"Say something, I'm giving up on you
I'll be the one, if you want me to
Anywhere, I would've followed you
Say something, I'm giving up on youAnd I am feeling so small
It was over my head
I know nothing at all
And I will stumble and fall
I'm still learning to love
Just starting to crawlSay something, I'm giving up on you
I'm sorry that I couldn't get to you
Anywhere, I would've followed you
Say something, I'm giving up on youAnd I will swallow my pride
You're the one that I love
And I'm saying goodbye
Say something, I'm giving up on you
And I'm sorry that I couldn't get to you
And anywhere, I would have followed you
Oh... say something, I'm giving up on you
Say something, I'm giving up on you
Say something..."Kania menghentika tarian jarinya pada grand piano yang ia mainkan. Ia tersenyum telah menyelesaikan sebuah lagu kesukaannya sejak kecil.
Prook...prook...prook
" lo tau, suara lo dan nada piano yang lo mainin pas banget. Gue suka" ucap Reyhan sambil bertepuk tangan. Kania segera menoleh dengan cepat dan menatap pemilik suara itu."Lo lagi!! Sampai kapan sih lo bakalan ngintilin gue terus?" ucap Kania galak. Reyhan hanya terseyum manis, senyum yang biasanya akan membuat seluruh wanita di SMABIKA teriak histeris. Namun tidak dengan wanita dihadapannya ini malah menatapnya dengan tajam.
" gue cuma mau jadi temn lo itu aja" ucap Reyhan sambil memasukkan kedua tangan ke kantong celana abunya. Kania memutar bola matanya malas. Iya mengambil tasnya lalu menutup grand piano dan bergegas untuk pulang. Reyhan melihat Kania yang berjalan dihadapannya dan kemudian ia menahan pergelangan tangan Kania lalu menariknya agar dekat dengan Reyhan. Pandangan mereka bertemu, pandangan yang bertolak belakang. Reyhan menatap Kania dengan teduh dan penuh harapan, sedangkan Kania menatap Reyhan adalah seorang teroris yang ia ketahui akan meghancurkan hidupnya. Reyhan tersenyum dan lebih mendekatkan Kania kepelukannya. Kania yang lebih rendah bisa merasakan hebusan nafas pelan yang menerpa wajahnya. Jarak mereka hanya beberapa senti bahkan jika dilihat dari jauh mereka seperti sedang berciuman.
"Sampai kapan lo bakalan terus ngindarin gue? Gue cuma mau lo jadi temen gue udah itu aja. Apa sulit lo kasi?" Tanya Reyhan lembut, tatapannya seakan menyiratkan kelelahan dan harapan yang begitu mendalam. Kania seketika membeku, ia terpaku melihat lelaki dihadapannya ini dengan jarak yang begitu dekat. Lidahnya seketika kelu, tenggorokannya seketika kering, bahkan untuk menelan ludahnya saja sangat sulit. Reyhan mengeratkan pelukannya kemudian tersenyum manis pada Kania.
"Lo diem berarti lo nerima gue sebagai temen lo. Lo kalo diem gini tambah cantik tau" ucap Reyhan. Untuk pertama kalinya Kania mengagumi lelaki tukang intil didepannya ini
"Kok deket gini ganteng yah?"
Sedetik kemudian Kania tersadar dan mendorong Reyhan dengan kuat."Gue harus pulang" Kania langsung berlari keluar ruangan sebelum Reyhan menyelesaikan kalimatnya.
"Mau gue an........ter, elah udah pergi"
Reyhan hanya menggeleng dan tersenyum."Cantik, pinter, tegas, tegar, harum, suara bagus. Kapan lagi tuhan ngasi gue kesempatan nemuin wanita sempurna kaya gitu"
&
Kania menghela nafas lelah. Akhirnya ia sampai di rumahnya.
"Kania pulang" sepi, tak ada tanda-tanda penghuni. Kania berjalan masuk keruang tamu, namun...
Bruuk" hoek...hoekk...hoekk" tiba-tiba suara benda jatuh terdengar jelas di telinganya bahkan suara tangidan itu memencahkan gendang telinga kania.
KAMU SEDANG MEMBACA
KACAMATA [slow.update]
Fiksi RemajaInilah takdir yang harus aku lalui. Akan aku bawa kalian untuk merasakan detakan dan tetesan hebat yang aku lalui. Terimakasi sudah mau merasakan bersamaku, selamat menikmati. Salam sapa dariku Kania💛