1

46.7K 1.1K 20
                                    

Cerita baru tentang Sandra dan pasangannya. Ini lumayan panjang untuk sebuah short story, semoga kalian suka.

Gue cuma mau kasih peringatan, kalo ngerasa umurnya masih di bawah 17 mending ngejauh dari lapak gue. Ini lapak bukan buat anak kecil yee, kalo maksa tanggung sendiri akibatnya.

Apa cerita ini akan lebih hot? Kita liat aja ntar. Ditunggu dukungan kalian untuk cerita ini. 

Nikmati dan baca cerita ini selagi memiliki kuota. Nggak perlu ada report n segala macam nggak jelas deh. Kita hidup di negara demokrasi, dan ini udah abad 21 bok!! Kalo nggak suka nggak usah baca, kalo suka boleh mampir sampai akhir.

Gampang kan? 


"Aduuh, kok gue bego banget sih!" Sandra membentur-benturkan kepalanya ke tembok di dekatnya.

"Ngapain lo kayak gitu? Kalo pengin mati, bukan begitu caranya!" desis seseorang dengan nada sinis.

Sandra mendongak dan langsung memasang tampang kesal begitu melihat seseorang yang teramat sangat dibencinya. Andai tatapan mata dapat membunuh, dia yakin Krisna sudah terkapar dari tadi.

"Gue kan udah minta maaf. Lagian Omnya situ juga nggak papa, kan? Aneh banget sih jadi orang!"

"Tapi tetep aja elo harus tanggung jawab!"

"Emang gue kurang tanggung jawab gimana lagi? Gue berada di sini, dan membatalkan jadwal pemotretan gue, apa itu bukan bentuk tanggung jawab gue sama Om lo?"

"Ya, udah! Ini jadwal terapi Om Bhisma. Elo harus siap nemenin beliau di jam dan hari itu! Gue nggak butuh alasan apapun!" Krisna menyodorkan secarik kertas berlogo rumah sakit ortopedi kepada Sandra.

"Iya, gue bakal usahain banget deh!" Sandra terpaksa mengalah. Hanya karena insiden kecil, dirinya harus terlibat dalam urusan sebesar itu.

"Mulai besok gue harus stay di Paris. Ada urusan bisnis di Eropa, dan elo tau kan apa yang gue maksud?"

"Ya Tuhan, Krisna! Elo emang kompeni ya!"

"Makanya nggak usah nyari gara-gara sama gue! Elo tanggung sendiri akibatnya!"

Bisakah gue bunuh aja kecebong satu ini?

Sandra memperhatikan punggung Krisna yang semakin menjauh darinya. Dia pandangi lagi secarik kertas berisi jadwal terapi rutin Bhisma Angkasa Gunadaksa. Betapa dia ingin meremas dan membuang kertas bencana itu ke dalam tong sampah.

Tapi dia mempertaruhkan karirnya di sini. Dia akan kehilangan pekerjaan, bahkan namanya pasti akan tenggelam jika menuruti kata hati. Keluarga Gunadaksa bukan keluarga sembarangan. Bahkan semesta juga pasti akan menertawakan dirinya, jika berusaha melawan mereka.

"Vio, Lin, gue harus gimana coba? Masa iya gue harus jadi babysitter orang itu! Ini nggak adil banget!" Sandra menenggak Tequillanya dengan frustasi. Dia benar-benar ingin melupakan segala kerumitan hidup yang tengah dialami.

"Kok elo bisa terlibat sama Pak Bhisma gitu sih?" Linda merebut gelas kedua di tangan Sandra.

Sandra menyandarkan tubuh di punggung sofa. Musik berdentam yang diputar DJ sama sekali tidak dapat membuat hatinya tenang. Dia salah, karena sudah mengajak Viona dan Linda hangout ke tempat itu. Dia butuh tempat yang sepi, bukan tempat berisik seperti itu.

"Gue—gue udah bikin Pak Bhisma jatuh dari tangga." ringis Sandra tak berdosa.

"Apa? Maksud elo apaan?" Viona dan Linda saling tatap penassaran.

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang