"Aku menyesal telah dipertemukan Tuhan denganmu. Dengan laki-laki terberengsek yang pernah aku temui di bumi tempatku berpijak saat ini."
-Raveira Livira Sabhira-
__________
"Akhirnya lo sekolah lagi, Vei." Livi dan Rahma langsung memeluk tubuh Vei erat.
Pelukan hangat dari kedua sahabatnya itu mulai dirasakan Vei lagi sekarang. Sudah lama Vei tidak merasakannya karena perempuan itu berusaha keras menengkan hati dan pikirannya.
"Gue takut---"
"Ssstt... nggak usah bahas itu lagi." Rahma langsung menghentikan perkataan yang akan Vei ucapkan itu. Sahabatnya itu tahu bahwa Vei akan membahas masalah itu lagi. "Nggak usah dibahas masalah itu lagi."
Livi mengangguk. "Iya! Nggak usah bahas itu lagi, kalo pada akhirnya lo tetep nggak mau cerita apa yang sebenernya terjadi sama kita."
"Gue... belum siap. Maaf..." ucap Vei lirih bahkan hampir tidak terdengar.
"Udah... udah... mending kita ke kelas." Ajak Livi.
"Liv!"
Livi mendengus kesal. Lagi-lagi ia harus dipertemukan oleh seseorang yang tidak ingin ditemuinya pagi ini. Padahal Livi sudah berusaha menghindar, tapi ia selalu saja mendekat. Dan semakin mendekat.
"Lo berangkatnya kok pagi amat sih? Lo nggak sarapan, ya?"
"Serah gue! Mau berangkat pagi, subuh, atau malem sekalipun!"
"Ya... ya... galak amat sih, Neng?"
"Galak-galak gini lo juga suka kan, El?" Rahma mendorong tubuh Livi agar semakin dekat dengan El.
"Segalak apa pun elo gue bakal tetep sayang kok."
"Lah... kode tuh, Liv."
"Kode apaan sih? Idih... El, nggak usah alay!"
Livi menghentakkan kakinya kesal lalu berjalan cepat meninggalkan sahabat-sahabatnya di koridor sekolah.
"Livi kalo lagi marah tambah cantik," senyum manis kembali terbit di wajah tampan El.
"Udah sana susulin!"
"Nggak usah disuruh gue juga bakal nyusulin Livi kok."
Vei yang melihat tingkah El dan Livi pun hanya bisa tersenyum geli. Bagaimana tidak? Semua orang tahu jika El itu selalu mengikuti langlah kaki Livi. Di mana ada Livi di situ pasti ada El. Mungkin bisa dikatakan mereka berdua itu seperti kembar tak seiras.
Rahma menarik tangan Vei, mengajak perempuan itu masuk ke dalam ruang kelas mereka. Setibanya di kelas, rasanya Vei sangat bahagia. Ia masih bisa sekolah di sana, mempunyai banyak teman dan sahabat yang menyayanginya.
"Minggir, El!" usir Livi pada El. "Vei mau duduk di bangkunya."
"Yaelah... bentaran doang."
"Minggir nggak!!!" bentak Livi dengan suara kerasnya.
El langsung berdiri setelah mendapatkan bentakan keras dari Livi.
Jika Livi sudah membentak seperti sekarang ini, artinya perempuan itu sedang kesal. Iya, Livi sedang kesal dengan El. Karena laki-laki itu sudah mengganggunya dari tadi.
"Mending lo balik ke kelas deh, El."
"Bentar lagi..."
"Udah bel!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault
RomanceYoung-adult (tamat) ✔ [Ada kata jika yang membuatku terus berharap kata iya] . . . Ini tentang suatu kesalahan yang berbuah sesuatu yang tak seharusnya ada. Semua berawal dari malam panjang yang mereka habiskan bersama pada sebuah kelab malam. Di sa...