ORel 12 - Churros

836 102 18
                                    

Sudah 4 menit sejak Sukyung menghubungi Jihye, dan selama 4 menit itu Sukyung mendengarkan isakan Jihye.

"Uudah..udah.. lo kenapa sih? Pulang dulu, baru cerita yang jelas. Mau gue jemput?" tanya Sukyung setelah mengalah selama 4 menit, mempersilahkan Jihye meluapkan emosinya begitu saja.

Jihye menghela nafas panjang, sebelum akhirnya dia benar-benar bisa menenangkan diri. "Gak usah, alay banget sih gue. Oh iya, eonni mau roti apa?"

"Beneran udah gak papa lo?" tanya Sukyung memastikan.

"Iya. Jadi kagak?" tanya Jihye yang diakhiri nada kesal.

Terdengar helaan nafas dari sebrang sana, Sukyung sedang menahan emosinya di sana. Lantaran yang seharusnya kesal itu kan dirinya karena sudah rela menyia-nyiakan 4 menitnya hanya untuk mendengarkan tangisan Jihye yang tak jelas alasannya.

"Iya, jadi. Gue mau nitip churros," jawab Sukyung. "Udah ya, keburu habis pulsa gue. Bhay!"

Lalu, terputuslah sambungan itu secara sepihak. Jihye segera memasukkan hape-nya ke dalam kantong mantelnya itu, lalu berjalan menyebrangi jalan dengan berhati-hati.

Sekarang gadis bermantel warna orchid itu tengah berdiri menatap cafe bergaya eropa itu ragu. Matanya hanya menatap melas tulisan nama cafe itu.

"Ah! Demi churros!!" ucap gadis itu pada akhirnya dan memasuki cafe. Ya, pada dasarnya gadis itu juga menginginkan churros akhir-akhir ini.

Jihye memasuki cafe itu dan langsung saja menuju kasir, daripada ia harus melihat sesuatu yang tidak-tidak kan?

Namun, usahanya sepertinya akan gagal karena antriannya cukup panjang jadi proses memasaknya juga pastilah lama. Alhasil, ia memesan secangkir chocolate caliente sambil menunggu pesanan churros-nya.

Ia berusaha tak memperdulikan keberadaan Jonghyuk dan Yeonju yang baru saja ia lewati. Syukur saja mereka juga tak menyadari keberadaan Jihye yang saat ini sudah duduk di belakang mereka, belakang Jonghyuk tepatnya. Tentunya itu Jihye lakukan karena ia pun penasaran dengan hubungan mereka.

"Udahlah jangan marah. Itu kan cuma ToD," kata namja yang duduk memunggingi Jihye. Mendengar itu, dahi Jihye mengkerut.

"Bukan gitu, nanti kalau dia beneran baper gimana? Kasian tau, kalian tuh gak mikir dulu ya kalo buat ToD," omel gadis di depan namja itu.

"Yaaa...aku juga kasihan sih sebenernya. Lagian kan bukan aku juga yang ngasih ToD," jawab si namja.

"Ya terserah, intinya kamu harus jelasin ke dia yang sebenarnya terus minta maaf," jelas si gadis penuh penekanan.

Jihye yang sedari tadi mendengar percakapan itu perlahan meneteskan air matanya. Ternyata yang dikata oleh temannya dulu itu benar. 'Semua cowok itu sama aja, kecuali ayah lo'

"Meja 14! Sekali lagi, meja 14," panggilan dari arah kasir membuat Jihye segera menghapus air matanya cepat.

Jihye segera berdiri dari duduknya lalu meninggalkan mejanya dan segelas chocolate caliente yang sudah seperempat terminum.

Dengan sengaja, Jihye sedikit memelankan langkahnya saat melewati meja Jonghyuk dan Yeonju. "Gue duluan ya."

Tentunya hal itu membuat Jonghyuk dan Yeonju mematung menatap Jihye yang sudah di kasir.

"JIHYE!!" seru mereka bersamaan.

Jihye yang baru berjalan 2 langkah dari kasir pun berhenti, lalu menoleh ke arah mereka. Gadis itu masih saja memaksakan senyumannya sambil berkata, "haallow."

Sontak saja Yeonju dan Jonghyuk langsung gelagapan. Sampai mereka tak sadar bahwa kini Jihye sudah mengalihkan pandangan dan akan segera keluar dari cafe.

"Jihye, gue mau bicara sama lo!" seru Yeonju cepat sebelum Jihye benar-benar keluar dari cafe.

Beruntungnya, cafe dalam kondisi sepi karena Yeonju tak perlu menanggung malu atas seruannya tadi. Jihye kembali berhenti, namun kali ini dengan santainya melangkahkan kaki ke meja 11 tempat Yeonju dan Jonghyuk.

"Kenapa?" tanya Jihye.

Yeonju langsung saja memberi isyarat pada Jonghyuk untuk bicara. "Lebih tepatnya sih Jonghyuk, hehehh."

Jihye nampak menghela nafasnya, "Kenapa?"

"Jihye, gue minta maaf soal--"

Ucapan Jonghyuk dipotong oleh Jihye. "ToD kan?"

"Lo denger semua ya tadi?" tanya Jonghyuk juga merasa bersalah.

"Lo lupa kalo kita satu jurusan? Kita kan jurusan seni teater dan drama. So, gue bisa akting seolah sibuk padahal gue nguping kan," kata Jihye pedas.

Jonghyuk menghela nafas frustasi, sementara Yeonju memperhatikan keduanya was-was. "Maaf."

"It's okey, gue aja yang baperan. Harusnya gue gak gampang baper ya kan?" ucap Jihye menyindir.

"Udah kan? Kalo gitu gue duluan ya, churros-nya keburu dingin ntar," sambung Jihye lalu membungkuk memberi salam dan berlalu keluar dari cafe.

Jihye berjalan cepat seraya menahan air matanya yang menggenang. Namun, tak bisa. Dia tetap lah gadis lemah yang mudah menangis. Jihye mendudukkan dirinya pada bangku halte dan menangis di sana. Walau tetap ditahan agar tak terlalu mengalir deras.

Sekitar 2 menit, Jihye yang menunduk merasakan kehadiran seseorang. Orang itu berhenti tepat di depannya.

"Park..Jihye," panggil orang itu ragu.

Jihye mendongak untuk melihat siapa si pelaku. Oh, Jihye hampir saja terlonjak kaget karena yang di depannya sekarang adalah sosok pemuda berpakaian serba hitam dan wajah yang tak kelihatan karena tertutup topi dan masker hitam, tentunya. Tentu saja Jihye merasa was-was karena pikirannya sekarang pun masih campur aduk.

Seolah sadar akan ketakutan Jihye, pemuda tadi membuka suaranya. "Ini gue."

Jihye mengkerutkan alisnya, sepertinya ia kenal suara ini. Tapi siapa? Ugh, pikirannya masih belum jernih.

"Chanwoo oppa-mu."

a/n :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


a/n :

HUWAA...maaf banget update nya super lama😭😭 Aku lagi banyak tugas, ulhar dan sedikit kewalahan mikirin beberapa masalah lain. Kalian masih nungguin ini nggak sih?Doa-in aja work ini cepet selesai yaa. Soalnya aku udah gak sabar publish work lain.

Jangan lupa vomment ya shaaay!

-Ahn Sungchan

Our Relationship [Jung Chanwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang