Persimpangan

76 0 0
                                    

Seperti hari yang lalu aku menunggumu dibatas senja dengan seikat mawar biru yang kau titipkan padaku. Tak pernah jemu aku lakukan penantian ini. Meski tubuh terasa layu namun hati dan pikiranku selalu menguatkan fisikku. Menghirup harum sekitarku dan menambah sokongan energi hanya karena sebuah kepercayaan bahwa pasti kau akan datang padaku, dan apa yang kuberbuat tak sebodoh seperti apa yang mereka pikirkan. Menantimu mungkin sebuah jalur aman bagi hidupku. Menantimu menjadi tujuan hidupku untuk saat ini dan seterusnya. Cemooh yang ku dapat dan perlakuan mereka yang mengucilkanku semua akan terbalas hanya dengan kehadiranmu di sisiku.

Jangan kau tanyakan seberapa sanggup aku bisa menunggu mu di sini. Berapapun masa yang kau ingini untuk aku mengunggu, pasti akan aku sanggupi. Aku yakin kau takkan pernah meragukan apa yang ku yakini saat ini. Aku tau kita memiliki keyakinan yang sama untuk tetap menyatu dengan segala tekanan yang ada. 

Dunia tidak menginginkan kita, dunia? tidak aku rasa salah, dunia malah sudah bisa menerima kondisi kita. Tapi lingkungan kita yang masih menganggap kita ini tabu dan aib. Apapun yang mereka katakan, apapun yang mereka lakukan padaku. Sungguh jangan pernah membuat mu risau, ini masih sanggup untuk aku tanggung. Tapi jika ternyata hatimu pilu dengan semua yang ku terima di sini, saat aku menunggu dan hatiku tetap meyakinimu. Maka aku sangat berterimakasih. Risau yang tibul dalam hatimu itu sudah sangat luar biasa bagitu.

Mencintaimu tidak pernah aku rencanakan sebelumnya. Rasa ini timbul dalam hatiku karena tuhan yang menghembuskannya. Menyusup lembut secara perlahan dan tanpa ku sadari kini sudah bermuara dalam denyut nadiku.

Pertemuan dengan mu hal indah dalam hidupku. Merubah segala persepsi buruk yang aku miliki dalam memandang hidup. Mengajarkanku bagaimana untuk menikmati semua keadaan tanpa harus menimbulkan suatu pengharapan yang tak berguna. Kau ajarkanku untuk tidak berangan-angan karena itu tak ada gunanya. Kau ajarkanku untuk menerima semua keadaan. Kau ajarkaknku jika apa yang kita ingini tak selamanya harus kita perjuangkan. 

Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang???

Menuruti apa yang kau katakan? Agar aku menerima keadaan dan membiarkan mereka memisahkan kita?

Tidak. 

Tidak akan pernah sedikitpun aku ragu dengan apa yang kulakukan saat ini. Menunggumu dengan seluruh keyakinanku.

Bodoh.

Apakah aku sedang berangan-angan? Bahwa kau akhirnya kan datang jika aku terus menantikanmu?

Apakah aku tak harus memperjuangkan apa yang ku cintai? Haruskah aku menyerah dan mengikuti apa yang mereka katakan?

Tidak.

Tidak.

Aku akan tetap menunggumu, ku akan selalu menantikanmu.

Aku tidak akan ragu, karena ini jalan yang kupilih dan ini jalan yang ku yakini. 

Aku yakin.

Ku ingat senyum mu dengan jelas saat terakhir kau menemuiku. Rabutmu ikal berantakan tertiup angin. Wajahmu semrawut karena belum sempat bercukur. Kau hilang akal karena ku. Matamu masih merah, dengan bau naga khas yang keluar dari mulutmu. Kau berlari sempoyongan hanya untuk menemuiku dipagi itu. Apa kau tau? Aku sangat bahagia karena kau membuatku merasa sempurna. Ku rengkuh tubuhmu dengan lembut, mengusap punggungmu, merasakan deru nafasmu di leherku dan meyakini bahwa cintamu nyata. Dan ternyata itu hal terakhir kita bersama.

Kau pergi dengan senyum dan kenangan manis yang tak pernah kunjung usai dalam sanubariku. 

Namun tak apa, aku yakin kau akan kembali. 

Apa hak mereka melarang perasaan ini. Cinta adalah cinta, cinta berhak dimiliki oleh semua orang apapun orientasinya.

Tenang aku akan menunggumu di persimpangan.

Saat kau kembali ku kan memelukmu hangat dalam dada bidangku. Membiarkan kau bersandar di bahu lebarku. 

Aku tetap menantimu. Wahai cintaku

PersimpanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang