CHAPTER 21 : What a Bullshit

17 1 4
                                    

Beberapa hari setelah mengatakannya, Clark benar-benar melakukannya. Setiap bertemu dengan Alea dikolam, Clark selalu membuang muka atau berpura-pura seperti tidak melihat Alea. Ia tidak lagi menyapa Alea dengan sapaan ramah dan tawanya. Di beberapa tes terakhir juga Clark sengaja menjauh dari Alea. Bahkan saat pengambilan atribut sebelum berangkat lomba pun Clark juga masih tidak ingin bertatap muka dengan Alea.

Siapa yang menyangka bahwa perubahan hidup keduanya akan berubah seratus delapan puluh derajat hanya dengan hitungan hari. Sepasang sahabat yang terbiasa menjalani harinya bersama-sama, sekarang berubah menjadi orang asing yang tidak saling mengenal. Ketika mereka diharuskan bertemu dalam satu ruangan untuk mengambil seragam bertanding dan mendengarkan petuah singkat dari Todi, Clark berusaha bersikap biasa namun tetap menjaga jarak.

Melihat perubahan sikap Clark kepadanya, Alea tetap berusaha mendekati sahabatnya. Ia ingin persahabatan mereka tetap baik-baik saja seperti sebelumnya. Namun sikap Clark menegaskan jika diantara mereka ada hal yang membuat hubungan mereka tidak baik-baik saja.

Semakin Clark menghindar, semakin membuat Alea diam ditempat. Alea tidak ingin sahabatnya menghindar lebih jauh dari sekarang.

Mungkin jauh dari Hans terasa biasa saja, karena sejak diawal hubungan, ia selalu memaklumi keberadaan Hans yang jauh disana. Namun jauh dari Clark adalah hal yang tidak pernah sekalipun terpikirkan oleh Alea. Terutama melihat Clark bersikap pura-pura tidak melihatnya setiap kali mata mereka selalu beradu.

Clark selalu memalingkan wajah. Hal itu membuat hati Alea nyeri seperti diremas oleh ratusan tangan manusia.

Hitungan hari berubah menjadi minggu. Semakin hari Alea semakin jauh dengan Clark. Ia tak lagi mendengar kabar Erilyn, Nathan bahkan kabar mengenai Emily dan Andros. Saat mereka dekat, Clark memilih untuk menyembunyikannya. Ketika jarak mulai membentang diantara mereka, Alea bagaikan ponsel yang kehilangan signal.

Clark dekat. Matanya masih bisa menatap Clark tersenyum sedih, sikapnya yang lebih pendiam dan semakin tertutup, bahkan Alea masih bisa menatap Clark yang selalu membetulkan kacamata renangnya sebelum memasuki kolam. Namun, Alea tak lagi bisa menjangkau Clark. Dan itu lebih menyakitkan.

"Masih disini? Yang lain sudah pada pulang setelah menerima jaket, training dan ceramah panjang lebar tadi." Kedatangan Dean yang tiba-tiba duduk disampingnya cukup mengagetkan Alea.

Dean benar, kolam sudah sepi. Hanya ada beberapa anak yang masih berkumpul dipinggir kolam sambil tertawa terbahak, beberapa penjaga kolam yang sedang memberi kaporit, dan... ya, ia tidak lagi melihat Clark diseluruh penjuru kolam renang. Bahkan ia sudah lupa berapa lama Alea melamun diatas tribun.

"Kamu sendiri? Ngga pulang bareng Reynold?" tanya Alea mencari-cari topik pembicaraan. Setidaknya ia tidak ingin terlihat kikuk dihadapan sahabatnya sendiri.

Dean menggeleng, kemudian menghela napas panjang. "Reynold lagi di booking sama Reinhard. Minta ditemenin beli celana renang baru katanya."

Alea menggeleng tidak percaya. "Again? Kenapa sih dia setiap kali lomba harus pake celana renang baru?"

"Begitulah. Alasannya biar wartawan memotretnya dengan SOTD terbaru sewaktu dia meraih juara lagi."

"Apaan SOTD?" Alea mengernyitkan kening.

"Swimsuit Of The Day, Al."

Keduanya terbahak-bahak mendengar singkatan konyol Reinhard. "Wait, wait, the question is... memangnya si wartawan bakal ngemotret bagian pantat gitu? Sampai dia harus beli celana renang baru setiap pertandingan?"

The Athletes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang