3 : Morning View

75 12 12
                                    

Mungkin aku tidak mengenalmu sekarang,
Tapi siapa yang tahu jika ternyata takdir telah mengatur pertemuan kita nantinya?

-Shakilla R.C-

💭

PAGI-pagi buta Shakilla sudah terbangun, kini dalam dekapannya Zhafran tengah tertidur pulas. Memeluk robot transformers kesayangannya. Raut wajah Zhafran terlihat sangat damai, di dalam tidurnya saja Zhafran masih bisa tersenyum. Senyum yang selalu menjadi alasan bahwa Shakilla harus tetap kuat.

Jika Shakilla terlihat rapuh di hadapan Zhafran, pasti hal itu akan membuat Zhafran lebih hancur lagi. Mereka hanya memiliki satu sama lain saat ini, hanya ada Zhafran untuk Shakilla. Dan hanya ada Shakilla untuk Zhafran.

Dua anak di bawah umur yang harus merasakan kejamnya dunia tanpa merasakan masa-masa kecil maupun masa remaja mereka layaknya anak di usia yang sama.

Tak ada kasih sayang orang tua yang mereka dapatkan, kemandirian meliputi jalan hidup mereka hingga detik ini. Berjuang melarikan diri dari preman yang memperbudak dirinya, mencari tempat tinggal sendiri untuk berteduh, bekerja keras membanting tulang untuk mencari pundi-pundi rupiah yang tidak seberapa demi mengisi perut mereka walaupun hanya dengan sebungkus nasi dan satu telur balado yang biasa Shakilla beli di warung tegal arah ke kampungnya yang kini sudah di bumi ratakan.

Shakilla tidak dapat menahan tangisannya melihat wajah damai Zhafran, ia merasa kesal dengan diri sendiri. Shakilla rela jika dirinya harus putus sekolah, bekerja keras hanya demi Zhafran. Shakilla tidak ingin jika hidup Zhafran kelak akan sepahit yang Shakilla rasakan.

"Maafin kakak ya Ran, kakak janji kamu gak akan ngerasain hal yang sama seperti apa yang kakak rasain. Masa depan kamu harus lebih terjamin dibandingkan dengan kakak," suaranya parau, isakan tangisnya berusaha ia redam. Ia tidak ingin membuat Zhafran terbangun dan melihat tangisan Shakilla yang tengah menghadap dirinya.

Seperdetik kemudian, Shakilla tersenyum. Melihat Zhafran yang tiba-tiba semakin melebarkan senyuman di dalam tidurnya seakan-akan membuat Shakilla terdorong lagi semangatnya.

Shakilla harus kuat, tujuan hidupnya kali ini adalah memperbaiki masa depan Zhafran. Syukur-syukur jika masa depan Shakilla juga bisa ikut berubah.

Semoga.

💭

"ASSALAMUALAIKUM warrahmatullahi wabarakatu"

Shakilla baru saja menyelesaikan sholat subuhnya, sejak jam tiga dini hari ia terbangun Shakilla tidak dapat memejamkan kembali kedua kelopak matanya. Rasanya sangat sulit untuk kembali terlelap dalam tidur indahnya, terlalu banyak yang Shakilla pikirkan.

Akhirnya ia memilih untuk sholat tahajud terlebih dahulu, setelah selesai dan menunggu adzan subuh berkumandang Shakilla menuliskan beberapa untai kata dalam diary kecil yang selalu ia bawa untuk mencurahkan isi hatinya.

Shakilla tidak memiliki sahabat atau teman baik yang dapat ia percaya untuk mendengar segala curahan hatinya selama ini, semenjak Allendra pergi satu-satunya media yang dapat menyalurkan sedikit isi hati Shakilla hanyalah diary usang itu.

Kini Shakilla duduk bersimpuh di atas sajadah coklat yang menjadi alas di mana Shakilla melakukan sembahyang sholat. Seluruh badannya terbalut dengan mukenah berwarna putih yang kini sudah usang. Mukenah itu mukenah pertama yang Shakilla punya sejak ia berada di panti, tidak pernah ia ganti hingga detik ini.

Left UnsaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang