"Kita mau kemana sih? Kok malah keatas gedung?" Ucap Hans bertanya-tanya pada Alea yang hanya tersenyum kemudian melangkah ke pembatas rooftop.
Setelah sarapan dan membantu persiapan pulang Hans, Alea mengajak kekasihnya itu pergi ke tempat yang selalu ia datangi untuk jogging. Satu-satunya tempat yang selalu ia kunjungi saat ia merindukan Hans. Alea pikir dengan jogging hingga tenaganya hampir habis bisa membuatnya lari dari perasaan rindunya.
"Aku selalu jogging disini setiap hari."
Hans memperhatikan keseluruh sudut rooftop. Semuanya lapang tidak ada satupun benda yang menghiasi rooftop gedung ini. Bahkan bangunan ini pun terlihat sangat tua karena gedung ini tidak terlihat eksentrik seperti bangunan modern pada umumnya.
"Diatas rooftop ini sendirian?" tanya Hans lagi. Alea terlihat sangat berbinar saat tersenyum. Ditambah cuaca hari ini yang sangat cerah membuat Alea seperti sosok yang paling bersinar dimuka bumi.
Alea menggeleng. "Bukan di rooftop ini. Rooftop ini tempat aku beristirahat setelah jogging, tapi aku berlari dijalan parkiran mobil ini. Dari bawah keatas, turun lagi kebawah hingga sepuluh kali putaran. Atau kadang sampai tenagaku hampir habis."
Mendengar penjelasan Alea, Hans menganga tidak percaya. Bahkan ia yang laki-laki saja tidak pernah berpikir untuk melakukan jogging ala Alea, bagaimana perempuan mungil tapi enerjik ini berpikir sanggup untuk melakukannya?
"Kamu tahu, aku selalu datang kesini hanya setiap aku merindukanmu. Aku ingin berusaha keras agar tetap bisa mengikuti juara nasional hanya untuk bertemu denganmu. Kamu seperti gelar juara dalam hatiku. Setiap bisa bertemu denganmu di kejuaraan, hatiku merasa menang. Karena semua usahaku terbayar lunas," jelas Alea sambil meraih tangan Hans.
"Jadi hari apa saja kamu merindukanku? Hingga kamu harus berlari-lari disini?" ucap Hans sambil memicingkan senyum.
"Hampir setiap hari," jawab Alea sebelum tangannya meraih leher Hans dan mencium bibirnya. Tidak tinggal diam, Hans meraih tubuh Alea kedalam pelukannya. Hans membalas ciuman Alea dengan lembut tapi terkesan penuh hasrat dan kerinduan yang dalam.
Keduanya menikmati setiap gerakan ciuman itu sambil tutup mata. Mereka tidak peduli jika ada yang melihatnya, karena rooftop ini selalu kosong dan hampir tidak ada yang pernah kemari. Tapi diatas rooftop bangunan tua ini, tempat mereka meluapkan rindu yang mereka tahan selama berbulan-bulan lamanya.
Alea melepaskan ciumannya dan membuka matanya perlahan. Ia melihat Hans masih menutup mata dengan napas yang sama memburunya dengannya.
"Aku ingin kamu tahu, aku memikirkanmu setiap hari bahkan setiap waktu. Aku tidak ingin kamu berpikir untuk cemburu kepada Clark. Bagaimanapun aku menganggapnya sebagai kakak, dia memang spesial, tapi kamu dan Clark punya porsi dan posisi yang berbeda buat aku."
Hans tersenyum mendengar penjelasan Alea dengan panjang lebar. "Aku minta maaf kalau aku jadi terlihat terlalu protektif padamu. Aku hanya tidak ingin kehilangan perempuan yang sangat berarti buatku. Aku bahkan sempat berpikir untuk menyuruhmu memilih antara Clark dan aku. Namun sekarang aku lebih mengerti," ucap Hans sambil kembali memeluk Alea.
Pelukan Hans memang tempat yang sangat menenangkan. Ia bisa mendengar degup jantung Hans, usapan tangan lembut Hans dipunggungnya dan lengannya yang sesekali mengeratkan pelukan. Alea benar-benar jatuh cinta pada laki-laki ini.
"Okay, cukup mellow-mellownya. Sekarang waktunya bersenang-senang sebelum aku pulang." Hans menarik tangan Alea lembut dan menuntunnya masuk kedalam mobil.
Bersama dengan Hans, Alea merasa seperti perempuan ABG yang baru mengenal rasanya jatuh cinta. Alternative 'bersenang-senang' diwaktu yang singkat adalah pergi ke mal. Alea memilih menonton di Galaxy Mal, makan siang di merugame udon, mampir ke Bucheri untuk membelikan sepatu fantofel untuk Coach Charlie yang sudah berbaik hati mengijinkan Hans pergi ke Surabaya sementara waktu. Dan menghabiskan beberapa lembar hasil fotobox.
FOTOBOX, seriously! Hari gini Alea dan Hans masihheboh menggunakan fotobox berulang kali dan tertawa terbahak-bahak melihathasil fotonya. Meski mereka sudah menghabiskan beberapa gigabyte untuk selfieatau foto gaya bebas dengan menggunakan timer, tapi belum puas hingga memilihfotobox.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Athletes Love
RomantizmAlexis Andrea, kehidupannya berbeda dengan perempuan kebanyakan. Ketika perempuan lain sibuk berbelanja, memanjakan diri ke salon, berlama-lama nongkrong di cafe dengan banyak teman, ia justru menghabiskan waktunya di kolam renang. Membiarkan kulitn...