Tragedi Di Hari Ulang Tahun

3 0 1
                                    


Mata Ana berkaca-kaca sambil membetulkan jilbabnya. Mam Rahmi memandangnya dengan pandangan menyelidik. Ana merasa teman-temannya memandangnya dengan pandangan yang sama dengan Mam Rahmi di balik punggungnya. 

"Bukan Mam, Ana tidak menulis ini," katanya mulai terisak menunjuk secarik kertas di atas meja Mam Rahmi.

"Ini tulisannya mirip sekali dengan tulisan Ana." Ujar Mam Rahmi, masih memandangnya penuh selidik.

Perbincangan rasa introgasi ini bermula dari secarik kertas yang ditemukan di atas meja Riri setelah jam istirahat. Secarik kertas dengan tulisan tangan, tulisannya adalah 'Aku tidak mau main dengan Riri, Riri bau'. Teman Ana yang bernama Riri langsung meremas kertas tersebut dan menangis.

Teman sebangkunya, Aliya, susah payah berusaha menenangkan dan membuka gengaman tangannya. Setelah berusaha sekian lama, akhirnya genggaman tangan Riri terbuka, dan Aliya membaca tulisan pada kertas tersebut. Aliya langsung memandang Ana, yang duduk di depan bangku Riri, Ana dari tadi memperhatikan kejadian di belakang bangkunya.

"Ana! Ini kamu yang menulis kan?" desaknya penuh amarah, sambil menyodorkan secarik kertas tersebut ke Ana.

Belum sempat Ana menjawab, Mam Rahmi sudah masuk ke kelas sambil mengucapkan salam.

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh, selamat pagi ana-anak, ayo duduk di bangku masing-masing," kata Mam Rahmi sambil mulai meletakkan buku-buku bawaannya di atas meja. 

"Ist...," suara Irsyad, ketua kelas, terpotong belum selesai. 

"Mam Rahmi, Ana jahat, Mam." Aliya berteriak, bahkan sebelum ketua kelas selesai menyiapkan teman-teman kelasnya.

Mam Rahmi memandang Aliya sejenak, kemudian melangkah mendekati Aliya.

"Ada apa Aliya?" tanya Mam Rahmi, sesampai di meja Riri dan Aliya.

Ana memandang bingung ke arah Aliya, Riri yang sedang menangis, dan Mam Rahmi yang berdiri sangat dekat dengannya. 

"Mam, ini tulisan Ana kan Mam?" Aliya menyodorkan kertas yang telah kusut karena di remas Riri pada Mam Rahmi. 

Mam Rahmi mengambil kertas yang disodorkan Aliya padanya kemudian membaca tulisan yang tertera di atasnya. Mam Rahmi memandang bergantian Riri yang sedang menangis dan Aliya yang tengah memandang Ana dengan tatapan sinis. Akhirnya Mam Rahmi mengajak Ana untuk duduk di depan meja Mam Rahmi di depan kelas.

"Duduk di sini Ana." Kata Mam Rahmi sambil menarik bangku kosong dari deretan bangku siswa. Mam Rahmi memandangi Ana sambil tersenyum lembut, tapi Ana merasakan senyuman itu bagaikan tusukan mematikan ke hatinya.

"Jadi, Ana tidak menulis ini?" tanya Mam Rahmi lembut.

"Tidak, Mam. Demi Allah, Ana berani bersumpah, Mam." Air mata yang dari tadi dibendungnya sekuat tenaga mengalir sudah, berurai bersama suara isakannya. Kelas serasa menjadi senyap, seolah yang terdengar hanya isakan Ana seperti bergema di dinding kelas. 

Tiba-tiba di tengah kesunyian, terdengar suara tepuk tangan, disertai suara teman-temannya yang riuh menyanyikan lagu ucapan selamat ulang tahun.

"Selamat.. ulang tahun... kami ucapkan... selamat ulang tahun kami kan doakan... selamat sejahtera sehaaat sentosa.... selamat panjang umur dan bahagia," suara koor teman sekelas Ana membahana di seantero kelas.

Ana menoleh ke belakang sambil mengusap air matanya dengan ujung jilbab. Kembali teman-temannya riuh bertepuk tangan. 

"Selamat ulang tahun Ana," Mam Rahmi memeluk Ana sembari menghapus sisa air mata di pipinya dengan tissu. Ana tak mampu berkata-kata perasaannya campur aduk sedih, terkejut, kemudian gembira menjadi satu. Sedih karena teman-teman mempermainkannya. Terkejut karena Ana tidak menyangka akan mengalami kejadian seperti ini. Gembira karena teman-temannya mempersiapkan semua kejutan indah ini untuknya.

"Maafkan kami yang telah membuatmu sedih dan menangis, semua ini kejutan untukmu." ucap Mam Rahmi. 

"Maafkan kami, Ana." Riri dan Aliya menyalami Ana kemudian mereka bertiga berpelukan. Ana tersenyum sambil mengusap sisa air mata yang mengalir begitu saja di pipinya, ia bahagia.

Teman-teman Ana menyalaminya satu persatu dan mengucapkan selamat ulang tahun. Mam Rahmi memotong dan membagi kue ulang tahun, yang katanya dibeli menggunakan uang patungan teman-teman sekelas. Ana menerima sebuah hadiah berupa boneka beruang kecil, dan ia suka sekali.

30DWC10-Day 3






You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 28, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tentang AnaWhere stories live. Discover now