Chapter 4

81 8 0
                                    



Mau lanjut baca?






Jangan lupa vote 😁


Happy Reading 🤗


Ji Eun pov

"Masih inget janji se..." Ucapan Woojin menggantung setelah melihat Yoojung. Kemudian dia langsung menggenggam tanganku agar menjauh dari dua teman ku tadi.

"Ada apa? Kenapa menjauh? Kau benci mereka?" Tanyaku keheranan.

"Tidak, bukan apa-apa. Kalau bisa kau jangan dekat-dekat dengan Yoojung."

"Siapa? Yoojung? Aku tidak dekat dengannya, malahan mereka sendiri yang dekat denganku. Aku risih melihatnya. Memangnya ada apa?"

"Sudahlah, lupakan."

Aku tak menyadari sedari tadi posisi tangan Woojin masih menggenggam tanganku.

"Ehem.. Ehem.." Tiba-tiba terdengar suara orang berdehem, ternyata itu suara manajer. Woojin langsung melepas genggamannya. Tak lama kemudian para trainee sudah berkumpul di ruangan.

"Baiklah hari ini kalian mendapat misi membuat koreografi untuk salah satu lagu barat. Tiap tim akan dipilih secara acak yang terdiri dari tiga orang, dua cowok satu cewek. Penilaian akan dilakukan minggu kedua. Bla.. bla... bla" Manajer pun pergi meninggalkan ruangan. Ku lihat Woojin tersenyum simpul seperti memikirkan hal yang menyenangkan. Semua orang berkumpul berdasarkan tim masing-masing.

Sesuai janji, aku duduk di sebuah cafe yang tak jauh dari gedung agensi tempat ku trainee. Tak lama menunggu, orang yang kunanti akhirnya tiba.

"Sorry lama menunggu." Sapa Woojin lalu duduk di kursi tepat menghadapku.

"Bukan apa-apa. Ada apa mengajakku kemari?"

"Hanya sekedar melepas penat setelah latihan. Entah kenapa dari awal ketemu kamu sampai sekarang aku merasa kamu itu berbeda dari yang lainnya seperti punya day tarik tersendiri bagiku."

"Masa sih? Biasa aja tuh. Malahan aku yang lihat kamu kayak gitu."

"Jadi, aku ini bagaimana menurut kamu?"

"Apanya?"

"Penampilan aku."

"Kamu tuh keren enggak, ganteng enggak, skill dance kamu aja yang keren." Aku pun terkekeh.

"Bohong. Aku mau tanya sesuatu, kamu udah punya pacar belum?"

"Belum." Entah kenapa perasaanku mulai tidak enak.

"Do you want to be my girlfriend?"

"Aku gak salah denger kan? Apa aku lagi mimpi?" batinku. Seketika suasana diantara kami menjadi canggung.

"Y..ye..s." Ucapku terbata-bata. Kalau boleh jujur, sebenarnya aku juga menyukai Woojin. Pipiku terasa terbakar karena malu.

"Gomawo." Woojin tersenyum simpul.

Skipp>>

Satu minggu pun berlalu. Aku sedang asyik bercanda dengan Woojin di ruang latihan, tiba-tiba ponselku berbunyi.

'Temui aku di belakang gedung sekarang. By: Daniel.' isi pesan yang tertera di layar ponselku. Sesegera mungkin aku berlari menuju lokasi. Disana aku melihat Daniel sedang memandang ponselnya kemudian melihatku. Dia langsung berjalan menghampiriku.

"Belakangan kau mengacuhkanku. Ada apa denganmu? Kenapa kau selalu bersama Woojin? Aku tak suka kau dengannya." Daniel membentakku sambil mencengkram kedua bahuku.

"Aku kan satu tim dengannya. Memangnya salah aku bersamanya? Aku tidak mengacuhkanmu. Aku hanya sedang sibuk belakangan ini. Kau kenapa Daniel? Tampaknya kau sakit." Aku hendak menempelkan tanganku di dahinya tetapi tanganku ditahan olehnya.

"Jangan mengalihkan topik. Aku baik-baik saja. Mulai sekarang kumohon jauhi Woojin. Dia itu berbahaya." Ucapan Daniel otomatis membuat mataku terbelalak seakan tidak percaya dengan apa yang barusan ia katakan.

"Apa urusanmu? Terserah aku." Aku pun berusaha melepas genggaman tangan Daniel dan berlalu dari hadapannya.

"Kau sendiri yang berjanji untuk tidak dekat dengan siapa pun." Teriakan Daniel masih terjangkau ke telingaku walaupun jarakku dengannya sudah lumayan jauh. Seketika air mataku mengalir membasahi pipiku. Benar apa yang Daniel katakan. Maafkan aku yang mengingkari janjiku sendiri. Aku sengaja merahasiakan hubunganku dengan Woojin karena aku takut Daniel akan mencelakainya. Aku juga akan tetap menjaga hubungan kami sebagai sahabat. Entah kenapa aku mempunyai firasat kalau Daniel mengetahui salah satu rahasia Woojin yang tidak kuketahui.

Di lobi, dari kejauhan aku melihat Woojin yang terlihat sedang mencari seseorang. Dia pasti mencariku, batinku. Aku langsung berlari menghampirinya dan memeluknya erat.

"Kau dari mana saja? Kenapa kau menangis? Apa yang terjadi?" Woojin memasang raut wajah khawatir dan mengelus surai rambutku.

"Bukan apa-apa. Aku tadi hanya berbincang-bincang dengan Jihoon dan membayangkan bagaimana jika kita debut nanti. Apa kita akan berpisah?" Ucapku bohong.

Tiba-tiba Yoojung dan Doyeon berjalan melewati lobi dan melihat kami berdua. Woojin langsung mengalihkan pandangannya saat tersadar akan keberadaan mereka berdua. Di sela pelukan Woojin, aku tak sengaja melihat sekilas raut wajah Yoojung yang tidak senang dan menatapku sinis.


To be Continue>>





Annyeonghaseyo Reader 🤗

Sebelumnya author mau berterima kasih kepada yang mau membaca cerita ini dan sudah memberi vote.

Author juga minta maaf karena belakangan author lagi sibuk. Jadi kemungkinan bakal slow update.

Penasaran kan sama kelanjutannya? Jadi Ikuti terus ya ceritanya 😉😊

The Dark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang