Cuaca berubah dingin pada malam hari.
Sepuluh menit semenjak aku dan Jungkook makan malam, di antara kami berdua sama sekali tidak ada yang bicara.
Lebih tepatnya setelah Seokjin pulang.
Kukira setelah kepulangan Seokjin, Jungkook akan menghantuiku dan melempar beribu-ribu pertanyaan tapi ternyata aku salah.
Jungkook sama sekali tidak menghantuiku.
Dia hanya menanyakan apa yang kami bicarakan dan pergi begitu saja tanpa mengomel apapun.
Entah karena ia sedang tidak tertarik atau malas karena sepupunya, ia seperti tidak berminat untuk menanyakan apapun.
Apa ia marah? Kepalaku menggeleng. Ah tidak, tidak.
Kalau ia marah tentu situasinya bakal jauh lebih parah dari pada ini. Toh, buktinya ia masih mau makan bersamaku.
Meskipun sampai sekarang aku belum mengerti dengan sikap Jungkook, aku cukup yakin kalau ia sedang tidak marah.
Dari pada marah ia terlihat seperti tidak peduli..? Ah, aku tidak tahu.
Suasana terasa canggung meski Jungkook main ponsel.
Tidak seperti pria umumnya yang suka berbicara, Jungkook merupakan tipe orang yang cuek. Dia hanya akan berbicara di saat tertentu saja. Jika menurutnya tidak penting maka dengan senang hati Jeon akan diam.
Awalnya aku sedikit memasalahkan perilaku Jungkook yang satu itu, namun dengan seiringnya waktu berjalan aku sudah tidak peduli lagi.
Karena pada dasarnya aku juga pendiam, aku dan Jungkook baik-baik saja dengan situasi ini. Kami sama sekali tidak merasa canggung. Sungguh.
Apa karena aku dan Jungkook sama-sama introvert? Entahlah, yang jelas aku suka Jungkook yang ini.
Setidaknya ini jauh lebih baik dari pada menghadapi sifat mesum nya.
Fakta.
"Hei," Panggilku membuka obrolan. "Besok pagi aku mau datang cepat, kau bisa menyiapkan sarapanmu sendiri?"
"Kau mau datang cepat?" Sebelah alisnya terangkat. "Untuk apa?"
"Piket." Jawabku ringkas. "Kau pikir di kelas kita ada yang mau piket?"
"Nope. Hanya kau."
Aku menjetik jari. "Tepat sekali. Karena itu, tidurlah cepat malam ini dan atur alarm di ponselmu."
Jungkook menaruh sumpitnya di meja. Dia mengambil gelas di sebelah dan meneguk sisa air. Kemudian, setelah Jungkook selesai minum air, ia kembali berbicara kepadaku.
"Kau benar-benar harus datang cepat?" Tanyanya.
Aku mengangguk. "Eoh. Seperti yang kubilang tadi, aku harus datang cepat."
"Kenapa harus? Memangnya kau cleaning service?"
Aku mendengus keras. Mulai lagi.
"Yak, biarkan mereka yang bersihkan kelas. Mereka juga sama-sama menggunakan kelas, kenapa hanya kau yang membersihkannya? Are you dumb?"
"Kau bilang aku bodoh?" Sesaat aku tertawa sarkas. "Ha.ha. Lihatlah siapa yang bicara ini. Hei, bukankah sebenarnya kau juga sama?"
Dahinya mengerut. "Apa maksudmu?"
"Kau selalu melempar kesalahanmu kepadaku jika guru bertanya kenapa jadwal piket di kelas hari itu kotor dan kau sekarang menceramahi ku? Wah, aku benar-benar tidak percaya ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Destiny [PROSES REVISI]
Fanfic#64 In cerpen. #293 In FF. #82 In jjk. #414 jeonjungkook #770 fiksipenggemar Bermula dari perjodohan bawah umur, sampai tinggal di bawah atap yang sama dengan Jeon membuat Park Hyerin merasa sangat sial. Tidak pernah disangka dalam pikirannya bahwa...