CHAPTER 17 : But, I don't wanna lose you...

13 1 0
                                    

Jam beker disamping tempat tidur Alea belum berdering, tapi ia sudah bangkit dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi. Semalaman ia tidak bisa tidur.ia sempat tertidur saat jam menunjukkan hampir pukul setengah satu malam, namun terbangun kembali pukul tiga. Saat tidur yang sebentar itu dia bermimpi Erilyn tidak bisa diselamatkan dan Clark menangis hingga meraung-raung meluapkan kesedihannya, bahkan Clark tidak ingin disentuh oleh Alea sama sekali. Membuat Alea semakin merasa bersalah.

Setelah pukul tiga, ia tidak bisa tertidur sama sekali. Ia memikirkan ucapannya pada Hans malam itu. Ketika Hans bertanya apakah Alea sekhawatir itu padanya. Sebenarnya pertanyaan itu membuat Alea sadar, ia tidak bisa membedakan perasaan khawatirnya pada Clark dan juga Hans. Rasa khawatir itu sama besar dan sama dalamnya. Namun semalam Alea hanya mengucapkan kalimat yang ingin didengar oleh Hans. Entah kekasihnya itu menyadari atau tidak, hal itulah yang sebenarnya dilakukan oleh Alea.

Setelah selesai semua ritual paginya, dari mandi hingga membalut tubuhnya dengan lotion the body shop aroma strawberry, Alea berjalan menuju kamar Hans. Ia membuka pintu kamarnya, ternyata tidak dikunci. Alea melihat kekasihnya mendengkur halus. Wajah Hans masih terlihat tampan meski rambutnya sedikit kusut. Bibir tipisnya sangat menggoda untuk dicium lama-lama.

Sejak kamar ini ditempati Hans, aromanya sangat berbeda. Aroma parfum Polo Whisky miliknya menguar keseluruh penjuru kamar. Aroma yang berbeda saat ditempati sesekali oleh Clark. Sahabatnya itu lebih memilih memakai parfum kenzo flower. Sangat feminine untuk ukuran laki-laki, namun Clark punya alasan sendiri mengapa ia memakai parfum itu. Kenzo flower adalah parfum yang selalu digunakan Emily, karena itu Clark selalu memakainya agar ia merasa Emily selalu berada didekatnya.

Alea mendesah kesal pada dirinya sendiri. Bahkan saat melihat Hans tertidur dihadapannya, ia masih bisa memikirkan Clark. Ia berjalan keluar kamar dan bergegas ke dapur untuk membuatkan Hans sarapan.

Hari ini rumah Alea terasa begitu sepi. Sarah dan Anthony masih belum pulang dari rumah sakit sejak semalam. Bahkan untuk urusan café, mereka serahkan kepada asisten yang bisa diandalkan. "Sesepi inikah saat merasakan sendiri karena tidak ada orang dirumah?" gumam Alea lirih. Ia yang baru ditinggal orangtuanya di Rumah Sakit semalam saja sudah merasa sesepi ini, bagaimana hari-hari Clark setelah empat tahun belakangan ini?

Kali ini Alea harus menahan pikirannya sejenak untuk memikirkan Clark. Hari ini adalah hari terakhir Hans di Surabaya. Ia harus meluangkan waktu sepenuhnya dengan Hans. Setidaknya hari ini ia milik Hans seutuhnya tanpa memikirkan orang lain untuk sesaat.

Alea sudah meminta ijin kepada orangtuanya untuk meluangkan waktu dengan Hans sebelum ia pulang. Beruntung kedua orangtuanya mengijinkannya. Saat disambungan telepon dengan Sarah, Alea begitu ingin menanyakan kabar Clark. Namun niat itu diurungkan, Sarah juga tidak menjelaskan apapun tentang Clark selain mengabarkan kalau kondisi Erilyn sedikit membaik.

Seusai menutup telepon, Alea melanjutkan membuat sarapan omelet sayur, nasi goreng putih favorit Hans, ayam goring bumbu kuning yang sudah matang dikukus oleh Alea, jus jeruk dan beberapa buah-buahan yang tinggal diiris bersih oleh Alea. Saat Alea hendak membersihkan peralatan masak diwastafel dapur, ada seseorang yang memeluknya dari belakang lalu mencium pundaknya lembut.

"Good morning, babe. Masak apa hari ini? Baunya kecium sampai kamarku," ucap Hans sambil tetap memeluk Alea.

Alea merasakan wajahnya panas, pasti sekarang wajahnya sudah memerah sperti kepiting yang matang sempurna. Mendengar ucapan Hans seperti mereka sudah benar-benar tinggal satu atap dengan hubungan yang resmi dimata hukum dan agama. Alea bahagia tapi juga malu.

"Morning too, darl. Lagi bikin sarapan, kamu duduk aja dimeja makan gih." Alea berusaha bersikap wajar meski perasaannya saat ini membuatnya salah tingkah. Hans tidak menggubris perintah Alea dan tetap pada posisi pelukan terpewe.

"Hans, gimana aku bisa beres-beres kalau kamu masih gitu? Mandi sana, terus sarapan bareng setelah itu aku mau mengajak kamu ke suatu tempat," ucap Alea lagi dan akhirnya Hans menurut.

Hans melepas pelukannya dan beralih ke meja makan yang penuh dengan masakan karya Alea. Melihat semua masakan itu membuat perut Hans tiba-tiba bergejolak menunjukkan rasa lapar. "Mau mengajakku kemana hari ini?" ucap Hans sambil mencicipi omlet buatan Alea yang ternyata rasanya gurih. Gurih yang tidak berlebihan. Laki-laki itu semakin jatuh cinta pada Alea.

"Rahasia dong." Alea menjawab sambil sibuk mencuci beberapa piring dan alat-alat yang ia gunakan untuk memasak. Jika sampai Alea tahu Hans mencicipi makanan sebelum mencuci tangan, perempuan itu pasti akan mengomel tidak karuan.

Hans mengangguk sebelum berkata, "apa kita ke Rumah Sakit hari ini?"

Alea menggeleng tanpa menatap Hans. "Nope, I'm yours for today."

"Just for today?"

Alea menghentikan kegiatannya ketika mendengar ucapan Hans. Ia merasakan nada cemburu diucapan Hans. "Everyday I'm yours, babe." Ucap Alea menjelaskan dan menegaskan.

Hans tersenyum simpul. Tapi senyumnya beda, seperti ada yang sedang ia sembunyikan. Alea tidak kehilangan akal, perempuan itu mendekat dan menjatuhkan ciuman disudut bibir Hans. Berusaha meyakinkan.

"I love you and I don't wanna lose you!"

"I know."    

The Athletes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang