1. Sleeping Beauty

9 2 0
                                    

*Pricilla Pov*

Aku keluar dari mobil Swift ku dan menutup pintunya. Saat sedang berjalan menuju pintu rumah, aku harus kecewa karena mata ku bertubrukan dengan sebuah kendaraan yang terparkir di garasi. Sebuah motor Harley Davidson.

Shit! Bad day for me huh!”, Gumamku.

Aku memasang muka kesal saat memasuki ruang tamu. Dan di sanalah dia, si Brengsek dari neraka, duduk manis di sofa dengan nyaman sambil meletakkan kedua kakinya di atas meja memegang sebuah xbox joystick. Di sampingnya ada abangku, Joena. Mereka begitu asyik menatap layar TV saat bermain x-box.

Adakah mimpi yang lebih buruk dari ini?”, batinku. Saat hendak pergi ke lantai atas, Anders menyadari kehadiranku.

“Woi Cill!”, dia menyapaku.

Aku memberinya sorot mata kesal, kemudian berjalan menuju tangga.

“Joen, kayaknya ada yang salah deh sama adek lo”, Anders mengatakannya lalu tersenyum.

Aku berada di tangga pertama saat aku mendengar pernyataannya. Lalu aku segera berbalik.

“Yeah. Kita sama-sama tau lah sob. Cilla gak suka Lo”, ujar Joena santai, masih asyik dengan video game nya.

“Lo bilang apa barusan, Anders Gabbriel? Apa ada yang salah sama gue?”, aku bertanya. Mataku menyipit dan meletakkan tangan di pinggul.

Dia menoleh dan menatapku. “Oh, Hai Cilla! Gue kira Lo gak denger”, ia menyindir. “Gue cuma bilang, kayanya ada yang salah sama lo. Soalnya, kemampuan lo bersosialisasi itu jelek banget”, kemudian Anders tertawa.

Wajahku berubah merah setelah mendengar apa yang dia katakan . “Oh Shit, I hate you so much!”, Aku berkata pada diriku sendiri.

Karena kesal, ku lepas sepatu kanan ku dan dengan sekuat tenaga, ku lempar ke arah Anders. “Mati aja Lo sono, Anders Gabbriel sampah!”, Aku berteriak.

Sayangnya ia menangkap sepatu itu sebelum mengenai wajahnya kemudian dia tertawa mengejek. Joena hanya menonton kami. Baginya hal ini adalah drama pertengkaran kami yang sudah biasa.

Aku menghentakkan kaki dan menaiki tangga dengan begitu marah.

Anders memandang Joena. “Serius Joen, Lo kayaknya perlu bawa Cilla ke yayasan mental deh, dia gila”, katanya sambil menggeleng. Joena menyeringai. “Lo tahu, dia kaya gitu cuma pas ngeliat lo doang. Pas lo nggak ada mah, dia normal”, katanya.

Setelah sampai kamar, Aku membanting pintu dengan keras. Aku begitu marah kepada Anders! Dia benar-benar tahu bagaimana cara merusak hari ku. Aku berjalan menuju meja rias dan duduk di kursi. Aku tatap diriku di cermin. Tampang kesal terlihat jelas dimuka ku.

Aku berusia tiga belas tahun ketika pertama kali bertemu Anders Gabbriel. Dia adalah teman sekelas Bang Joen dan rekan setimnya di team sepak bola. Keluarga kami menghadiri pesta amal sepak bola ketika dia ikut juga. Seorang pemuda tinggi, kurus dan bermata besar seperti katak yang terus memberikan senyum kepadaku. Aneh, saat aku melihatnya, aku sudah membencinya. Dan yang membuatku semakin membencinya adalah ketika dia tidak sengaja menginjak kaki ku.

Aku juga tidak bisa mengatakan kalau dia juga membenci ku. Karena aku tidak pernah melihat dia marah kepada ku atau kepada siapa pun. Dia selalu santai, dingin dan itu membuatku semakin kesal. Dia mengatakan apa yang ingin dia katakan dan yang mengejutkan, orang-orang memuja tampang pecundang nya.

Aku mendesah dan memutar radio, lagu Colbie Cailat terdengar.

take time to realize

that your warmth is crashing down on me…

take time to realize that i am on your side…

didn’t i, didn’t i tell you

Beberapa menit kemudian aku telah terbang menuju alam mimpi.

👔👠

Aku berada di ruang tamu, menonton kartun Sleeping Beauty di disney channel saat entah dari mana Anders duduk di sampingku. Mataku terbelalak sempurna. “Ngapain Lo disini?”, aku bertanya dengan nada kesal.

Dia tersenyum. “Uhmmm Emang ada ya, hukum yang isinya, gue di larang duduk di samping Jacinda Pricilla?”, tanyanya kemudian melihat layar tv . “Wow, Sleeping Beauty, kekanakkan sekali”

“Mending lo pergi deh, Tuan Anders Gabbriel yang terhormat. Gue lagi males dengerin ocehan lo yang gak ada isinya.”

Dia menyandarkan punggungnya di sofa hitam lalu melipat tangannya dan menatap layar tv.

Sleeping Beauty karakter disney favorit lo?”

Aku mengangguk.

“Gue pikir lo lebih suka Snow white atau Sherk?”

“Apa yang bikin lo berpikir kalo gue lebih suka Snow white atau Sherk?”, tanyaku benar-benar marah.

Dia menatapku. “Snow white itu cocok banget sama kepribadian lo, kulit lo putih susu dan kepribadian lo dingin, sama kaya salju. Dan kalo Sherk. Itu karena, kalo lo marah, lo mirip banget sama dia, Hahahaha”, katanya menggoda.

Aku mengambil bantal di sampingku dan melemparkan ke wajahnya. “Mati aja lo sono, setan!”, aku berteriak. Dia hanya tertawa dan matanya kembali ke TV. “Serius, gue rasa cerita Sleeping Beauty lucu aja. Dan sedikit bego.”

Aku merengut padanya. “Maksud nya apa sih. Lucu sama begonya dari mana? Bego mah elo. ”

“Lo tau gak, kalo pangeran ganteng itu bego banget. Dia bisa aja kencan sama banyak cewe di abad pertengahan atau peri yang hot. Tapi kenapa dia harus pergi ke kastil cuma buat nyium seorang gadis yang tidur selama lebih dari seratus tahun? Gue yakin dia punya penyakit kronis dan napas bau kaya sampah. Gue sih nggak bakal nyium gadis yang punya napas busuk, apalagi gadis yang tidur lebih dari seratus tahun.”

Aku menggelengkan kepalaku dengan jijik ke arahnya. “Ckckckc, sialan lo ya. Gara-gara omongan lo ini, lo udah ngancurin hati anak-anak kecil yang ngimpi jadi Sleeping Beauty bastard you! “

Dia menyeringai.

Aku mengambil bantal lain dan melemparkan padanya. “Dasar bego emang lo. Bener-bener ngerusak dongeng indah aja, idiot! Itu kan nggak real!”, kataku dengan nada kesal. “Pulang sana gih, ganggu gue aja deh lo disini. ”

“Nyokap lagi nggak di rumah. Lagian gue udah nganggep rumah lo itu rumah gue sendiri”, katanya. Lalu wajahnya berubah lembut. “Orangtua lo sayang sama gue kali. Joena juga sayang sama gue. Lo juga kan? ”, dia mengatakan kata terakhir dengan menggoda lalu mengedipkan mata .

Aku berdiri dan menendang kakinya.

“Adaaaw ! ” serunya.

“Rasain tuh, Anders Gabbriel!”, Kataku kemudian berjalan pergi.

“Woi, Jacinda Pricilla!”, dia berteriak.

Aku berbalik dan menatapnya.

“Suatu hari nanti gue akan lelehin es dalam diri lo dan bikin lo jatuh cinta sama gue”, katanya. Kemudian ia memberiku senyum manisnya.

“Gue lebih suka mati daripada jatuh cinta sama cowo menjijikkan kaya lo”, aku mengatakan dengan nada marah kemudian berjalan menuju tangga.

Anders tertawa.

.

if you just realize what i just realized…

then we’d be perfect for each other and we’ll never find another…

just realize what i just realized..

we’d never have to wonder if we missed out on each other…

to be continue~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Problem With Love is... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang