Pagiku cerahku
Matahari bersinar
kugendong tas merahku
di pundak
selamat pagi semua
selamat pagi semua
kunantikan dirimu
didepan kelasmu
menantikan dirimu
Lagu saat sekolah dasar yang selalu dinyanyikan riang gembira dengan tariannya. saat indah itu sudah terlewati enam tahun, walau hanya singkat, enam tahun dapat merubah kehidupan, begitukah?
kejar-kejaran gerombolan anak muda untuk menghindari pasukan patroli mobil polisi menjadi begitu menegangkan tapi menyenangkan sangat sayang untuk ditonton. Dimalam sunyi sepi, karena adanya pasangan sedang asik berdua, terdengar deruan gas kendaraan membuat siapa pun akan menengokkan kepala. Dan langsung bergegas meninggalkan lokasi setelah bunyi mobil polisi.
kosong. Tidak ada seseorang melihatnya tengah berdiri diujung tebing memandang daratan berbatuan dibawahnya.
tersenyum sambil menyusap rambutnya keatas, mencium lengannya sendiri, memejamkan mata. Satu detik.. Dua detik.. Tiga detik ..dan satu menit berlalu,
Direntangkan kedua tangannya kesamping lalu keatas sambil mengikuti irama nafas
brugh!
"Sudah gila?!"
apa itu, pikir Eli terbengong - bengong melihat diatas tubuhnya hinggap sesosok manusia, berjenis kelamin pria. Tangan Eli langsung refleks mendorong pria itu.
"kau yang sudah gila." ucapnya datar tanpa ekspresi terkejut, yang semestinya dipakai
Pria tanpa nama bangkit berdiri, membersihkan serpihan daun kering beserta pasir dibajunya setelah didorong dan berbaring kesebelah wanita yang tadi dilihatnya hendak terjun dari tebing. Melarikan diri dari satuan polisi lalu lintas setelah dia dan genknya berkumpul untuk balap motor.
"apa yang kau lakukan disini?" Eli bertanya setelah bangkit berdiri "mengganggu sekali"
tercengang akan ucapan gadis didepannya "untuk apa ada disini? satu hal yang pasti, ..." pria itu menunjuk tebing ".. bunuh diri.." ucapnya ".. benarkan?!" teriaknya
menatap mata pria itu, Eli berkata "tidak mungkin aku melakukan hal itu.."
"bohong!"
"memang, kalaupun iya, masalah untuk kamu?"
berfikir. berfikir. sebenarnya masalahnya apa juga? tidak kenal. bagaimana kalau yang dilihatnya adalah mahluk gaib, dan dia yang akan meninggal akibat kecerobohannya menyelamatkan wanita bergaun biru di ujung jalan ditengah pelariannya menghindari kejaran mobil polisi. Dilihatnya jam tangan. pukul sebelas malam kurang. Benar. Bisa saja dia Mati kalau ternyata wanita di hadapannya ini bukan manusia.
menarik nafas menenangkan diri, " lalu untuk apa disana?" ucapnya lalu menarik lengan wanita itu menjauhi tebing. beruntung baginnya mengetahui bahwa yang dipegang asli tangan manusia. dan beruntungnya lagi, tidak ada penolakan dari wanita yang kini berjalan disebelah dirinya.
"aku hanya terlalu bosan ada di tempat itu" wanita itu berkata, terdengar parau
"kemana arah rumahmu?" tanya pria itu sesampainnya di motor yang disembunyikan di semak-semak "kita belum berkenalan.." ucapnya " Ali!" tegasnya " namaku Ali"
"Eli" Eli menjawab sambil menerima uluran salam Ali.
teringat akan satu hal, Eli melepas tangan Ali " Mobilku diseberang jalan sana." lalu pergi dengan berlari kecil meninggalkan Ali
"apa maksud nya?" pikirnya menatap punggung Eli yang semakin menjauh "sudahlah .. yang penting sekarang sudah aman"
dipaculah motor meninggalkan lokasi yang kini terasa menyeramkan
***___________________________________________________________***
Plak!
"kemana aja?!? lu tau nyokap gue sampai mau lapor polisi!"
ini Giandra, saudara tirinya Eli. Enam Tahun silam Eli harus tinggal bersama dengannya. bukan karena orangtuanya bercerai, bukan juga karena orangtunya menikah lagi, melainkan karena suatu hal menyakitkan yang mengharuskan dirinya disini
"ini peringatkan berapa? gue nggak suka sama lu, tapi bukan berarti lu bisa pergi seenaknya. lihat! jam berapa sekarang?" jam menunjukan keangka satu dan diluar sangat gelap "masuk kamar" ucap Giandra lalu memeluk Eli "maaf" lalu mengelus pipi Eli, bekas tamparannya. tamparan kecil. Dia sayang Eli.
Eli menuruti perintah Giandra, pergi menuju kamarnya. Dilihatnnya Giandra menuju pintu utama. jelas sekali Eli tahu tindakan selanjutnya
"pak Farlan, sudah cukup tugas bapak sampai disini. hari ini supir pengganti bapak datang" ujar Giandra menyerahkan amplop putih
"Baik Non, Terima kasih atas bantuannya" baru tiga hari menerima pekerjaan menjadi supir di rumah Keluarga Giandra dia sudah berbuat ceroboh. Mengikuti kemauan adik dari Giandra pergi ketaman adalah hal salah ternyata.
waktu sudah menunjukan pukul tiga pagi, tiga jam menuju jam enam. sama seperti hari sembelumnya, pintu kamar Eli terbuka dan masuklah Giandra dengan sekotak tempat berisi peralatan yang sama. melakukan aksi mengambil alat suntik dan botol berisi cairan bersiap menyuntikan cairan tersebut tepat dibagian paha Eli.
Giandra selalu melakukan ini selama hampir enam tahun hidup bersama Eli. setiap hari, hingga akan bangun seperti robot terprogram. Oleh sebab itulah dia takut saat ibunya menelepon mengabarkan bahwa Eli tidak ada dirumahnya. Entah terjadi kejadian apa, sampai Eli pergi begitu dari sana.
"Cegi..."
Terdengar gumaman kecil Eli. Dielusnya puncak kepalanya lalu pergi menuju ruangnya kembali.
Pagi pun menyinari ruang makan yang telah tertata beberapa hidangan sarapan dua orang. Untuk Giandra dan Eli. Eli keluar sudah lengkap berpakaian seragam SMA "Pagi Cegi" salamnya
"Pagi Eli, hari ini menu pilihan kamu yang mana?"
"Cegi kekantor?"
"Tidak.
YOU ARE READING
What it's happy
ChickLitMendaki gunung melewati lembah terbang ke angkasa terjun menghempas lautan berjalan di bawah rintik hujan