"Permisi?"
Kamu yang sedang mencatat stok obat di ruang kesehatan menoleh dan mendapati seorang siswa dengan temannya yang berada di rangkulannya.
"Masuk," ujarmu sambil merapikan alat tulis yang berceceran.
Kedua siswa itu masuk dan salah satunya duduk di atas ranjang ruang kesehatan. Siswa yang tadi membantu temannya segera pamit karena harus kembali ke lapangan.
Kamu menghampiri siswa yang tengah duduk di atas ranjang ruang kesehatan sembari meringis kecil. Ada luka yang cukup lebar di bagian lutut—karena celananya terlihat sobek, siku serta dahi kirinya. Tanpa banyak bicara, kamu mengambil sebaskom kecil air dan handuk kecil.
Kamu sedikit menunduk untuk melipat celana olahraganya dan membersihkan luka di lututnya. Suara ringisan terdengar begitu kamu tidak sengaja menekan luka itu. Kamu mendongak menatapnya yang kini juga sedang menatapmu.
"Habis basket?" tanyamu pelan dan dia mengangguk.
"Iya. Jatuh pas mau slam dunk."
Kamu kembali menekan lukanya karena ada beberapa kerikil kecil di sana. Setelah bersih, kamh beralih pada luka di siku serta dahinya. Kamu menuangkan rivanol di kassa dan meletakkannya di luka yang tadi sudah kamu bersihkan.
"Punya gak rivanol dirumah?"
Siswa itu menangguk dan kamu tersenyum tipis, "kompres lukanya pake rivanol sama kassa setiap hari sampe lukanya kering."
Siswa itu kembali mengangguk, "oke, makasih (Y/n)."
Kamu tersentak saat dia menyebut namamu, tapi sesaat kemudian kamu tertawa seraya melihat name tag di seragam mu.
"Sama-sama," balasmu ramah.
Dia berjalan tertatih menuju pintu ruang kesehatan. Namun sebelum benar-benar melangkah keluar, dia kembali menoleh.
"Gue Luhan. Cuma kasih tau aja sih, hehe," ujarnya disertai tawa canggung.
Kamu mengernyit sebelum tertawa pelan. Well, dia cukup manis. Seperginya Luhan, kamu kembali melanjutkan pekerjaanmu yang sempat tertunda.
-Luhan-
Sebulan berlalu sejak kejadian dimana Luhan terjatuh dan terluka cukup parah. Sekarang Luhan menjadi lebih sering masuk ke ruang kesehatan dengan keadaan yang berbeda-beda.
Beberpa alasannya kadang tidak masuk akal.
Mulai dari pusing, kaki terkilir, demam juga jatuh dari kursi saat berdiri di atasnya.
Dan alasan yang membuatmu benar-benar ingin memukul kepalanya adalah, "gue gak sengaja nabrak tembok, bahu gue jadi sakit."
—atau, "liat deh gue tadi kena ranting pohon, kegores nih."
—dan lagi alasan seperti :
"Kepala gue tadi kebentur sesuatu."
"Kebentur apa?"
"Pensil."
Ingin sekali kamu memukul kepalanya dengan gagang sapu jika tidak ingat ini di sekolah.
-Luhan-
Kamu menghindari Luhan selama hampir satu minggu. Malas meladeni tingkah anehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Imagine Series] - EXO Version
FanficWhat if EXO Members be your boyfriend, bestfriend, or maybe-brother? Imagine Series #1 📍 Start : September 2017 📍 Revisi 📍 Imagine Area. Harsh comment not allowed.