Laskar Beke-beke

76 2 0
                                    


Kafe itu terlihat sangat ramai malam itu oleh pengunjung. Selain pengunjung umum yang biasanya adalah para mahasiswa atau anak SMA, di bagian luar kafe, tepatnya di teras kafe, mulai penuh dengan anak-anak geng beke-beke. Sebuah geng yang dipersonili oleh empat belas mahasiswa dan mahasiswi peternakan UNHAS angkatan 2011. Sudah menjadi rutinitas mereka untuk berkumpul bersama setiap malam sabtu di kafe itu. Kafe milik salah satu personil mereka, tepatnya milik Takim, sang kepala suku. Ketua geng mereka.

Empat belas orang itu adalah geng ukhti, yaitu Imah, Fika, Nina, Sarah, Salsa, Eva, Ismah dan Dea. Dan sahabat-sahabat mereka yang selalu membersamai mereka dari semester satu, yaitu Yaser, Rian, Salim, Takim, Fikri dan Egi.

Takim sengaja tidak membiarkan bagian luar kafe itu diduduki oleh pengunjung umum setiap malam sabtu. Dia sengaja mengosongkannya dari tamu umum dan  dikhususkan untuk geng beke-beke. Sahabat-sahabatnya.

Mereka sudah duduk saling berhadapan, kecuali Takim yang masih sibuk di dalam kafe, membantu Denis karyawan satu-satunya. Juga masih ada dua orang yang belum hadir, masih ada 2 kursi yang kosong.

"Sa...., bantuin Takim dong di dalam!" Perintah Fikri dengan wajah sok serius, padahal dia sengaja menggoda Salsa yang memang tidak pernah terlihat akrab dan terkesan mengambil jarak setelah putus dengan Takim.

"Kenapa saya? Kamu saja sana!" Salsa memang selalu menghadapi godaan teman-teman kepadanya dengan tenang.

Fikri memang paling iseng dan rajin menggodai teman-temannya. Selalu membuat kesal dan mengundang rasa jengkel. Tapi dibalik semua itu, ketidak hadirannya adalah yang paling terasa diantara yang lainnya jika berkumpul dan dia tidak ada.

"Eh, Imah belum datang ya?" Tanya Fikri kepada semuanya.

"Kenapa? Sudah tidak sabar mengganggunya?" Tatap Fika dengan tajam.

Siapapun tahu kalau Fikri paling sering dan paling suka menggoda Fatimah. Alasannya sederhana, karena Fikri mengenal dan berteman dengan Fahmi, mantan pacar Fatimah. Dan kebetulan, fahmi dan pacar Fikri sama-sama anak IPB yang juga saling mengenal karena satu fakultas, persis seperti dirinya dan Fatimah, sama-sama satu fakultas.

"Tinggal Imah dan Egi yang belum datang?" Takim keluar dan melihat keadaan teman-temannya, ingin memastikan kalau semuanya sudah hadir.

"Iya. Kalau si Imah mana bisa langsung ke sini sebelum memastikan adiknya makan malam dulu. Ibu rumah tangga!" Kata Fika.

"Kalau Egi sih tidak usah ditanya lagi. Raja ngaret. Raja ngibul. Playboy cap kadal," Eva mengatakannya dengan nada emosi.

"Ih, kenapa pake bawa-bawa playboy segala? Memangnya kamu pernah dikadalin sama si Egi?" Tanya Salim.

"Bukan begitu, Lim. Si Egi itu sudah kelewatan. Penjahat wanita!" Jawab Eva.

"Iya! Masa kak Fatiah juga dipacarin. Ini kak Fatiah loh. Kasian dia!" Dea ikut berkomentar.

"Eh, gibah. Nggak boleh ngomongin orang." Sarah cepat-cepat mengingatkan teman-temannya.

"Bukan gibah kok, Sarah. Kita lagi diskusikan Egi untuk cari cara supaya dia bisa berubah. Katanya nggak mau pacaran lagi, nggak mau dekati zinah katanya, eh malah pacaran lagi. Dasar pembohong!"

"Pacaran itu hak segala bangsa, Va. Kenapa kamu larang-larang orang untuk pacaran?" Kata Rian.

"Bukan begitu, Yan. Egi itu sudah keterlaluan. Semua cewek cantik mau dipacarin. Nggak bisa liat yang bening-bening sedikit pasti terus diliatin, matanya nggak bisa dijaga. Setiap ditanya kenapa putus, selalu bawa-bawa agama. Katanya nggak mau dekati zinah. Kalau sudah mau putus malah pake alasan nggak mau dekati zinah, tapi kalau mau pacarin cewek dia lupa kalau pacaran itu mendekati zinah," kali ini Nina yang mengomel dengan nada kesal.

Ya Akhi Ya Ukhti di Kampus MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang