Intro

156 4 5
                                    

Aku selalu memainkan piano, mengiringinya bernyanyi.

Saat memainkan intro di awal, aku selalu diperhatikan.

Tapi setelah dia mulai bernyanyi, semua pasang mata langsung tertuju padanya.

Suaranya sangat indah, wajahnya juga cantik, kalau dibandingkan dengan ku, aku bisa dianggap pengikutnya, yang mengikutinya kemana mana dan mengiringinya bernyanyi, padahal aku ini sahabatnya.

Kami biasanya tampil di cafe dandelion.

Namaku Jika, Fazika Putri. Dan yang dari tadi aku ceritakan itu Bila, Nabila Hanifa, sahabatku dari kecil. Rumah kami berdekatan, kami juga les musik bersama, bedanya dia les vokal aku les piano, sampai suatu hari kita di ikutkan lomba oleh orang tua kita, aku sebagai pianisnya dan Bila yang bernyanyi. Kami berdua menang saat itu, dan saat itu juga aku merasa setiap kami tampil bersama aku hanya menjadi bayang bayangnya di panggung. Tak ada satupun pasang mata yang tertuju padaku.

Malam ini kita tampil lagi di cafe dandelion seperti biasa. Seperti yang dari tadi aku ceritakan aku hanya jadi bayang bayangnya, tak apa aku sudah biasa, yang penting aku dibayar dan dapat uang. Malam ini kami membawakan lagu mymp kesukaan kami.

Setelah membawakan beberapa lagu, kami istirahat sebentar.

"mbak 'our capucino'-nya satu ya?" pesan ku kepada waiters cafe, dan anehnya mbak itu hanya diam melihat lihat disekitarku seperti sedang mencari orang lain.

"untuk mbak sendiri?" tanya mbak waitersnya kemudian

"iyalah mbak, untuk saya sendiri" jawabku

"tapi 'ours capucino' hanya untuk pasangan, sayangg" jawaban mbak waitersnya yang sukses buat-ku ter"jleb". Iya, aku jomblo. Eh tidak, aku lebih suka kata single daripada jomblo, menurutku jomblo itu kata yang terlalu ngenes.

"oh gitu ya mbak, yah yasudah kalo gitu saya pesen yang..................."

Tiba tiba, hadir seorang lelaki tepat di belakang-ku ikut memesan dan memotong ucapanku.

"mbak 'our capucino' nya satu untuk saya sama dia"

Refleks, aku berbalik mengadap kebelakang dengan wajah bingung dan befikir siapa lelaki ini? apakah aku pernah mengenalnya atau tidak. Dan ternyata tidak. Lalu kenapa dia bersikap seperti ini? Sok kenal. Dan juga kenapa jantungku berdegup lebih cepat? Apakah karena sekarang kami berhadapan dan jarak kami sangat dekat sehingga membuatku gerogi? Entahlah.

"loh? lo siapa? Kita pernah ketemu?" tanyaku heran

"lo gatau gua? Oke, nama gua Kala, Adikala Pratama. Dan daritadi gua merhatiin lo main piano. Permainan lo keren banget. Gua suka."

"oh oke thank's...Kala." kataku "Tapi kenapa mesen minuman tadi? Kita kan bukan pasangan." Tanyaku yang langsung tanpa basa basi.

"anggep aja kita pasangan. Bukannya lo pingin banget minum itu?"

"Iyasih tapi gak banget, eh tapi terimakasih. kalogitu, nanti biar gua yang bayar, dan gua mau minumnya sendiri, kalau boleh?" tanyaku hati hati

"of course you can, dan gua mau tahu nama lo. Kalau boleh?"

"hehe of course you can too, nama gua jika." Jawabku sedikit tertawa, karena dia menanyakan dengan pola pertanyaan yang sama denganku, terkesan mengikut ikuti dan sedikit lucu.

"kalogitu, gua kepanggung lagi, udah selesai istirahatnya. Makasih minumanya." pamitku

"Yes, with pleasure." Jawabnya dengan senyuman yang cukup manis.

Pertemuan yang singkat. Tapi berkesan. Yang mebuatku selalu mencari keberadaannya di antara penonton yang melihat penampilan kami, dan aku selalu menemukannya. Dan saat aku melihatnya, dia pun melihatku. Dan kita berbagi senyuman.

Malam ini adalah malam dimana, pertama kali aku merasa diperhatikan. Diantara banyak orang yang menonton penampilanku dan Bila, aku menemukan satu orang yang hanya memperhatikanku dan tidak berpaling ke Bila. Walaupun Bila sangat cantik. Setidaknya sekarang aku berfikir, diantara banyak orang yang tidak memperhatikanmu pasti ada satu orang yang perhatiannya hanya tertuju kepadamu.

***

Tepat jam 11:00 WIB. Kami selesai tampil, lalu kami pulang seperti biasa. Menaiki mobil Bila, aku tidak bisa mengendarai mobil.

Sebelum kami masuk mobil, seorang laki laki menghampiriku. Dia, Kala.

"Jika. Sekali lagi,kalo boleh...gua minta nomer hp lo?" tanyanya yang sempat mebuatku kaget, dan tentu saja Bila. Bila pasti kaget karena aku belum sempat cerita tentang Kala kepadanya. Dan dengan isyarat, Bila menatapku dengan tatapan "dia siapa?". Dan akupun menjawab Bila dengan dengan senyuman "nanti gua ceritain".

"oh iya boleh, biar gua yang ngetik" Kataku dengan memberi signal agar dia memberikan hp-nya.

(08............)

"Already" kataku menyudahkan "yaudah kalo gitu gua balik dulu"

"Oke Jika, Thank you" jawabnya sambil memberikan senyumannya lagi. Dan aku balas juga dengan senyuman yang bertanda "iya sama sama".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang