CHAPTER 23 : Bad-news I guess..

12 1 0
                                    

Refleks mulut Alea menganga mendengar penjelasan dari Erilyn. Berharap apa yang barusan ia dengar hanyalah bercandaan receh yang dikeluarkan oleh Erilyn hanya untuk menyenangkan dirinya.

"It's true, he likes you. More precisely loves you," jelas Erilyn lagi ketika melihat ekspresi Alea yang sangat tidak percaya.

Alea tertawa tidak percaya. Ia tidak menyangka kedatangannya kerumah Clark dan menyempatkan diri untuk bercengkrama dengan Erilyn akan membuahkan pernyataan konyol yang tidak masuk akal. "That's a bad joke, Erilyn." Alea masih tertawa dan menggeleng.

"He break up with Jessie, you know that?"

Lagi-lagi ucapan Erilyn membuatkan kembali terbelalak tidak percaya. "Sudah aku duga kamu pasti tidak tahu tentang hal ini," ucap Erilyn menjeda kalimatnya ketika melihat ekspresi yang dimunculkan oleh Alea. "Beberapa hari saat aku dirawat di Rumah Sakit, Jessie datang menjenguk. Tapi ada yang berbeda dengan tatapan Clark, ia melihat Jessie seperti bukan orang yang ia inginkan untuk datang. Dan dihari itu juga, Clark memutuskan hubungannya dengan Jessie," imbuh Erilyn.

"Alasannya?"

Erilyn terdiam kemudian menghela napas panjang. "Clark bilang tidak butuh alasan untuk sesuatu, baik jatuh cinta ataupun memutuskan hubungan."

Alea membelalakkan matanya dan mulutnya menganga karena ekspresi tidak percayanya. "Ini gila!" ucap Alea spontan. Bagaimana bisa sahabatnya sendiri melukai hati perempuan yang menyayanginya dengan tulus sekejam itu.

Disela-sela keterkejutan yang ia dengar dari Erilyn, perempuan itu meraih jemari Alea dan mengusapnya lembut. Dari sorot mata Erilyn, Alea tahu bahwa perempuan itu sedang menimbang-nimbang untuk mengatakan sesuatu atau membiarkannya tetap menjadi rahasia. Tapi beberapa detik setelah itu Erilyn memutuskan untuk mengatakannya.

"Clark benar-benar menyayangimu Al. Bahkan rasa sayangnya melebihi status sahabat kalian. Clark bersama dengan Jessie, karena baginya Jessie mirip denganmu. Dari cara berpakaian, potongan rambut, makanan-minuman kesukaan dan beberapa hal lainnya. Tapi belakangan ini Clark sadar, bahwa kalian berdua adalah orang yang berbeda. Meski penampilan kalian hampir sama, tapi kepribadian kalian berbeda. Itu yang tidak ditemukan Clark dalam diri Jessie.

Aku tahu kamu pasti akan terkejut mendengar ini dan menganggapku sekedar bercanda. But he really loves you Alea. Bahkan dia sendiri tidak tahu sejak kapan merasakannya. Dia mungkin menghindar atau mungkin berusaha menjauhkan perasaannya tentang kamu. Tapi percayalah, dia hanya ingin kamu bahagia. Entah itu dengannya atau dengan laki-laki lain," ucap Erilyn panjang lebar.

Namun kali ini Alea hanya terdiam. Tidak ada satupun ekspresi yang tampak diwajahnya dan tidak ada kalimat spontan yang keluar dari mulutnya. Alea tahu benar, laki-laki lain yang dimaksud Erilyn adalah Hans. Tapi tentang perasaan Clark, ia masih tidak percaya.

Kalimat terakhir Erilyn selalu terngiang dipikiran Alea ketia kakinya melangkah menuju kamar Clark dilantai dua. Dan yang terjadi setelah itu, ungkapan perasaan yang keluar dari mulut Clark sendiri, ciuman sahabatnya itu, seolah-olah membenarkan ucapan Erilyn.

Bahkan hingga hari ini, ucapan demi ucapan Erilyn dan Clark memenuhi pikirannya dan membuatnya seperti orang bodoh. Belum tuntas pikirannya melayang tentang Clark, Alea teringat ucapan yang dikatakan papanya beberapa waktu yang lalu. Bahwa sahabat terkadang jauh lebih mengerti tentang diri kita dibandingkan dengan diri kita sendiri, Anthony juga mengatakan bahwa ia begitu beruntung karena belahan jiwanya adalah sahabatnya sendiri dan tidak ada yang lebih sempurna daripada itu.

Tidak bisa dipungkiri, mendengar kalimat "sayang" dari Clark juga membuatnya gugup sekaligus bahagia. Perasaan yang sama ketika Hans pertama kali mengucapkan sayang kepadanya.

Getar ponsel membuyarkan lamunan Alea. Ia melihat nama Hans berkedip-kedip dilayar ponselnya. Buru-buru ia meraih ponselnya dan menjawab panggilan dari laki-laki kesayangannya.

"Hei babe," ucap Hans disambungan telepon.

Oh, damn! Rutuknya dalam hati ketika menyadari bahwa suara Hans masih mampu menggetarkan hatinya. Namun kali ini suara Hans terdengar berbeda dari biasanya. Dari suaranya Alea menebak kalau Hans sedang kelelahan.

"Heii, sepertinya capek banget ya?" tanya Alea dengan ekspresi cemas. Seberapapun besarnya kecemasan Alea, nyatanya ia tidak bisa hadir disampingnya untuk sekedar menenangkannya atau apapun.

Diseberang sana Hans mengangguk dan mengiyakan pertanyaan Alea. "Kamu, gimana latihannya?"

"Hmm, not to bad. Coach lagi berusaha mengurangi porsi latihan agar kami tidak jenuh. Padahal sebenarnya kita sudah jenuh maksimal."

"Hahaha, me too. But we don't have any choice, right? Mau nggak mau kita harus mengikutinya. Kita kan janji bertemu dipertandingan nanti."

Hans memang bukan tipikal laki-laki mudah untuk merayu atau mengeluarkan kalimat gombalan murahan untuk membuat perempuan salah tingkah. Namun sikap dewasa dan cara bicaranya yang lembut, sangat mampu menyihir Alea.

"I've another goodnews," imbuh Hans dengan nada girang.

"What is?" rasa penasaran Alea memaksanya membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengar goodnews dari Hans. Setidaknya goodnews yang akan diucapkan Hans adalah kejutan lain dipertemuan mereka nanti. Kejutan yang diberikan Hans seperti biasanya.

"Kabarnya Gadis juga akan dipindahkan ke Jakarta dalam beberapa hari lagi. Setidaknya aku bisa berbangga hati, karena salah satu teman dari tempat asalku bisa dipercaya untuk berlatih di Jakarta," ucap Hans lantang dan bangga.

Hati Alea berdesir mendengar ucapan Hans. Perasaan buruk tiba-tiba menyergap seluruh hatinya. Dalam sekejap ia teringat ucapan Dean dan ia sama sekali tidak ingin hal itu terjadi. Ia tidak ingin kehilangan Hans dengan alasan apapun.

"Oh," hanya itu yang teerucap dari mulut Alea.

"By the way kamu kenal Gadis kan?"

Pertanyaan Hans barusan membuat darah Alea mendidih. Alea cemburu, dan ia tidak ingin membahas apapun tentang perempuan itu. Tapi bukankah ketidak pekaan itu merupakan sifat dasar laki-laki?

"Gadis Selfry Tan, kan. Yes, I know her. Sepertinya kamu bahagia sekali mendengar Gadis akan ke Jakarta?"

"Babe, are you jealous? Aku dan Gadis hanya teman, bahkan ke tahap sahabat pun nggak. Aku dan Gadis tidak seperti kamu dan Clark yang selalu berdua kemana-mana."

Ucapan Hans barusan terdengar mengeras dan terkesan seperti menyindir. Apa salahnya jika Alea cemburu? Apa salahnya jika Alea taku kehilangan Hans?

Alea mendengus kesal. "Setidaknya aku dan Clark jelas, kita hanya akan menjadi sahabat selamanya. Tapi kamu dan Gadis, banyak orang bilang kalau kalian sedang dekat. Dan caramu berbicara tentang Gadis barusan seperti membenarkan perkataan banyak orang!"

Suara Alea tidak kalah tingginya dengan Hans. Keduanya meninggikan gengsi dan egonya masing-masing.

"Asal kamu tahu, yang seharusnya cemburu bukan kamu. Tapi aku! Melihat kedekatan kalian yang terlihat sama antara kedekatan kita. Sudahlah, sia-sia pula aku menelponmu kalau ujung-ujungnya hanya bertengkar seperti ini."

Ucapan terakhir Hans sebelum menutup teleponnya berhasil membuat Alea meringkuk ditempat tidur dan menutupi wajahnya dengan bantal. Ia merasa hatinya tercabik, wajahnya memanas dan air mata meleleh begitu saja. Ia tidak menyangka telepon dari Hans yang ia tunggu seharian penuh ini hanya akan berakhir pilu.

Komunikasi keduanya hampir punah semenjak Hans harus mengejar latihan kerasnya di Jakarta. Bahkan Hans lebih sering ketiduran saat ia harus menelpon Alea. Chating masih berjalan lancar, hanya saja tidak ssesering dulu. Semuanya perlahan berubah, satu demi satu.

Untuk sejenak Alea lupa. Bahwa cinta yang dalam akan membuatnya jatuh kedalam jurang yang paling dasar atau neraka paling jahanam. 

The Athletes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang