WITH YOU Chapter 4

1 0 0
                                    

WITH YOU

Meyra meruntuki dirinya sendiri atas kebodohan dan kecerbohannya dalam menerima cinta Dave.

"Aku hanya sedang mengahabiskan waktuku dengan kekasihku. Apa itu dilarang?" ucap Justin

Sontak Meyra terkejut. Matanya membola seperti hampir meloncat keluar. Jika ia membawa gelas mungkin gelasnya sudah hancur berkeping-keping akibat lemparannya. Meyra menatap Justin dengan mata yang masih melebar. Justin justru melempar senyuman dan merangkul pinggang Meyra.

CHAPTER 4

"Is that true? Apakah benar dia kekasihmu?"

Dave memandang Meyra lekat. Saat ini Dave terlihat sangat tegang. Hatinya berdebar tak karuan menunggu jawaban dari gadis cantik di depannya. Satu anggukan lemah dari Meyra saja bisa membuat dunianya hancur berantakan.

Satu menit dua menit tiga menit Dave menunggu. Namun tak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut Meyra. Tak hanya Dave yang menunggu Justin pun begitu. Hati dan pikiran Justin sangat bertolak belakang dengan senyuman lebar yang sejak tadi ia lemparkan. Jauh dalam relung hatinya yang terdalam ia jua sedang harap-harap cemas menanti jawaban Meyra.

Meski secara tidak langsung, perkataan Justin telah menunjukan bahwa ia meminta Meyra untuk menjadi pacarnya. Keputusan yang sebenarnya tak sulit tentunya bagi seorang Meyra. Bertahun-tahun lamanya ia dan Justin bersahabat. Selama itu pula Meyra telah menyimpan rasa kepada Justin. Rasa yang sampai saat ini tak sama sekali Meyra mengerti. Perasaan yang jauh lebih besar dari rasa suka. Jauh lebih mendalam daripada sayang. Bahkan jauh melampui rasa cinta seorang wanita kepada kekasihnya.

Namun demikian ada sebuah kerikil besar yang mengganjal mulut Meyra untuk berkata iya. Kerikil itu bukan Dave dan cinta yang Dave berikan kepada Meyra, bukan pula puluhan gadis yang selama ini Meyra tolong karena ditolak mentah-mentah oleh Justin, kerikil itu adalah keraguan dalam hati Meyra sendiri.

Meyra merasa terlalu mengenal Justin. Puluhan gadis yang kecantikan dan kepopulerannya melebihi dirinya tak pernah sekalipun Justin tengok. Dan ini malah, Justin mengatakannya sebagai pacarnya benar-benar di luar logika.

Aku hanyalah gadis biasa yang setiap hari ia caci maki. Kenapa sekarang ia malah berkata aku pacarnya?

Meyra memukul kepalanya sendiri. Ia rasa ada yang salah dengan otaknya. Bukankah seharusnya ia senang, ia tak seharusnya ragu seperti ini.

Plakkk

"Aww.. sakit" Meyra mengelus-ngelus kepalanya

Justin baru saja memukul kepala Meyra cukup keras. Ia kesal karena Meyra telah membuatnya menunggu lama sekali.

"Just.."

Baru saja Dave akan memarahi Justin, kala Justin mengacungkan telunjuknya dan mengisyaratkannya untuk diam. Mata Justin tak sedikitpun berpaling dari mata Meyra

"Ssttt diam Dave." Justin menatap Meyra tajam "Apa sih yang kau pikirkan? Kau tak lihat Dave telah menunggumu? Jangan buat dia berharap. Rasanya sangat menyebalkan kala kami diberi harapan oleh gadis yang kami cintai tapi kemudian seenaknya saja sang gadis itu membuang kami tanpa mengeluarkan sepatah katapun seperti kau saat ini. Jika kau mencintai Dave bilang saja dan putuskan hubunganmu denganku. Tapi jika kau masih mencintaiku cepat katakan kau adalah PACARKU. Aku bukanlah tipe orang yang suka dibuat menunggu." ancam Justin

Hey Justin kau gila rupanya! Kapan aku pernah memiliki hubungan denganmu? Satu kata cintapun tak pernah kau ucapkan dan sekarang seenaknya saja kau bilang aku pacarmu. Dasar Gila! Oh oke jika itu maumu aku akan memutuskan hubungan khayalan mu dan pacaran dengan Dave. batin Meyra

"Mey, tak usah kau dengar kata-katanya. Aku tahu ini bukan keputusan yang mudah bagimu. Pikirkan baik-baik" ucap Dave seraya menepuk bahu Meyra dan membuat gadis itu menoleh "Kapanpun kau ingin menerima cintaku, pangeran tampanmu ini akan selalu menunggumu."

"Mati aku! Dave! Kau barusan bilang apa? Pangeran Tampan? Astaga! Ku kira kau jauh lebih baik daripada Justin. Ternyata kalian sama. Tidak.. tidak.. aku tak mau pacaran dengan salah satu dari kalian, bisa lepas jantungku kalau menghadapi laki-laki yang terlalu Percaya Diri seperti kalian" Meyra berbicara dalam hati sambil sesekali melirik Justin dan Dave bergantian

"Kalian benar-benar sudah gila!"

Meyra berjalan meninggalkan Justin dan Dave.

"MEYRA" teriak Dave dan Justin bersamaan

Meyra terus berjalan meninggalkan mereka berdua. Meski ia sedikit menyesal karena tak bisa menjadi pacar Justin lebih lama lagi, namun Meyra beranggapan begini lebih baik.

"Meyra berhenti" Justin mengejar Meyra dan menghentikan langkah Meyra dengan menarik tangan Meyra

"Apa?" Meyra berpura-pura ketus padahal sebenarnya hatinya sejak tadi telah meneriaki dirinya sendiri yang telah menyia-nyiakan kesempatan emas yang bertahun-tahun telah ia tunggu.

"Aku kira kau mengerti." ucap Justin dengan mata sendu dan hampir berair "Aku kira kau berbeda dengan gadis lain. Aku kira kau satu-satunya orang yang akan selalu setia untukku. Tapi ternyata kau sama. Kau sama dengan mereka yang selalu meninggalkanku. Kau.." ucapan Justin terhenti akibat sahutan Meyra

"Ya, aku tak bisa mengertimu. Aku memang sama dengan gadis yang lain. Aku memang tak bisa setia dan selalu bersamamu. Kau tahu kenapa? Karena kau selalu seperti anak kecil. Kau selalu mengejekku tiap kali kau melihat wajahku. Selama hidupmu tak sekalipun kau pernah memujiku. Kau selalu di kejar-kejar puluhan wanita yang membuatku cemburu. Kau selalu menghinaku dan menunjukkan seolah-olah aku tak pantas untukmu dengan menolak gadis-gadis itu dihadapanku. Tiap kali kau menolak mereka, matamu seolah berkata Lihat itu! Mereka saja yang jauh lebih cantik darimu kutolak apalagi kau. Kau selalu mennganggapku sebagai barang cadangan yang hanya kau panggil kala tak ada lagi yang membantumu. Dan yang paling aku benci dari itu semua KAU TELAH MEMBUATKU JATUH CINTA KEPADAMU. AKU BENCI KAU JUSTIN DREW BIEBER. AKU BENCI KAU..."

Meyra berujar sambil menitihkan air mata. Ia ungkapkan semua perasaan yang selama ini ia pendam.

"Maafkan aku. Aku tak pernah menyangka kau akan berpikiran seperti itu" ujar Justin lemah seraya menunduk

"Tak ada yang perlu dimaafkan" Meyra menyeka air matanya dan beranjak pergi

"Mey, sejak aku menjadi sahabatmu mungkin aku telah jatuh cinta padamu, mungkin sejak kita berumur 12 tahun atau bahkan jauh sebelum itu, aku juga lupa. He.he" Justin tertawa terpaksa " Tak satu menitpun dalam hidupku yang aku lewatkan untuk memujimu namun aku tak pernah berani mengungkapkan itu karena aku takut itu malah mengganggumu. Aku selalu menolak gadis-gadis itu di depanmu karena aku takut kau cemburu. Aku ingin kau mengerti bahwa hanya kaulah yang ada dihatiku. Dan tiap kali aku butuh bantuan aku tak pernah memangilmu karena aku memang takut merepotkanmu. Maafkan aku yang tak pernah mengerti dirimu" Justin berseru megeluarkan semua isi hatinya jua

Meyra langsung berlari berhambur memeluk Justin.

"Kenapa kau baru bilang sekarang? Kenapa Just? Kenapa tidak dari dulu kau mengatakannya padaku? Kenapa?" Meyra sesenggukan di dalam dekapan Justin

"Aku takut kehilanganmu jika mengatakan semuanya" ucap Justin sembari mengelus rambut Meyra lembut

Sedang Dave terdiam beberapa meter dari mereka berdua. Ia hanya terpaku menonton pertunjukan drama yang Justin dan Meyra pentaskan saat ini.

WITHOUT YOU

Prankkkkk

Gelas yang semula ada di tangan Justin kini hancur berkeping-keping menubruk lantai. Wine dari gelas itu tumpah dan menimbulkan noda cukup besar di lantai kamar Justin.

Ingatan tentang hari dimana Meyra berpamitan masih terpatri dalam benak Justin. Hari itu adalah hari terakhir ia melihat Meyra. Sudah dua bulan Meyra pergi, namun Justin tak pernah sedikitpun melupakannya.

_TO BE CONTINUED_

With U or Without UWhere stories live. Discover now