WITH YOU
"Karena ia lebih terkenal daripada aku? Atau karena.... dia lebih kaya dariku?" tanya pria itu yang ternyata Justin
Meyra semakin tersudut dan tak tahu harus berkata apa lagi. Ia hanya terdiam. Dan diamnya Meyra bagi Justin adalah iya.
"Jadi seperti inikah Meyra Widjatmoko yang berkewarganegaraan Indonesia? Mengaku menjunjung tinggi adat orang timur, tapi ternyata lebih mementingkan kekayaan dan kepopuleran. Aku benar-benar tak menyangka " sindir Justin
Meyra yang semula terdiam menunduk langsung mengangkat kepalanya.
"Kau.."
CHAPTER 3
Meyra menggantungkan perkataannya karena Justin menatapnya lekat. Tatapannya tajam dah sendu pada saat yang sama. Justin terlihat seperti sedang menahan perasaan sakit di dalam dadanya. Perasaan sedih dan marah saat orang yang kita sayang justru bersama dengan orang lain bukan dengan kita.
"Aku apa?" tantang Justin
Meyra sejenak mengambil nafas.
Tidak. Aku tidak boleh marah. Bukan, bukan tidak boleh. Tapi..tapi aku tidak bisa marah. Kedua bola matanya telah mengunciku. Menghapuskan semua amarahku. Sial! Kenapa tatapan sendu matanya begitu membuat hatiku sakit? Oh Justin.. Sebenarnya ada apa denganmu?
"Tidak. Tidak apa-apa. Kau boleh mencaci diriku sesuka hatimu." ujar Meyra kemudian dengan tergagap
Meyra berusaha menahan air mata yang sudah hampir jatuh dari pelupuk matanya.
"Tidak usah menangis! Air matamu itu tak kan mampu meluluhkan hatiku" Justin berujar dengan penuh percaya diri
"Huhh? Meluluhkan hati? Just, aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi"
"Tak mengerti kau bilang?" ejek Justin seraya menyunggingkan senyuman sinis di bibirnya "Kau ini bodoh atau apa sih?"
Meyra sendiri semakin tidak paham dengan apa yang terjadi. Justin tiba-tiba marah saat ia menerima cinta Dave. Lalu, tatapan sendu dari kedua mata hazzle Justin yang sudah bertahun-tahun tidak dilihatnya muncul kembali. Apa maksud dari semua ini? Mungkinkah Justin cemburu padaku? Ah tidak Lalu..bagaimana dengan Dave
Semakin lama kepalanya semakin pusing
"Ahh sudah-sudah. Aku bisa gila kalau kau terus mencercaku dengan berbagai pertanyaan yang tidak ku mengerti. Sebaiknya aku pergi. Pacar baruku sudah menunggu" Meyra mendorong tubuh Justin dan melangkahkan kakinya
Suttt
Justin menangkap tangan Meyra tepat sebelum Meyra melangkah jauh. Ia tarik tubuh Meyra agar berhadapan dengannya. Tanpa aba-aba Justin mencium kening Meyra dengan lembut cukup lama. Kemudian ia rengkuh Meyra dalam dekapannya. Tinggi Meyra yang hanya 157 cm menempatkan kepalanya tepat di depan dada Justin.
"Sungguh kau tidak mengerti?"
Meyra mengangguk lemah. Jantungnya telah berparade sejak tadi. Bergemuruh sangat keras sampai-sampai menghentikan seluruh aktivitas syaraf Meyra. Ia hanya bisa mematung dan menikmati dekapan hangat dari pria yang telah mengisi hatinya sejak dulu. Hanya satu harapan Meyra.
Ya Tuhan. Aku mohon, Jangan biarkan Justin mendengar degup jantungku. Aku mohon!!
Justin bisa merasakan anggukan lemah Meyra. Detakan jantungnya saat ini juga tak kalah cepat. Ia sendiri tak tahu darimana ia mendapatkan keberanian untuk mencium kening Meyra. Di sisi lain ia senang karena Meyra tak melawan perlakuannya. Dan itu artinya hati Meyra masih untuknya. Tanpa peringatan tiba-tiba hati Justin serasa sejuk.
"Kau masih mencintaiku. Dan aku ingin kau tahu. Aku..aku menyayangimu sejak entah kapan itu. Aku takut kau meninggalkanku. Aku ingin selalu ada di dekatmu. Aku tahu Kenny memang tak sebagus harapanmu. Namun aku selalu merawatnya agar kau tak malu mengendarainya denganku. Aku mencintaimu Mey entah sejak kapan itu. " pikir Justin dalam hati
Ia hanya mendekap Meyra semakin erat. Tak sepatah katapun dari perasaannya yang berani ia ungkapkan. Justin memang terlihat cuek, kasar dan pemberani namun sebenarnya ia sangat penakut terutama dalam hal cinta. Baginya cinta adalah masalah tabu yang tak patut untuk diperbincangkan.
Diam dan diam, hanya itu yang bisa Justin lakukan sekarang. Sesekali ia cium puncak kepala Meyra lembut. Hanya hati Meyra lah satu-satunya harapan Justin. Ia mau Meyra mengerti perasaannya tanpa ia perlu mengatakannya. Ia mau Meyra membalas rasa cintanya meski tanpa kata. Sedikit egois namun memang begitulah adanya Justin.
Sedang Meyra hanya menutup mata. Ia berharap agar waktu terhenti pada detik ini. Ia ingin selamanya mereka berdua seperti ini. Jika ini mimpi, Meyra tak ingin sedikitpun bangun dari mimpi ini.
Keduanya terlalu lama berpelukan. Justin merasa dirinya semakin kikuk. Ia putuskan untuk memulai pembicaraan.
"Apakah kau sangat suka aku peluk?" tanya Justin memecah keheningan
Meyra hanya menunduk menahan malu
"Mmh Just, kenapa kau marah?" desis Meyra mengalihkan pembicaraan tanpa memindahkan kepalanya sedikitpun
"Dulu, kau bilang kau akan terus mencintaiku sampai kapanpun. Kau tak kan peduli meski aku tak mencintaimu, kau bilang kau akan terus menjaga cintamu untukku. Kau bilang kau akan selalu menjadi penggemar nomor satuku. Tapi sekarang nyatanya kau menerima cinta Dave. Kau tak menepati janjimu. Dan aku marah karena itu"
Alasan yang sungguh tidak masuk akal
"Alasanmu jelek." ejek Meyra
Katakan saja kau mencintaiku. Apa susahnya sih?
Sangat tak mungkin bagi Justin untuk menyatakan cintanya. Mengingat kata cinta saja langsung menimbulkan berbagai macam ketakutan yang berkecamuk dalam hati Justin. Ketakutan akan pengkhianatan, ketakutan akan perpisahan dan masih banyak lagi. Perpisahan kedua orang tuanyalah yang membuatnya trauma dan sedikit tidak percaya dengan yang namanya cinta.
"Lantas, aku harus berkata apa? Memang itu kenyataannya." elak Justin
Kau adalah satu-satunya gadis yang bisa memahamiku. Mey, aku tahu mengerti.
Degg
Hati Meyra tiba-tiba terasa sesak. Meyra mendongak dan tanpa terasa bulir bulir bening jatuh dari pelupuk matanya. Seakan-akan hatinya mendengar semua keluh kesah Justin. Seolah-olah kedua hati mereka yang mengambil alih dan kini saling berkomunikasi.
"Maafkan aku Justin. Aku mengerti sekarang" ucapnya dalam hati
"Hey, kenapa kau menangis? Selain suka ingkar janji kau itu juga cengeng ya? Banyak sekali sih kekurangannmu." ejek Justin dengan wajah tanpa dosa
Ia hapus air mata di wajah Meyra
Sebenarnya dimataku kau itu sempurna.
"Ihh" Meyra memukul dada Justin pelan
"Aw, sakit tahu" Justin mencengkeram tangan Meyra
Sedetik kemudian mereka saling berpandangan.
Gawat!
Meyra sadar dan langsung mengalihkan pandangannya sebelum ia jatuh pingsan karena detak jantungnya yang semakin tak karuan.
"Mey"
Terdengar suara seorang lelaki memanggil Meyra.
"Apa yang kalian lakukan disini?"
Suaranya parau dan sungguh membuat siapapun yang mendengarnya tersentuh.
"Aku..aku.." Meyra tak tahu harus berkata apa
Meyra meruntuki dirinya sendiri atas kebodohan dan kecerbohannya dalam menerima cinta Dave.
"Aku hanya sedang mengahabiskan waktuku dengan kekasihku. Apa itu dilarang?" ucap Justin
Sontak Meyra terkejut. Matanya membola seperti hampir meloncat keluar. Jika ia membawa gelas mungkin gelasnya sudah hancur berkeping-keping akibat lemparannya. Meyra menatap Justin dengan mata yang masih melebar. Justin justru melempar senyuman dan merangkul pinggang Meyra.
YOU ARE READING
With U or Without U
RomanceMana yang lebih baik? Bersamamu? Atau justru hidup berpisah dari mu?