Oh My Boss!

|prolog|

Menahan napas. Itulah yang biasa para wanita lakukan setiap kali ia lewat. Entah mengapa pesona seorang Juan Ferrano tak pernah bisa didustakan. Seberapa sering para gadis menutup menutup mata, nyatanya mereka seolah tertarik gravitasi super dahsyat yang dimiliki Ferran. Namun sayang walau Ferran memiliki pesona memikat, tak banyak yang bisa menarik perhatiannya.

Tentu saja, pria sekelas Juan Ferrano tidak akan sembarangan dalam memilih wanita. Selain cantik, wanita yang akan masuk dalam list seorang Juan Ferrano harusnya memiliki standar yang tinggi. Tidak sembarangan. Jika bukan wanita dari kalangan kelas atas, sosialita, para model, maka wanita itu harus masuk dalam jajaran putri pewaris pengusaha kaya.

"Rasanya kita bagai pungguk merindukan bulan," desah Liana.

"Hm... sulit sekali menjangkau pria seperti Juan Ferrano," timpal Dista.

"Kalau begitu berhentilah bermimpi. Kembali ke bumi dan mulai bekerja. Karena mengkhayalkan Juan Ferrano melirik salah satu dari kita jelas mustahil."

Kedua gadis itu melirik tajam rekan kerjanya yang baru saja berusaha menyadarkan mereka dari impian terlampau tinggi.

Agita, gadis yang mendapat lirikan tajam dari dua teman kerjanya hanya tersenyum simpul. Lalu menunjuk ke arah beberapa pelanggan yang mulai memenuhi toko.

"Kamu emang nyebelin deh Ta!" dengus Liana. Tapi tak pelak kedua gadis itu mulai bergerak menghampiri pelanggan.

Usai sudah waktu mengagumi. Saatnya mereka kembali bekerja. Bukan Agita tak tahu siapa Juan Ferrano. CEO supermall tempat mereka bekerja saat ini. Namun seperti yang selalu diucapkan Liana, bahwa gadis-gadis itu hanya bisa mengagumi tanpa bisa menjangkaunya. Juan Ferrano terlalu jauh. Berada di luar orbit mereka. Dan hanya keajaiban mungkin yang bisa membuat seorang Juan Ferrano melirik salah satu dari mereka. Dan entah kapan itu akan terjadi.

|●●●|

27/11/17

Coco