Lempari saja aku dengan senyum. Aku tidak akan pernah bosan. Asal kamu jangan melempar aku jauh-jauh lalu tersenyum. Sama sekali jangan.
-The Fake Class Leader
******ALVARO berniat mengajak Kanaya jalan-jalan sore ini. Cuacanya sedang bagus di hari minggu ini. Walaupun tubuhnya masih terasa letih karena baru saja kemarin dia dan yang lainnya pulang dari gunung Merbabu, tapi dia tidak menghiraukan itu. Dia ingin merayakan hari jadinya kemarin bersama Kanaya dengan mengajaknya jalan-jalan ke festival seni yang sedang di gelar di daerah Kemang selama beberapa pekan mendatang. Zilan yang memberitahukan hal ini padanya. Katanya pergi ke festival untuk sekedar jalan-jalan bersama pasangan itu bagus supaya hubungan yang terjalin akan langgeng untuk ke depannya.
Ah, peduli setan dengan persepsi omong kosong Zilan itu. Lagipula dengan atau tidak dengannya nasehat dari Zilan, sudah pasti Alvaro akan mengajak Kanaya jalan-jalan. Bukan hanya supaya hubungan mereka akan terjalin lama, tapi juga karena dia ingin melihat Kanaya bahagia. Dia senang melihat Kanaya senang. Apa lagi kalau dia yang menjadi alasan dari kebahagiaan Kanaya.
Di sisi lain, Kanaya masih sibuk berdandan dan menata roll-an rambutnya yang berukuran besar-besar. Dia sengaja melakukan ini karena dia ingin rambutnya tidak terlihat lepek. Alih-alih sibuk memilah-milah pakaian yang akan dikenakannya, mata Kanaya sontak membelalak ketika mendengar bunyi bel pintu rumahnya berbunyi.
Kanaya menepuk keningnya keras, "mampus gue, itu pasti Alvaro," rutuknya pada diri sendiri, dia sedikit menyesali dirinya yang tadi sempat terlalu keasikan menikmati waktu untuk menonton drama Korea kesukaannya, sekarang dia malah jadi kesulitan sendiri lantaran belum selesai bersiap-siap padahal sudah lebih dahulu janjian dengan Alvaro.
Dia memang sudah mandi dan wangi, hanya saja dia masih mengenakan pakaian yang tadi pagi dipakainya untuk tidur. Mengingat hari ini hari minggu, dan dia juga sedang malas keluar rumah, jadilah dia dari pagi sampai menjelang sore seperti ini masih mengenakan pakaian tidurnya, "ah, masa bodo lah, gue bukain pintunya dulu." Ungkapnya sambil kemudian keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga untuk membukakan pintu untuk Alvaro.
TING NONG! Lagi-lagi bel rumahnya berbunyi. Tanpa berpikir apa-apa lagi, Kanaya segera membukakan pintunya. CKLEK.. pintupun terbuka. Aroma parfume maskulin yang sangat dikenali oleh Kanaya menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Senyumnya menyembul mendapati seorang cowok dengan tatanan rambut berantakan tapi tetap kelihatsn cool, kini berada di depannya. Alvaro, entah mengapa sejak kejadian di Merbabu kemarin, ketika cowok itu mengutarakan perasaannya kemarin, Kanaya sampai harus rela waktu tidurnya terkuras habis hanya karena dia tidak bisa berhenti memikirkan kejadian indah yang terjadi beberapa waktu lalu.
Dia tidak menyangka kalau dirinya benar-benar harus jatuh hati pada cowok semacam Alvaro. Cowok yang dulu benar-benar dibencinya. Benar memang pepatah yang mengatakan jangan terlalu membenci seseorang karena nantinya jadi cinta, sekarang Kanaya harus merasakan sendiri pepatah menyebalkan itu dalam hidupnya.
"Selamat sore, nona piyama." Ungkap Alvaro sambil berusaha menyembunyikan tawanya.
Kanaya lantas mengernyit heran, "nona piyama?" tanyanya heran.
Alvaro mengangguk, lalu matanya terarah pada pakaian yang melekat di tubuh Kanaya, "piyama minnion." ujarnya lagi.
Kanaya mengalihkan pandangannya pada pakaian yang di kenakannya, mendadak pipinya panas seketika saat baru sadar dirinya masih memakai piyama dan belum sempat berganti pakaian, "ASTAGA!" Pekik Kanaya nyaring, "m-maaf, maaf, gue tadi buru-buru bukain pintu soalnya." ujar Kanaya menahan malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Class Leader
Fiksi Remaja[TAMAT] Dia itu pengganggu, pengacau, gue gak peduli seberapa pinter dia atau seberapa tenar dia di sekolah ini, bagi gue dia itu penghancur mood. - Kanaya. Gua gak tau kenapa gua selalu pengen ngancurin mood dia, seorang cewek berisik yang gak t...