(1) Rp.5.000

23 14 22
                                    

"Cara Tuhan mempertemukan kita itu lucu ya."

-Satria Rafaelaga-

Keringat bercucuran di sekitar pelipis perempuan itu. Ia berlari dengan napas terengah-engah sambil memegang perutnya. Sebentar lagi ia sampai di tujuannya, yaitu Toko Roti.

Renata mendorong pintu toko dan langsung mengambil roti yang berjejer di etalase. Lalu, meletakkan roti itu di meja kasir dan ia merogoh sakunya. Di lihatnya selembar uang 2 ribu rupiah.

"Totalnya jadi 5 ribu rupiah," ucap si penjaga kasir.

Renata menepuk dahinya sambil menyodorkan selembar uang 2 ribu rupiah tadi.

"Aduh mbak, maaf ya. Uang saya sisa segitu doang, tadi uang 10 ribu saya hilang." Renata memasang wajah memelasnya berharap belas kasihan dari sang penjaga kasir.

"Bayar pake uang saya aja, mbak."

Seorang lelaki seumurannya menyodorkan selembar uang 5 ribu rupiah kepada si penjaga kasir.

Renata menatap lelaki itu dengan bingung. Sok kenal banget sih! Pake segala di bayarin. Eh tapi gapapa deh, perut gue juga udah minta tolong, batin Renata.

"Nih mbak rotinya." Penjaga kasir tersebut menyerahkan roti itu kepada Renata.

Renata mengambil roti tersebut kemudian mengucapkan terima kasih kepada lelaki tadi. Sebelum Renata pergi meninggalkan toko itu, lelaki tadi mengajak Renata untuk duduk di kursi yang ada di depan toko roti itu.

Renata duduk kemudian membuka bungkus rotinya dengan terburu-buru. Sedangkan lelaki tadi hanya memperhatikan Renata yang sedang asik berkutat dengan rotinya.

Setelah Renata selesai makan, lelaki itu mengulurkan tangannya ke arah Renata.

"Nama gue Satria Rafaelaga. Panggil aja Satria."

Renata menerima uluran tangan Satria sambil tersenyum. "Gue Renata Rasendrya Jovita. Panggil aja Nata."

"Umm...Lo kenapa tadi kayaknya buru-buru banget makannya?" Tanya Satria sambil menatap mata Renata.

Renata yang sedang minum itu langsung tersedak. Satria pun langsung menepuk-nepuk pundak Renata. "Kenapa?" tanya Satria.

"Gue belum makan dari pagi. Perut gue udah perih banget tadi, jadi ya gue terpaksa deh makan gak tau etika gitu. Maaf deh ya." Renata menunduk malu. Hancur sudah citra seorang Renata.

"Sans aja kali. Oh iya, boleh minta id line lo? Siapa tau jodoh."

Renata spontan memalingkan wajahnya ke arah Satria. Satria tertawa dengan puasnya. "Bercanda kali!"

PLAK!

"SAKIT ANJIR!" Teriak Satria.

"Lemah."

"Pejantan tangguh gini masa di katain lemah!" elak Satria.

"Bacot banget lo anjir. Jadi gak id line nya?"

Kalau ada kaca sekarang, mungkin kaca juga akan takut melihat wajah Renata yang sudah kusut bagaikan earphone yang tidak pernah di gulung dengan rapi.

"Yaudah nih ketik." Satria memberi ponselnya kepada Renata. "Muka kusut amat sih, kayak rambut ke gulung di kipas angin yang di jual di abang mainan aja," gumam Satria.

PLAK!

Satu tamparan lagi mendarat di lengan Satria dengan mulus. "Gue denger."

Kali ini bukannya kesakitan, Satria malah dengan puasnya menertawai Renata. "Iya deh maaf ya, Renata Rasendrya Jovita."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Only ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang