Perasaan bak tanah yang dipenuhi dedaunan kering yang lapuk. Dalam diam, ia pelan-pelan menumbuhkan harapan.
🍃🍃🍃
Sembilan buah buku ditumpuk di atas meja di hadapan Galung. Ia tersenyum lega. Akhirnya ia menemukan buku yang dicarinya. Tidak hanya satu, tapi semuanya. Dengan tidak sabar ia mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Diandra.
Sdh ketemu. Semuanya
Beberapa detik kemudian terdengar bunyi pesan masuk. Pesan balasan dari Diandra.
Benarkah? Senang mendengarnya. Jd, kpn bs u bawakan?
Tentu saja secepatnya. Galung tidak akan menundanya jika itu bisa membuat gadis itu tersenyum.
Besok
Ya, besok. Besok ia akan melihat lagi gadis itu tersenyum. Kembali menghangatkan hatinya.
Baiklah. Sampai jumpa besok
Galung tersenyum. Mengenal Diandra membuatnya lebih mudah tersenyum. Akan tetapi, ia tidak puas. Ia ingin mengenal lebih jauh gadis itu.
Diliriknya tumpukan buku di hadapannya. Otak Galung seketika terang benderang. Buku-buku itu pasti akan membawanya lebih dekat pada Diandra. Dulu ia tidak begitu peduli ketika ibunya berusaha menceritakan kisah dalam buku itu. Sekarang ia bahkan ingin melahapnya habis dan dengan bangga berbagi cerita itu bersama Diandra.
BTW, u sdh mau tidur?
Iya
Have you prayed?
Iya
Boleh aku berbagi doa denganmu?
Tiba-tiba saja jari-jari Galung begitu lincah menulis kalimat itu dan mengirimkannya sedetik kemudian.
Boleh. Say your wish
Aku harap aku mendapatkan gadis sebaik dirimu sebagai pasanganku
Galung menunggu dengan tidak sabar. Ia merasa terlalu awal untuk berkata-kata sok romantis seperti itu. Namun, pesan itu sudah terlanjut terkirim. Hatinya berdebar tak teratur memikirkan segala kemungkinan jawaban.
Bagaimana jika Diandra tidak menyukainya?
Suara pesan baru masuk terdengar kemudian. Secepat kilat ia meraih ponsel dan membaca isinya. Lalu sebuah senyuman muncul di bibir Galung.
I'll do it. Tapi, aku yakin kamu akan mendapatkan yang lebih baik.
Galung tersenyum membaca balasan dari Diandra. Gadis itu tidak tahu jika Galung tidak mengharapkan yang lebih baik. Ia ingin Diandra, benar-benar hanya gadis itu seorang.
***
"Jadi, sudah berapa buku yang selesai kamu baca?" Galung bertanya pada Diandra.
Mereka tengah berada di bawah pohon Flamboyan di bukit belakang sekolah. Seperti biasanya. Namun, kali ini bunga-bunga merah itu telah merekah lebih lebar, lebih indah. Mengalahkan daun-daunnya.
"Tinggal buku terakhir," jawab Diandra.
Sudah beberapa minggu sejak Galung meminjaminya buku-buku seri Little House karangan Laura Ingalls. Dan, ternyata banyak yang bisa mereka bicarakan setelah itu. Lebih banyak dari ungkapan perasaan yang belum bisa mereka katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Padang Rumput (Sudah Terbit)
RomanceCerita ini terinspirasi dari : 1. Lagu We Were In Love by T-ara ft Davichi 2. Lagu Trap by Henry 3. Bukit di belakang SMA ku dulu 4. Buku A Little House on The Prairie 5. Pohon Flamboyan yang selalu aku lihat dalam perjalanan berangkat dan pulang ke...