Jalan Dharmahusada sangat lengang malam itu, Hans mengemudi mobil Alea pelan. Semenjak memasuki mobil, Alea hanya berdiam diri menatap jalanan diluar jendela. Pikirannya kacau, ia tidak tahu semu akan menjadi serunyam ini. Sikap Clark berubah menjadi sangat misterius dan terkesan tidak membutuhkannya sama sekali, bahkan disituasi seperti ini Clark membuat perasaan Alea semakin buruk dengan mengungkapkan perasaannya.
Hans membiarkan Alea berdiam diri. Setelah selesai memarkirkan mobil, Hans segera menyusul Alea dan bersembunyi dibalik lorong. Ia mendengar semua yang dikatakan Clark pada Alea. Bahkan Hans sudah menduga sebelumnya, hubungan jarak jauh ini selalu rentan dengan orang ketiga. Satu-satunya orang yang dikhawatirkan oleh Hans adalah Clark. Bagaimanapun juga Clark laki-laki yang bisa saja menaruh perasaannya pada Alea. Mengingat kedekatan keduanya terjalin lebih lama dibandingkan hubungannya dengan Alea.
Kali ini Hans hanya berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang percakapan keduanya. Percakapan penuh emosi yang akhirnya membuat Alea terdiam memandang lampu-lampu jalan dengan pikiran kosong. Hans tidak dapat menebak apa yang berada dipikiran Alea, namun ia berusaha berpikiran positif. Alea masih dan akan tetap mencintainya.
"Maaf ya Hans, seharusnya kamu datang kemari untuk bersenang-senang. Tapi waktumu disini habis begitu saja," ucap Alea akhirnya. Apapun yang terjadi tadi, Alea berpikir Hans tidak mengetahuinya. Dan tidak perlu mengetahuinya sama sekali.
Laki-laki itu tersenyum memamerkan lesungnya sambil sesekali menoleh kearah Alea. Tangan kirinya meraih jemari Alea, "Nggak apa-apa sayang. Apapun asal bersamamu saja aku sudah bahagia."
Ada rasa bersalah dihati Alea karena tidak menceritakan yang sejujurnya pada Hans. Tapi terkadang kita harus menyimpan a little lie demi kebahagiaan orang lain. Atau diri sendiri lebih tepatnya. Alea tidak ingin Hans cemburu kemudian memilih meninggalkannya.
"Kamu mau jalan-jalan lagi atau pulang?"
Alea terlihat berpikir sejenak. Sempat terpikir olehnya untuk mengajak Hans makan malam, namun mengingat perkataan Anthony dan Sarah tadi pagi, mungkin keduanya sedang memasak sesuatu malam ini.
"Kita pulang aja ya, aku capek."
"Whatever you want, darl. Aku masih sanggup berkeliling dunia kalau kamu mau." Hans mengeratkan genggamannya dan menatapnya dalam sebelum akhirnya sebuah ciuman mendarat dikening Alea.
"Beruntung kita sedang terjebak lampu merah ya, jadi kamu bisa leluasa mencium keningku," Alea tersenyum. Hatinya hangat dan perasaannya sedikit lebih baik dari sebelumnya.
Setiba dirumah, Alea dan Hans menemukan Anthony dan Sarah yang sedang duduk diruang keluarga sambil menonton siaran berita. "Hei, kalian sudah pulang? Sudah makan malam? Papa harap belum, karena tadi Mama sama Papa bikin makanan buat makan malam bersama," sambut Anthony antusias mengarahkan keduanya langsung berjalan menuju dapur.
Di meja makan, Alea melihat banyak sekali makanan berjajar disana. Dari rawon, capcay, omelet bahkan pudding dan beberapa buah sudah teriris rapi. Alea ingat bahwa hari ini ia baru makan satu kali. Pantas perutnya keroncongan sedaritadi.
"Wahh, saya bingung harus makan yang mana lebih dulu." Hans juga tidak kalah antusias dengan Alea. Ia ingat saat pagi tadi setelah meninggalkan rumah, Hans bercerita bahwa ia sangat terkesan dengan kehangatan keluarga Alea. Kedua orangtuanya sangat terbuka, tidak memiliki batas antara orangtua dan anak. Bahkan Sarah dan Alea terlihat seperti teman curhat. Tipikal kehangatan keluarga yang belum pernah Hans temui sebelumnya.
Mendengar ucapan Hans barusan membuat Sarah terpuji. "Dimakan semua juga nggak apa-apa nak Hans," ucap Sarah lembut.
Sekarang semuanya sudah duduk dikursi dan sibuk dengan makanannya masing-masing. Alea melihat Sarah mengambilkan nasi untuk suaminya dan Anthony mengambilkan pudding kesukaan istrinya. Hans juga bersikap yang sama seperti Sarah, mengambilkan nasi dipiring dan makanan yang diinginkan oleh Alea. Semuanya terasa lengkap, hangat dan bahagia. Kemudian terlintas Clark dibenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Athletes Love
RomantizmAlexis Andrea, kehidupannya berbeda dengan perempuan kebanyakan. Ketika perempuan lain sibuk berbelanja, memanjakan diri ke salon, berlama-lama nongkrong di cafe dengan banyak teman, ia justru menghabiskan waktunya di kolam renang. Membiarkan kulitn...