" Noona... "
Baik Rowon maupun Yoongi langsung menoleh kearah belakang dan mendapati Jinyoung yang tersadar dari komanya. Seketika air mata Rowon tumpah kemudian berlari kearah adiknya. Sedangkan Yoongi memanggil dokter yang menangani adik iparnya ini.
" Jinyoung-ah ! " panggil Rowon kemudian memeluk adiknya sambil menangis, " Noona...sa..ngat k-khawatir..apa..kau baik..baik saja ? Dimana yang sakit ? K-katakan pada noona. "
Dokter masuk kedalam ruangan kemudian memeriksa keadaan Jinyoung. Dibelakang tampak Rowon, Bibi Chae dan Yoongi yang bahagia bukan kepalang melihat Jinyoung yang sudah sadar.
" Sonsaengnim, bagaimana keadaan putraku ? " tanya Bibi Chae.
Dokter menatap Yoongi dengan mata sendunya kemudian mendapat kode dari Yoongi untuk tidak memberitahu kedua wanita tersebut.
" Pasien sudah sadar dari komanya. Tapi jangan biarkan pasien kelelahan dan menghirup udara kotor. Jaga udara disekitarnya agar tetap bersih. " titah Dokter.
" Ne sonsaengnim, khamsahamnida. Jeongmal khamsahamnida. " ucap Bibi Chae kemudian mendekati Jinyoung sambil memeluknya bahagia.
Berbeda dengan Rowon, gadis itu menatap Yoongi dengan kerutan didahinya. Yoongi hanya memutuskan kontak matanya kemudian menyusul sang dokter. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Rowon mengekori Yoongi yang ternyata memanggil sang dokter.
" Pertanda buruk ? " tanya Yoongi to the point.
Dokter tersebut tampak merunduk kemudian mengangguk mengiyakan pertanyaan Yoongi. Sontak Rowon menutup mulutnya reflect. Ia tahu betul maksud pertanda buruk itu apa. Mimpinya sebentar lagi akan menjadi kenyataan.
" Berapa lama lagi ? "
" Jantungnya sudah rusak total. Kemungkinan terbesar adalah 3 hari. " jawab Dokter yang semakin membuat Rowon menangis.
Yoongi terkejut mendengar prediksi sang dokter. 3 hari bukan waktu yang lama. Yoongi menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya berat.
Dokter yang menangani Jinyoung langsung meninggalkan ruangan dengan sejuta rasa kebersalahannya. Tinggallah Yoongi yang terdiam ditempat. Rowon mendekati Yoongi kemudian memukul dada Yoongi.
" Kau bilang..mimpiku tidak akan menjadi nyata. T-tapi apa ini ? 3 hari ? D-Dokter itu pasti sudah gila. Jinyoung pasti akan baik-baik saja. Dia akan baik-baik saja ! Jinyoung tidak akan meninggal bukan ?! Kenapa dokter itu bercanda ?! Ini sama sekali tidak lucu !! Kumohon jangan bercanda ! Jebal ! Jinyoung akan baik-baik saja, dia akan baik-baik saja. Adikku akan tetap hidup ! Kumohon..jangan hanya diam. Jawab aku, jebal. " tangis Rowon sekerasnya.
Yoongi benar-benar sakit hati melihat Rowon menangis semenyedihkannya. Ia hanya mampu menarik Rowon kedalam pelukannya sambil meminta maaf.
" Mianhe.. "
" Adikku akan tetap hidup. J-Jinyoung, Chae Jinyoung adalah laki-laki yang kuat. Jebal, jangan buat semuanya menjadi nyata. " tangis Rowon meracau didalam pelukan Yoongi.
Tanpa sepengetahuan keduanya, Bibi Chae menguping pembicaraan Rowon dan Yoongi. Air matanya tak berhenti menetes dan terus merembes keluar. Sebisa mungkin, Bibi Chae menahan isakannya kemudian kembali menemui putranya.
" Tolong Jinyoung, jebal. Hanya ini yang ingin kuinginkan. Tolong kabulkan untukku. Jebal. "
" Mian.. "
Hampir saja tubuh Rowon merosot kebawah jika saja tidak ada Yoongi yang menopang tubuhnya. Terlalu berat untuk Rowon menerima kenyataan pahit kalau adik kandung satu-satunya akan pergi meninggalkannya dan ibunya.