#1 The Subject

3.9K 193 8
                                    

Di sebuah negara kecil Eropa Utara.

Tanpa memedulikan bunyi alarm yang meraung-raung, seorang gadis berambut pirang melangkah cepat. Mata birunya mengawasi keadaan lorong yang tengah dilaluinya, sementara tangannya terus mengarahkan pistol ke depan. Di ujung lorong, ia membuka sebuah pintu ruangan dengan menggesekkan selembar kartu.

"Gwen Miller, aku senang kau mengunjungiku, tapi di mana Viktor?" sapa seorang pria berpostur langsing, berambut hitam agak panjang, berjambang tipis, serta bermata cokelat yang duduk di dipan ruangan. Ia mengangkat wajah dan menutup buku dengan sampul bergambar bulan purnama yang tengah dibacanya.

"Ayo, Sig. Waktu kita tidak banyak. Sebentar lagi mereka akan tahu kalau alarm itu cuma pengalihan," ucap gadis bernama Gwen itu, menggunakan logat Amerika yang kental. Tangannya sudah terjulur untuk menarik tangan si pria.

"Di mana Viktor?" ulang pria yang dipanggil Sig itu, bangkit dan sedikit menghindari tangan Gwen.

"Dia menunggu di tempat parkir," jawab Gwen cepat.

Sig membuang bukunya ke kasur. "Rencananya bukan seperti itu. Seharusnya Viktor yang menjemputku, sementara kau menunggu di tempat parkir."

"Sekarang bukan saatnya..."

"Sesuatu terjadi padanya, bukan?" potong Sig dengan nada curiga.

Gwen langsung membisu, tak berani menatap wajah Sig.

"Kita harus segera menolongnya..."

"Viktor sudah tiada, Sig. Mereka telah membunuhnya," sela Gwen lirih. "Jangan biarkan pengorbanannya sia-sia. Kita harus kabur sekarang."

Sig terdiam sejenak, baru kemudian menjawab, "Baiklah."

Melihat Sig yang terlihat biasa-biasa saja, Gwen langsung menelan ludah.

"Ayo." Sig menepuk pundak Gwen.

Mereka berdua segera kabur dari ruangan itu. Saat keluar dari lorong, Sig melihat dua petugas yang tergeletak di dekat pos penjagaan. Ia pun langsung melirik Gwen, yang terkesan tak memedulikan hal itu.

"Kenapa kau bisa tenang seperti itu? Bukankah Viktor itu sahabatmu?" tanya Gwen, tak bisa menahan dirinya lagi.

"Kau juga terlihat tenang, padahal kau mengenal Viktor lebih lama daripada aku," timpal Sig.

"Ah, lupakan saja."

"Percayalah, aku ini orang yang paling ingin membalas dendam Viktor, tapi kita tidak boleh gegabah. Kita harus kabur terlebih dahulu."

Karena para pekerja malam telah diungsikan, mereka tak berpapasan dengan siapa pun sepanjang perjalanan. Namun, saat tiba di tempat parkir bawah tanah, Gwen segera menodongkan pistolnya kepada petugas-petugas penjaga berseragam hitam yang menghadang dirinya dan Sig.

"Angkat tangan kalian!" seru salah seorang petugas.

"Lumayan banyak juga penjaganya," kata Sig yang menjejeri Gwen, memandangi pistol-pistol yang ditodongkan para petugas itu.

"Ini yang akan kau temukan di perusahaan multi nasional yang melakukan eksperimen terlarang seperti Fringe Global," jawab Gwen yang mulai mendengar derap langkah beberapa orang dari belakang.

"Mau bagaimana lagi, Fringe Global tentu tak ingin ada pencurian subyek eksperimen seperti yang sedang Anda lakukan sekarang, Miss Miller."

Sedikit tersenyum, Sig memutar tubuhnya ke belakang, menghadap pria yang barusan berbicara dengan logat Amerika itu. "Selamat malam, Arthur. Jujur saja, aku muak melihat mukamu."

Arthur—pria dengan rambut penuh uban yang disapa Sig itu—berjalan mendekat dengan diiringi beberapa petugas penjaga. Wajahnya yang dipenuhi jambang lebat tampak memerah karena menahan amarah. "Memanipulasi sistem keamanan elektronik perusahaan sampai membakar sebagian area gedung ini sehingga banyak petugas yang terpusat ke satu titik. Rencana Anda sungguh mengagumkan, Miss Miller."

Gwen tak terpengaruh omongan itu. Ia fokus kepada para petugas yang bisa menyerangnya kapan saja.

Arthur terkekeh pelan. "Sayangnya, kalian terlalu menganggap remeh Fringe Global..."

"Benarkah? Aku rasa kau yang menganggap remeh Viktor," potong Sig, maju satu langkah ke depan.

Arthur langsung mundur dan bersembunyi di belakang salah satu petugas.

"Kalian selalu menyuntikku dengan obat yang sangat kubenci, Arthur. Entah apa nama obat itu, aku tak peduli. Yang jelas, obat itu membuat tubuhku lemas dan tak bertenaga. Kekuatanku seperti disegel." Sig menegaskan suaranya. "Apakah Viktor—orang yang merencanakan semua ini—akan membiarkan diriku disuntik sebelum kabur?"

Gwen mengutuk dalam hati. Ia tak habis pikir Sig baru saja membocorkan salah satu bagian terpenting dari rencana mereka.

Mata Arthur membelalak. "Tangkap dia hidup-hidup! Dia itu subyek paling penting dalam penelitianku!"

"Kata Viktor, kau ini pelari yang cepat," bisik Sig kepada Gwen.

Kedua alis Gwen menaut. "Memangnya kenapa?"

"Kalau aku beri aba-aba, larilah dan bersembunyi. Kau sudah diberitahu Viktor mengenai apa yang harus dilakukan bila terjadi hal seperti ini, bukan?" lanjut Sig ketika para petugas mulai berjalan mendekat.

"Aku tahu, tapi..."

"Sekarang!"

Tanpa sempat memprotes aba-aba yang terlalu mendadak itu, Gwen berlari kabur. Dengan pistol berpeluru timahnya, gadis itu sesekali membalas peluru bius yang ditembakkan para petugas. Setelah melumpuhkan seorang petugas dengan tembakan di pinggang, ia bersembunyi di balik salah satu mobil.

Sig berlari zig-zag, menghindari peluru-peluru bius yang melesat ke arahnya. Manik matanya mulai menguning, kulitnya ditumbuhi bulu abu-abu, serta bajunya koyak karena transformasi tubuhnya.

"Fokus kepada subyek!" teriak Arthur.

Begitu tubuhnya berwujud serigala sepenuhnya, Sig menabraki kaki para petugas.

Melihat hal itu, Gwen melesat menghampiri mobilnya, sedangkan Sig berlari menuju pintu gerbang. Para petugas berusaha mengejar si manusia serigala, tapi kecepatan mereka kalah jauh.

Gwen masuk ke dalam mobil SUV hitamnya, menyetir beberapa meter, berhenti di dekat gerbang, lantas membuka pintu mobil.

Mendadak, kaki kanan Sig merasakan nyeri yang menggigit. Satu peluru bius berhasil mengenainya. Kesadarannya mulai mengabur dengan cepat. Meski begitu, ia berhasil memaksakan diri untuk melompat ke dalam mobil.

Begitu Sig terhempas ke kursi depan, Gwen segera menutup pintu dan menginjak pedal gas dalam-dalam.


Heran sendiri, kok bisa-bisanya saya menyentuh genre ini?

Yah, selain mendapat inspirasi waktu membaca salah satu cerita werewolf di Wattpad, juga sekali-kali  ingin keluar dari zona nyaman.


Moon Goddess' Chosen One [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang