[14] Different.

9K 886 41
                                    

***

"Woy, mana es gue?!"

Reno menghentakkan kaki nya kesal. "Kok, lo makin nyebelin, ya?"

Ali menatap Reno sekilas. "Tadi kata nya, khawatir sama gue. Yaudah, bukti-in dong."

Ali tersenyum manis, saat Kiba datang dengan tangan penuh dengan snack. "Oke, thanks. Liat, Kiba aja baik sama gue. Ya, nggak?"

"Bangkrut gue lama-lama."

"Huh, nggak ikhlas, nih?" Ali melempar snack ke sembarang arah.

Deon yang baru datang, langsung menangkap nya dengan gesit. "Kenapa nih? Kok, makanan nya di buang-buang?"

Kiba mendelik. "Orang Gila!"

Ali tertawa kencang. "Iya-iya, Sorry guys, balikin makanan gue!"

Deon memberikan snack itu pada Ali dengan kasar. "Dasar pelit!"

"Bodo,"

Kiba menendang kasar kursi di samping Ali, lalu memakai nya untuk duduk. "Heh, jangan sampe gue bikin tangan lo hilang, ya?"

Ali tertawa kecil mendengar nya. "Gaya banget, liat darah aja udah gemetaran."

"Songong!"

Reno dan Deon tertawa, lalu ikut duduk berhadapan dengan Ali dan Kiba.

Reno menatap Ali serius. "Li, gue denger- denger nih ya-,"

"Jangan 'denger-denger'! Cari tau, jangan nyebarin hoax aja bisa nya!"

Reno menghela nafas. "Ada berita heboh. Nerd-"

"Jangan bahas dia dulu, ya? Kepala gue mendadak pusing." potong Deon malas.

Reno mendelik tak suka. "Yaudah, kalau nggak mau dengerin omongan gue. Up to you, doggy."

Ali mengangkat bahu nya acuh, memakan keripik singkong rasa balado kesukaan nya. "Dengar, asal lo tau, ya-" ucapan nya terhenti, saat suara gaduh mulai terdengar.

"Apaan tuh?" Reno berdiri, kepala nya mendongak penasaran ke arah koridor ujung kantin. Wajah nya melongo melihat sesuatu di sana. "I-itu Nerd, woy!"

Sontak, ketiga teman nya berdiri. Deon menggeleng tak percaya melihat nya. "Dia-"

Kiba membekap mulut Deon cepat cepat. Mata nya memelototi teman nya itu, memberi kode untuk diam. "Jangan cari ribut."

Ali hanya menatap tajam ke arah dua perempuan yang berjalan santai ke meja kantin. Ada rasa tak rela melihat perubahan dari gadis itu, tapi Ali cepat- cepat mengenyahkan nya.

Prilly duduk diam, bersama Arish di meja kantin. "Arish, Ali liatin aku terus dari tadi."

Arish melihat buku menu, lalu menjawab, "Biarin aja. Emang dia berani macam-macam?"

"Aku risih."

Arish memanggil ibu kantin, lalu menyebutkan pesanan nya. "Prill, lo mau pesan apa?"

"Nggak usah. Aku masih takut."

Arish berdecak kesal. "Sama-in aja, ya bu?"

Ibu kantin itu mengangguk, lalu pergi setelah permisi. Arish menatap Prilly jengah. "Itu perasaan lo aja kali. Gini ya, sekarang lo nikmatin aja makan nya. Ini hari pertama lo makan di kantin, kan?"

Prilly mengangguk pelan. "Tapi nggak bisa. Aku risih."

"Terus gue harus apa? Usir mereka gitu?" nada bicara Arish mulai sewot.

Prilly hanya diam menunduk.

"Mereka nggak cari masalah sama lo, nanti kalau gue usir, gue yang kena masalah sama sekolah!"

"Maaf."

Arish menghela nafas panjang. Tangan nya memegang dagu Prilly agar menatap nya. "Dengar ya Prill, gue jadi berasa pasangan Lesbie nih." gadis itu mendengus. "Penampilan lo itu, udah keren banget. Apalagi sih, yang bikin lo takut sama mereka?"

Prilly terdiam.

"Udah, gue mau tenang. Lagian, Ali ngeliatin lo, karna suka kali." celetuk Arish asal.

Prilly tersenyum malu, namun tetap menunduk. "Nggak mungkin."

"Mungkin aja, tapi terserah lo."

Ali memperhatikan semua gerak-gerik Prilly. Senyum tipis terukir di bibir nya, saat melihat gelagat ketakutan dari gadis itu.

"Ngapain, sih lo ngeliatin dia mulu? Awas kepincut, repot nanti urusan nya."

Ali mendelik ke arah Kiba dan Reno yang tertawa tanpa dosa. Laki-laki itu kembali duduk dengan tenang, namun mata kelam nya masih terus menatap ke arah dua perempuan yang sibuk mengobrol di sebrang nya.

Deon kembali duduk dengan perasaan berkecamuk. Melihat secercah senyum di bibir Prilly, membuat nya makin kesal. "Bunuh orang, dosa nggak, sih?"

Ali tersentak saat mendengar nya, namun ia kembali tenang. Untuk apa ia memikirkan ucapan asal Deon?

Kiba dan Reno menghentikan tawa nya, lalu menatap aneh ke arah Deon. "Lo kesambet?"

Deon berdecak. "Gue serius."

"Kalau bagi gue, sih nggak. Lo mau bunuh siapa?" Reno bertanya bingung.

Kiba menyenggol lengan Reno pelan. "Gimana dia mau bunuh orang? Megang pisau aja udah ngompol."

Deon menatap Kiba tajam. "Gue nggak pernah ngompol!"

"Pernah!"

"Jangan ngomong seolah-olah lo yang ngelahirin gue!"

"Pernah."

Deon mencengkram kerah kemeja Kiba. "Jangan ngotot!"

"Suka-suka gue,"

Ali mendengus malas, duduk di antara ketiga teman nya itu, memang sulit untuk mendapatkan yang nama nya, ketenangan.

***

Fuck You, Nerd! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang