[04] Seolah Tidak Terjadi

93.2K 4.8K 387
                                    

"Sejak kali pertama aku melihat dua bola matamu itu, aku tidak yakin untuk tidak menyakitimu nantinya."

-Atta Mahesa-

__________

"Saya... di sini akan... menyanyikan sebuah lagu..."

Jujur. Vei sangat gugup. Degupan jantungnya bahkan terasa berdebar tak keruan.
Padahal sebelumnya perempuan itu sudah pernah bernyanyi di depan banyak orang, tempat umum. Namun, kali ini berbeda.

"Sebuah... lagu terkhusus untuk seseorang..."

Berbeda karena ada seseorang. Seseorang yang membuatnya kembali mengingat kejadian malam itu.

"Selamat menikmati..."

Vei menghela napas dalam-dalam lalu kembali duduk sambil mulai memetik senar gitar yang ada di tangannya perlahan.

Feri tersenyum ke arah Vei. Membuat Vei semakin tidak enak jika dirinya mengacaukan pesta ulang tahun itu. Sebisa mungkin Vei berusaha bersikap normal.

Meskipun nyatanya, sikap Vei tidak normal. Ia sesekali menatap lurus seseorang yang tengah melipat kedua tangannya. Seseorang itu duduk bersama dengan teman-temannya.

"Me... menangkan hatimu bukanlah... satu hal yang mudah..."

Seseorang yang ditatap Vei itu juga sedang menatapnya. Mereka berdua saling bertatapan.

"Ku berhasil membuatmu tak bisa hidup tanpaku..."

Vei segera memutuskan kontak mata itu. Ia tidak ingin berlama-lama bertatapan dengan seseorang yang bisanya hanya menimbulkan luka di hatinya.

"Menjaga cinta itu bukanlah suatu hal yang mudah..."

Kini Vei balas tersenyum ke arah Feri. Laki-laki itu tersenyum bahagia. Dari dulu Feri selalu mengagumi suara khas Vei saat bernyanyi.

"Namun sedetik pun... tak pernah kau berpaling dariku..."

Juga petikan gitar yang mengalun lembut dari jari-jemari Vei saat ini.

"Beruntungnya... aku... dimiliki kamu..."

Vei mulai terbawa suasana. Ia menyanyikan lagu itu dengan penuh perasaan.

"Kamu adalah bukti... dari tampannya paras dan hati.. Kau jadi harmoni saatku bernyanyi... Tentang terang dan gelapnya hidup ini..."

Untuk sebagian orang yang belum pernah mendengarkan Vei bernyanyi, mungkin akan terkesima dengan suara khas miliknya itu.

"Kaulah bentuk terindah... Dari baiknya Tuhan padaku... Waktu tak mengusaikan tampanmu..."

Namun, bagi sebagian orang yang sudah pernah mendengarkan Vei bernyanyi. Pasti ia hanya bisa takjub sambil menikmati suara merdu milik perempuan itu.

"Kau lelaki terhebat bagiku... Tolong kamu camkan itu..."

Saat ini Vei sudah bisa bernyanyi dengan terbiasa. Ia sudah bisa mengabaikan seseorang yang akhir-akhir ini selalu saja ada dipikirannya.

"Gila! Gue nggak tau kalo Vei bisa nanyi." Dani menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa kagum dengan suara Vei.

"Pinter main gitar juga lagi!"

"Jarang lho ada perempuan yang bisa main gitar." Tambah Ribut.

"Pacar idaman banget ini mah!"

The FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang