In the point, kalau dia emang sayang sama lo, dia nggak mungkin bakal nyakitin lo.
.
.
.
SEKARANG, Riana sudah berada di rumah orang tuanya. Semua anggota keluarganya sedang menatap dirinya dengan selidik, apalagi tatapan abang nya yang paling absurd yang membuat Riana risih karna terus dipandangi, seakan-akan ia habis berbuat dosa.
"Jadi gimana?"
Riana menatap maminya bingung, "Apanya yang gimana, mi?"Riana mengambil Taro dari meja ruang tamu, lalu membuka bungkusnya.
Renita menatap putrinya gemas,"Aduh anak mami kok cantik-cantik lemot sih? kebanyakan makan micin sih,"
Roni menatap maminya, shock,"Mi kok tau sih bahasanya anak jaman sekarang yang micin-micin itu?"tanya Roni penasaran.
Robi meletakkan kacamatanya, menatap Roni dan Renita bergantian, "Yakan mami kamu kebanyakan main instagram, makanya dia update tentang kids jaman now."
Kali ini, Riana nggak bisa menahan tawanya lagi. Gadis itu tertawa terpingkal-pingkal sambil sesekali memukul sofa berwarna emas disampingnya. Asli, kedua orang tuanya udah berumur gitu masih aja update kayak anak muda. Begitu sudah korban smartphone, update mulu kayak line today.
Orang tuanya mah emang gitu, nggak mau kalah sama anak nya kalau soal update-update. Mereka aja tahu tentang cogan-cogan korea, apalagi drakor-drakornya yang kata mami kayak pangeran arab. Tapi bagi papi cogan korea kayak jerapah berjalan, nggak ada bagus-bagusnya. Tapi kata mami, biarin aja. Kata mami, papi iri karna badan nya nggak seatletis cogan korea. Makanya kalau Riana dan maminya ngomongin cowo korea, pasti papinya yang sewot sendiri seakan-akan dia yang lagi diomongin. Emang gitu kok, namanya aja cowok. Wajarin aja.
"Serius,Serius.."Robi menatap Riana tajam,"Jadi kamu beneran nerima perjodohan itu, rin?"
Riana menyudahi tawanya sambil memperbaiki cara duduknya,"Iya, beneran lah. Emang Riana pernah bercanda gitu kalau udah bahas masalah serius?"tanya Riana bingung.
"Ya, nggak sih. Cuman abang heran aja sama kamu, kan kemaren kamu nolak mentah-mentah. Terus entah abis kesambet apa tiba-tiba nerima perjodohan itu,"Robi menatap selidik kearah Riana, "Kamu dibayar berapa sih rin sama cowok itu atau kamu udah dijampi-jampi sama dia?"
Renita mencubit perut anak lelakinya itu keras, "Bang!"tegur maminya,"Kamu kok ngomong gitu sama adik kamu, tuh mulut dikontrol. Kayak nggak pernah disekolahin aja,"caci Renita kesal.
Robi menyatuk kepala Roni dengan koran kesayangannya, "Anaknya Dygar pasti nggak kayak gitulah. Adik kamu juga pasti nggak semurah itu, ron. Kayak nggak tau Riana aja kamu ron, mungkin dia kepincut sama si Regan karna anaknya memang baik kali. Udah ganteng, mapan,sopan, rajin sholat lagi. Beda kayak kamu ron, udah jorok, alay lagi. Untung Dinar masih mau sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in winter
Chick-LitPada musim dingin kala itu, butiran - butiran salju berterbangan menghiasi indahnya kota Tokyo. Pertemuan kita dimulai di awal Desember di musim dingin. Awalnya aku kira pertemuan kita hanyalah pertemuan sesaat yang tidak ada artinya. Tetapi semua...