●●29●●

25 3 0
                                    

Bagian dari duapuluh sembilan

Bagian dari duapuluh sembilan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●Asila Arneta●●

●●Haganta Gilhadi●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●Haganta Gilhadi●●

🌹●●L i q u i d●●🌹


Hari ini hari minggu, Sila bangun dengan mata yang sembab karena semalam ia menangis habis-habisan. Bukan semalam, tepatnya setelah Arsil dan Arta datang menjemputnya di rumah Ganta.

Baik Arsil maupun Arta, kedua lelaki itu terus-terusan menyerang Sila dengan celotehan-celotehan lebarnya membuat Sila akhirnya menangis karena keduanya mencaci secara habis-habisan. Sila juga langsung menelpon Neta semalam untuk mengobati rasa rindunya kepada Neta dan Etan.

Tok .. tok .. tok ..

"Cila, sarapan dulu yuk. Embrio sama abang sudah masakin nasi goreng merica bubuk pedas manis lho khusus buat kamu." Suara Arsil terdengar dari balik pintu kamar Sila.

Sila tidak menjawab, malah menutupi badan dan wajahnya dengan selimut.

"Cila, maafin abang sama embrio ya, kami tuh khawatir sama kamu Cila. Kamu adik abang satu-satunya. Abang nggak mau kamu terluka."

"Nggak! Abang jahat!"

"Cila sayang, nggak gitu. Ini semua pasti karena Hanoman kan, dia bikin kamu berani bohong sama abang, iyakan?"

"Abang stop panggil Ganta, hanoman!"

"Bahkan kamu masih ngebela manusia purba daripada abang, Cila?"

"Aku marah sama Abang!"

Arsil yang tengah berdiri di depan pintu kamar Sila menghela nafasnya. Arta juga berdiri di sampingnya sambil berdecak, "gimana sih lo Keti, ngerayu Cila aja nggak becus apalagi ngerayu Tari!"

LIQUIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang