4. Are They Kiss?

9.2K 1K 118
                                    

Pagi-pagi sekali, sarapan sudah terpatri di depan Naruto, Sasuke yang menyiapkannya sebelum Naruto terbangun lalu tersenyum menawan, puas dengan tataan sarapan khas jepang yang ia tata sendiri. Tentu saja ia memesannya dari luar, namun ia sendiri yang menatanya dengan baik agar Naruto dapat puas hanya dengan melihatnya saja.

"Selamat pagi." Sapa Sasuke.

Naruto yang melihatnya hanya bisa melongo, kalau boleh jujur, pemandangan didepannya ini begitu indah. Sasuke dengan Kinagashi biru dongker yang memperlihatkan dadanya dan hidangan sarapan khas jepang yang sangat dirindukannya, ah! jangan lupakan senyuman menawan yang Sasuke berikan kepadanya.

Apa yang kau pikirkan, Naruto?!

Bisa-bisanya ia mengagumi seseorang yang akan menyandang sebagai calon adik iparnya ini.

"P-pagi." Balas Naruto gugup.

"Kemarilah." Ajak Sasuke, tangan alabasternya menepuk-nepuk sisi sofa yang kosong.

Meneguk saliva dengan sulit karena tiba-tiba degupan jantungnya melaju cepat, Naruto pun mulai duduk disamping Sasuke. Lalu melihat ada, nasi dengan satu sosis diatasnya, Tamagoyaki, Sup Miso, beberapa nori serta natto.

"Aku merindukan sarapan khas jepang ini, terima kasih sudah menyiapkannya."

Sasuke yang disamping diam-diam tersenyum melihat Narutonya yang tengah menatap haru. Ah, kekasihnya ini begitu cantik.

Kekasih?

Sasuke terkekeh pelan, bolehkah ia mengatakannya? Naruto juga sudah menerima pernikahan mereka bukan?

"Kau kenapa?" Tanya Naruto yang hendak memakan Tamagoyaki-nya dengan heran, pasalnya keadaan tengah sunyi dan Sasuke tiba-tiba terkekeh.

Tampan, sih. Tapi menyeramkan mendengar ada seseorang yang terkekeh tanpa alasan didekatmu. Batin Naruto takut.

"Bukan apa-apa." Jawab Sasuke seraya mengelus surai blonde Naruto.

Yang dielus melongo, terperangah dengan sikap manis Sasuke, "uhuk."

"Naruto kau baik-baik saja?" Tanya Sasuke kaget ketika Narutonya tersedak, ia pun memberikan air putih untuk Naruto minum.

Ini gawat.

Lagi-lagi Naruto membatin, takut dengan dagupan jantungnya yang kian lama makin cepat. Ia bisa mati.

"Sasuke lebih baik kau jaga jarak denganku." Ucap Naruto berusaha menetralkan jantungnya yang terus-terus memompa.

Senyum Sasuke pudar seketika, "kenapa?" Tanyanya dingin terdengar sedikit kecewa.

Naruto hanya melirik, lalu berdehem dan dengan salah tingkah meminum sup miso langsung dari mangkoknya. "La-lakukan saja."

Sasuke hanya diam, menatap Naruto tak mengerti. Namun detik berikutnya dia menegakkan tubuhnya, menjauhkan diri dari Naruto.

Ia tau.

"Baiklah, kau tak perlu memaksakan diri, Naruto." Ucap Sasuke lalu berdiri, berjalan menuju balkon.

Naruto terpaksa, ia tau itu. Ia pasti semalam menghubungi orang tuanya dan menolak pernikahan ini. Namun karena tuan Namikaze bukanlah orang yang mudah ditentang Naruto terpaksa menurutinya.

Ya, pasti seperti itu. Pasti tuan Namikaze mengancam Naruto sampai dia mau menerima pernikahan ini.

Begitulah pikir Sasuke.

Dan sayangnya lagi-lagi Sasuke salah paham, hal ini akan membuat keduanya semakin menjauh.

Sedangkan yang di sofa sedang menghela nafas lega, lalu mengusap dadanya. Ia mulai bertingkah aneh kalau dipikir-pikir sejak semalam.

Go Home, Naruto! [OPEN ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang