***
Pelajaran terakhir Chris hari ini adalah kimia. Chris melakukan aktivitas seperti biasanya dengan berpura-pura kuat. Dia lemah, tetapi berusaha untuk tetap kuat bertahan hidup. Di budaya yang berbeda, negara yang berbeda. "Pilihlah teman yang membuat kalian nyaman. Hari ini kita akan melakukan percobaan kecil. Tugas kelompok yang terdiri atas dua orang." Miss Travis mengumumkan.
Semua orang berlomba-lomba memilih teman kelompok. Chris juga melakukannya. Banyak siswa populer di dalam lab itu, dan Chris memilih Liu Xiang sebagai teman kelompok. Liu adalah gadis Tiongkok, dia sangat pintar namun yang lain menjauhinya karena tubuhnya gemuk dan berkacamata. "Kenapa kau harus memilih aku? Aku tidak mau bergaul dengan budak. Setidaknya ayahku pengacara. Aku setingkat lebih baik darimu." Liu mencari kursi lain.
Chris merasakan sesuatu menyenak hatinya. Bahkan Liu pun menjauhinya. Betapa julukan budak itu membuat hidupnya terasingkan. Semua orang berbisik buruk tentang Chris. Mendapat penolakan dari Liu adalah yang tak biasa. "Kau sudah ingat di mana kelasmu berada? Selama aku hidup, hidupmu tak akan tenang berada di sini." Katherine menghampiri Chris sambil meringis.
"Apa aku pernah mengganggu hidupmu?" Chris bertanya dengan mata menggenang. Suara menciut, tidak tegas. Sekali saja Katherine bicara, tamatlah. Chris mungkin akan menangis lagi. "Hei kalian. Apa yang kalian lakukan? Cepat cari teman kelompok kalian." seru Miss Travis. Chris cukup beruntung karena Katherine bergegas ke meja lain bersama Emily. Cewek itu berbisik di telinga Emily. Dan itu adalah petanda buruk. Akan ada gosip baru yang mungkin beredar.
Chris berpikir jika tidak akan ada yang mau menjadikannya bagian dari kelompok. Dia mengira akan sendirian. Tapi tidak, Adrïen yang baru datang memilih bangkunya. Tanpa kata, Adrien mengikuti intruksi guru. Dia bahkan tidak mempermasalahkan dengan siapa dia berbagi meja percobaan. Seolah bukan masalah bergaul dengan budak sekolah. "Terima kasih. Aku akan ingat budi baikmu ini. Aku tak akan menyusahkanmu lagi. Aku akan berusaha." kata Chris setengah berbisik.
"Jika kau ingin membalas budi. Aku mau kau menonton acara pertandingan futsal sekolah. Apa itu tidak sulit kaulakukan?" Chris mematung. Dia tidak pernah menyangka jika Adrïen akan mengundangnya secara pribadi menontonnya. "Jawablah pertanyaan orang lain jika kau merasa punya lidah. Tuhan memberkati kita memiliki lidah untuk bicara, mata untuk melihat, dan hati untuk berempati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Havana (Christine Reine) 21+
General FictionChris (Christine) selalu merasa bahwa Alex (Alexis) saudara tirinya terlahir sempurna. Wajah yang cantik, keluarga yang hangat, dan pacar tampan serta baik hati. Chris menjalani hari-hari sulitnya di New York. Ditindas teman sekolahnya, diabaikan A...