abu milik Dave kini telah melaju kencang meninggalkan seorang pria di dalam mobil yang sejak tadi sudah mengikuti Meyra. Gengsinya terlalu besar sampai-sampai ia tak kuasa untuk memanggil Meyra.
Setelah memukul setirnya dengan keras, ia menggerakan tuas gigi mobil dan menjalankan mobil Ford tua miliknya.
"Aku juga kedinginan disini." keluhnya penuh amarah
_to be continued_
YOU ARE READING
With U or Without U
RomanceMana yang lebih baik? Bersamamu? Atau justru hidup berpisah dari mu?